Selasa, 05 Maret 2013

Merawat Gairah Ekonomi Daerah


Merawat Gairah Ekonomi Daerah
Junanto Herdiawan ;  Chief Economist Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah IV-Surabaya, Jatim
JAWA POS, 04 Maret 2013
  

TAHUN 2013 adalah tahun tantangan bagi perekonomian Indonesia. Dalam suasana politik yang menghangat karena menjelang pemilu, kita dihadapkan pada kondisi ekonomi dunia yang belum kondusif. Ekonomi Amerika Serikat, meski terlihat membaik, masih berjalan lambat dan belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Sementara itu, ekonomi Jepang dan Tiongkok masih mengalami penyesuaian domestik, yang berpengaruh pada melambatnya ekonomi mereka. Hal tersebut dikhawatirkan berdampak pada masih lemahnya pertumbuhan ekonomi dunia.

Di sisi lain, perekonomian domestik juga menghadapi tantangan, salah satunya adalah terjadinya defisit transaksi berjalan. Kita mengalami defisit transaksi berjalan USD 24 miliar, terutama karena meningkatnya defisit neraca perdagangan migas, sementara surplus neraca perdagangan nonmigas menurun.

Apa yang bisa kita lakukan? Tentu, harapan kita adalah pertumbuhan ekonomi dunia dapat membaik lebih dari perkiraan. Ekonomi Tiongkok diharapkan tetap menjaga momentum pertumbuhannya sehingga masih dapat mendorong kuantitas permintaan dan harga produk-produk primer kita.

Di sisi domestik, kita juga memiliki modal berupa tumbuh stabilnya perekonomian Indonesia sebesar 6,23 persen pada 2012. Pertumbuhan itu didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Memasuki triwulan pertama 2013, faktor-faktor pendorong pertumbuhan tersebut masih akan dominan.

Perekonomian masih dapat tumbuh mencapai 6,2 persen dan untuk keseluruhan 2013 bisa 6,3-6,8 persen.

Namun, risiko pelemahan ekonomi bisa terjadi apabila berbagai asumsi di atas tidak berjalan dengan baik. Tekanan di sisi neraca transaksi berjalan, dan juga risiko pelemahan nilai tukar rupiah, menjadi masalah yang perlu dicermati.

Optimalisasi  Wilayah 

Ekonomi Indonesia memiliki kekuatan yang dapat menjadi motor penggerak dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Kekuatan tersebut terletak pada potensi yang besar di ekonomi daerah atau wilayah. Oleh karena itu, salah satu upaya penting yang perlu kita lakukan bersama adalah terus-menerus melakukan optimalisasi terhadap potensi wilayah.

Kita menyadari, sumber pertumbuhan ekonomi masih berpusat di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya. Upaya untuk meningkatkan inter island connectivity (keterhubungan antarpulau) dan produksi, serta transfer antarwilayah nusantara, perlu digiatkan demi menciptakan spillover effect (efek melimpah, Red) ke seluruh Indonesia.

Bank Indonesia (BI) memiliki kajian mengenai perekonomian regional yang memuat analisis potensi ekonomi seluruh Indonesia. Perkembangan terakhir mengindikasikan bahwa potensi kegiatan ekonomi di berbagai daerah tanah air mulai meningkat.

Di sisi permintaan domestik, perekonomian daerah masih memiliki potensi kuat yang akan berdampak positif bagi kinerja sektor utama daerah sehingga secara keseluruhan dapat menopang pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, di sisi investasi, investor asing -khususnya Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan- mulai menyasar wilayah selain Jakarta dan sekitarnya. Beberapa investor terus melebarkan sayap investasinya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, termasuk wilayah timur Indonesia.

Hal tersebut dapat terindikasi dari tumbuh positifnya transaksi modal dan finansial pada triwulan keempat 2012. Surplus yang mencapai USD 11,4 miliar, hampir dua kali lipat dari surplus USD 6,0 miliar pada triwulan sebelumnya, selain bersumber dari arus masuk investasi portofolio, berasal dari terus meningkatnya investasi langsung asing (PMA) ke seluruh wilayah Indonesia. Apabila ditangani secara baik, peningkatan investasi tersebut juga akan menopang pertumbuhan ekonomi dan memperluas lapangan kerja.

Selain kuatnya konsumsi dan investasi, kunci lain bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perbankan. Tahun 2012, industri perbankan Indonesia mencatat pertumbuhan laba yang signifikan. Selain itu, eksposur perbankan Indonesia ke segmen kredit UMKM juga terus meningkat. Kita berharap, tren ini terus terjadi pada 2013.

BI berupaya terus mendorong bank-bank untuk menyalurkan kredit ke segmen UMKM hingga 20 persen. Penyaluran kredit perbankan yang masih tumbuh cukup tinggi di daerah, khususnya ke sektor UMKM, dapat berkontribusi pada kuatnya pertumbuhan ekonomi.

Tahun 2013 akan menjadi tahun yang penuh tantangan. Kemampuan kita untuk melewatinya dengan baik menjadi modal dalam memasuki 2014, yang akan menjadi tahun politik sesungguhnya bagi Indonesia.

Masih lemahnya permintaan dunia diperkirakan menahan akselerasi kinerja ekspor kita. Sementara itu, tantangan lain di sisi domestik -antara lain terkait dengan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL), gas/LPG, dan upah minimum provinsi (UMP)- berpotensi menimbulkan ketidakpastian usaha dan inflasi, meskipun di sisi lain dapat memberikan jaminan yang lebih baik bagi kesejahteraan buruh.

Tantangan lain bagi ekonomi daerah adalah berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015, yang akan melahirkan persaingan pusat pertumbuhan baru di daerah. Oleh karena itu, langkah antisipasi dengan mempersiapkan sumber daya manusia, memperluas keterkaitan antarwilayah, infrastruktur, pemerataan, dan menjaga kestabilan harga menjadi tugas berat yang perlu diwujudkan bersama.

Meski akan ada hajat politik, jangan lupa elemen bangsa saat ini menyatukan pikiran dan tenaga untuk mengatasi bersama tantangan ekonomi Indonesia 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar