Selamat jalan sang
penakluk dan pemberani, di tangan mu akan ada sebuah penyesalan surga di
hari esok, kamulah pemimpin sejati, kau gunakan sisa hidup mu untuk
bahagiakan rakyat, patut dikenang dalam mozaik sejarah dunia karena perlawanan
mu, spiritmu kami selalu rindukan.
"Sang
Surya tidak pernah tenggelam"
begitulah kalimat Soekarno ketika berjuang melawan jajahan kolonial hingga
fasis di Indonesia. Namun Soekarno meninggalkan jejak wasiat kepada rakyat
berkata “musuh paling sulit kamu hadapi adalah bangsamu sendiri yang
berwatak inlander”.
Kira-kira begitulah mengawali tulisan ini. Tetapi
bukanlah untuk bandingkan antara Soekarno dengan Hugo Chavez.
Revolusi Venezuela adalah peristiwa penting dalam sejarah
pergulatan sebuah bangsa, terutama revolusi versus nasionalisasi Venezuela
yang banyak ilhami gerakan sosial radikal di dunia ketiga, termasuk di
Indonesia. Banyak partai komunis dan kelompok radikal termasuk para
mahasiswa, intelektual, pemimpin negara, cendekiawan yang dilhami oleh
sikap berani seorang Hugo Chavez dalam melawan kekuatan kapitalisme global.
Revolusi Chavez telah bangkitkan Venezuela dari
rongrongan kapitalisme liberal yang selama ini menjarah seluruh
sumber-sumber ekonomi dan minyak negara tersebut. Modal kepemimpinan Chavez
adalah nasionalisasi seluruh asset penting negara untuk menciptakan
masyarakat sosialis di mana kaum pekerja, buruh, pegawai, petani
berpartisipasi dalam menentukan kebijakan ekonomi, sosial dan politik.
Rezim Chavez di kenal “penentang kapitalisme” dengan
melakukan pembuktian melalui kebijakan negaranya dengan menekan perusahaan
besar milik milik asing agar menyerahkan 70% saham dan hasil investasinya
kepada pemerintah Venezuela. Pada dasarnya, tujuan Hugo Chavez adalah untuk
membuktikan bahwa ideologi sosialisme menghargai hak-hak dasar kemanusiaan
pada setiap bangsa dengan tetap berdiri kuat pada kedaulatan sendiri.
Riwayat Hugo Chavez sang pemberani itu, dimulai dengan
gerakan rakyat revolusioner melakukan pemogokan massal yang dipimpin oleh
Partai yang dipimpinya. Perjuangan Hugo Chavez di bawah payung nasionalisme
terhadap bangsa sendiri yang kemudian menjadi sebuah "revolusi
permanen" yang semakin berhaluan sosialis.
Pasca revolusi dan nasionalisasi itu, Venezuela berada
dalam titik nadir antara kembali dikuasai kapitalis global atau mandiri.
Kemunculan Hugo Chavez membawa angin segar ketika menang dalam pemilu
pertama dan kedua. Chavez merupakan harapan rakyat satu-satunya untuk
mengeluarkan Venezuela dari keterpurukan ekonomi akibat embargo Amerika
Serikat.
Dengan segala daya upaya Hugo Chavez susun strategi baru
dengan membentuk poros perjuangan rakyat yang bertujuan mengawal
kebijakannya. Hal pertama yang dilakukan Chavez adalah menghimbau kepada
seluruh investor atau investasi asing khusus sumber daya alam agar hengkang
dari Venezuela kalau tidak bisa memenuhi kebijakan pemerintah sebesar 70 %
saham dikuasai negara.
Hugo Chavez adalah seorang kiri moderat yang memang baik
hati terhadap kaum tani, pedagang, buruh, pelajar, mahasiswa dan pemuda.
Perlawanan yang digelorakan Hugo Chavez merupakan kerinduan rakyat akan
sosoknya sehingga pengumuman meninggal Hugo Chavez sepertinya rakyat tidak
percaya bahwa dia telah meninggalkan Venezuela dan dunia ini
selama-lamanya.
Chavez dikenal konsisten dalam mengawal kesejahteraan
rakyat, seperti kesehatan, pembebasan rakyat miskin, pembagian sembako dan
bahkan menyiapkan seluruh infrastruktur akses dunia pendidikan gratis bagi
warga negara Venezuela. Bagi Hugo Chavez dengan mimpinya memimpin negara
Venezuela bahwa “Venezuela bangkit untuk dunia”.
Dalam kurun waktu tidak lama Chavez mengalami peningkatan
pembangunan dan kesejahteraan yang berlangsung sangat cepat dan sangat
memuaskan rakyatnya. Walau ekonomi tumbuh pesat, perlawanan para pemilik
modal sangat sistematis dan berjangka pendek dengan menolak seluruh
struktur kebijakan politik Hugo Chavez baik melalui gerakan agitasi propaganda
massa jalanan maupun penolakan parlemen Venezuela.
Oleh karena itu, rezim Hugo Chavez menerapkan sebuah
kebijakan nekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan meningkatkan laju
eksploitasi terhadap para saham dan investasi pemilik modal. Dalam
"lompatan besar", rezim Hugo Chavez menentukan target-target
produksi yang ekstrem, dan mengadakan "kampanye-kampanye massa"
guna memaksa rakyat pekerja untuk menguasai seluruh aset milik pemodal.
Terutama di pedesaan Venezuela di mana kaum tani
menguasai seluruh alat produksi dan menentukan kebijakan ekonomi. Sehingga
dapat dilihat hasil-hasil panen mulai naik. Sekali lagi, revolusi Chavez
adalah cermin keadilan sosial, bukanlah representasi dari ideology
komunisme. Chavez berhasil menanamkan ideologi sejahtera pada negaranya dan
mematikan seluruh langkah lawan politiknya yang berasal dari pengusaha
maupun pemilik modal.
Suasana revolusioner memang berkembang di beberapa
daerah, peristiwa penting direkam melalui jejak kepemimpinannya. Perintah
Hugo Chavez kepada rakyatnya dianggap instruksi-instruksi penting untuk
mengatasi berbagai problem dalam negeri. Para birokrat dan pengusaha di
belahan negara Venezuela yang menguasai minyak, batubara dan tambang merasa
terancam sehingga mereka membalas melakukan perlawanan dengan mengerahkan
massa rakyat yang kontra terhadap kebijakan Chavez.
Namun Hugo Chavez sempat ingin ditumbangkan oleh pihak
militer maupun massa rakyat pro Amerika Serikat dengan bantuan CIA. Agenda
tersebut bagi Chavez adalah sebuah konspirasi besar dari negara-negara
kapitalis yang menginginkan Chavez lengser dari jabatan presiden. Namun
semua agenda konspiratif itu gagal karena berkat kepemimpinanya yang piawai
dalam mendorong perubahan besar negaranya.
Kelompok-kelompok mahasiswa, pemuda, pelajar serta kaum
buruh tani diorganisir oleh Chavez untuk bersama-sama membesarkan
negaranya. Kelompok tersebut pun berkoalisi dengan Chavez karena mengingat
kesejahteraan mereka telah dikuasai dan diperuntukkan bagi rakyat
Venezuela. Kontradiksir revolusiner membuahkan perubahan yang lebih
mendasar dan menerapkan tatanan sosial baru.
Venezuela Welfare Freedom
Rezim Hugo Chavez telah menumbangkan tirani kapitalisme
sebagai buah jerih payah perjuangan massa rakyat yang tergabung dalam
partai politik dan pergerakan nasional Venezuela. Selama dua pemilu
terakhir, rakyat Venezuela dipimpin oleh Hugo Chavez dengan harapan akan
masa depan yang lebih cerah. Harapan itu menjadi kenyataan, gerakan
nasionalis kiri pimpinan Hugo Chavez menang dalam pemilu.
Pemerintahan Hugo Chavez menasionalisasi seluruh
perusahaan minyak dan pembagian tanah. Profit dari industri minyak dan
pertambangan mengalir terus, sebagian besar rakyat sejahtera, apalagi
rakyat miskin yang melonjak naik kapasitas pendapatan ekonominya dengan kebijakan
Hugo Chavez.
Di saat yang sama, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
negara semakin besar yang bersumber dari industri minyak, tanah dan
pertambangan. Selain itu, kebijakan sosial menghasilkan buah yang cukup
baik yakni sistem kesehatan unggulan, seluruh masyarakat melek huruf dan
anak-anaknya bersekolah yang ditanggung oleh negara. Distribusi kekayaan
jauh lebih merata dibandingkan dengan Amerika Serikat, dinas-dinas sosial
bekerja baik dan penghasilan ekonominya di atas Indonesia.
Revolusi Venezuela telah membangun sebuah masyarakat
sosialis yang melayani. Venezuela bukan neraka seperti digambarkan oleh
golongan kapitalis AS serta agennya, tetapi juga bukan surga seperti yang
dibayangkan banyak golongan kiri komunis, melainkan prestasi Venezuela patut
diapresiasi selama di bawah kepemimpinan Chavez.
Selain itu, sosialisme di Venezuela telah mengadopsi
demokrasi untuk menjadi tradisi dan transisi kepemimpinan presiden. Hugo
Chavez dan para pendukungnya mengajukan argumentasi bahwa Venezuela punya
demokrasi khusus berdasarkan popular kekuasaan kerakyatan dan dikembalikan
kepada rakyat.
Prestasi ekonomi telah diraih terutama dalam pengelolaan
mintak dan gas bumi. Negara manapun harus belajar dari Venezuela terutama
Indonesia dalam konteks ini kontrak karya maupun pengelolaan sumber daya
alam negeri ini. Prestasi tersebut sangat merata dan dirasakan oleh rakyat
Venezuela. Laju pertumbuhan yang mencapai 8,3 % per tahun 2012 ini
meningkat menjadi 10% kurun waktu tahun 2013 ini.
Pertumbuhan ekonomi tersebut semata-mata hanya untuk
kebebasan (freedom) kesejahteraan (welfare) rakyat Venezuela. Walaupun
gonjangan ekonomi yang rentan bergejolak secara tajam karena intervensi dan
blockade Negara-negara kapitalis dan imprealis. Namun gejolak tersebut bias
teratasi karena obat mujarab Hugo Chavez bekerja dalam setiap kebijakannya
selalu melibatkan rakyat sehingga ekonomi dan pendapatan nasional dapat
teratasi.
Hasil Kerja Chavez
Venezuela termasuk negara kaya sumber daya alam, terutama
minyak dan gas. Kandungan minyak terdapat di daerah Orinoco Basin yang
terletak di wilayah Venezuela bagian timur yang memiliki cadangan sebesar
380 miliar barel sebagai cadangan minyak terbesar di dunia.
Sebelum pemerintahan Hugo Chavez, ladang dan cadangan
minyak ini dikelola oleh perusahaan asing yang beroperasi, seperti Exxon
Mobil (perusahaan minyak AS), Chevron (Inggris), Total (Perancis), dan
lainya. Akibatnya, rakyat Venezuela sebagian besar tidak dapat menikmati
hasil kekayaan alamnya sendiri yang selama ini dikeruk. Bahkan pada tahun
1989, di masa Carlos Andres Perez yang pro-kapitalis, penduduk Venezuela
terjerumus dalam perangkap kemiskinan sebanyak 80,42%.
Hugo Chavez terpilih secara demokratis melalui pemilu
1999 sebagai presiden Venezuela dan dikenal progresif revolusioner. Sejak
itulah Venezuela mengarahkan prinsip kebijakan nasionalisasi sumber daya
alam dan penguatan ekonomi dalam negeri. Kebijakan tersebut berawal dari
keresahan Chavez akan masa depan negaranya, dimana di bawah bayangaan
cengkeraman kapitalisme.
Langkah pertama Chavez adalah amandemen konstitusi dan UU
yang terkait perusahaan, pekerja dan kontrak sumber daya alam maupun
energi. Hal ini di lakukan bersama Dewan Konstituante yang dibentuk pada
tahun 1999 semenjak ia terpilih. Seluruh struktur kenegaraan dan
pemerintahan harus tunduk pada kebijakan Hugo Chavez dan tentu kebijakan
tersebut memangkas peran serta kapitalis dalam mengontrol Venezuela.
Sebagai salah satu upaya yang dilakukan Chavez untuk
menyejahterakan kelas pekerja, ia mengeluarkan dekrit untuk menaikkan upah
minimum menjadi 144.000 Bolivar pada tahun 2000. Langkah itu tentu saja
memberi angin segar bagi kelas pekerja di Venezuela, karena kesejahteraan mereka
kini lebih baik daripada masa sebelumnya.
Pada semester kedua di tahun 2000, angka kemiskinan di
Venezuela turun menjadi 46,20%. Untuk meningkatkan gizi anak-anak usia
sekolah, pada tahun 1999 pemerintahan Chavez membuat program makanan
tambahan bagi anak sekolah yang dinamakan Programa Alimenticio Escolar
(PAE). Melalui program itu anak-anak sekolah mendapatkan sarapan, makan
siang, dan makanan ringan (snack) gratis dari pemerintah.
Program ini pada tahun 1999 sampai sekarang mampu
dinikmati sekitar seperempat juta anak sekolah di Venezuela dan dari tahun
ke tahun jumlah itu semakin meningkat, seperti makanan murah dan
berkualitas, pelayanan kesehatan, akses pendidikan pembangunan rumah untuk
kaum miskin, menaikkan gaji guru hingga 30%.
Tahun 2008 angka kemiskinan turun menjadi 31,50%, program
kesehatan Mission Barrio Adentro, sektor pendidikan dengan program melek
huruf Mission Robinson dengan hasil tingkat kemampuan membaca dan menulis
naik menjadi 93,8% untuk kaum pria dan 93,1% untuk kaum wanita.
Untuk menjamin ketersediaan pangan bagi kaum miskin,
mulai dari tahun 2003 pemerintahan Chavez memulai program Mercal yang
ditujukan untuk menyediakan bahan-bahan makanan yang murah dan berkualitas
bagi massa rakyat. Pemerintah menunjuk toko-toko sembako tertentu yang
tersebar di seluruh penjuru Venezuela, terutama di daerah yang miskin
sebagai agen untuk mendistribusikan bahan-bahan makanan itu.
Pada tahun 2003, bahan-bahan makanan yang sudah terjual
melalui toko-toko itu mencapai 45.662 metrik ton dan jumlah itu semakin
meningkat menjadi 1,25 juta metrik ton di tahun 2008.
Masa Depan Pasca Chavez
Memang dari sisi program nasionalisasi Venezuela berhasil
dari sisi dalam negeri maupun geopolitik yang telah dibangun sebelumnya.
Namun pasca wafatnya Chavez, Venezuela berada dalam transisi demokrasi yang
justru membuka secara lebar segala konsekuensi untuk melaksanakan pemilu.
Pihak oposisi pun menilai presiden sementara yang menggantikan Chavez
adalah palsu alias tidak sah karena tidak melalui Dewan Konstituante.
Ini adalah awal dari ketegangan politik di Venezuela yang
akan berimbas pada sulitnya mempertahankan atau melanjutkan kebijakan yang
sudah ada. Bisa saja Venezuela kini dibawah bayang-bayang intervensi asing
terutama Amerika Serikat yang tentunya mereka sangat bergembira akan
meninggalnya Chavez yang selama ini melawan kapitalis AS.
Prediksi masa depan ekonomi dan ketahanan kedaulatan
maupun pertumbumhan PDB Venezuela selama ini akan menurun mengingat dalam
negeri bersitegang yang sulit diurai dalam sebuah penyelesaian karena
dipicu oleh intrik-intrik politik selama ini terjadi. Siklus kekuasaan di
Venezuela akan terus berganti dan sekarang pihak oposisi akan selalu
menjadi garda terdepan untuk meraih simpati rakyat lagi.
Oposisi akan mendesak pemilu, bahkan bisa saja terjadi
revolusi kembali ala kapitalisme. Selain itu, sudah sangat susah mencari
sosok Hugo Chavez karismatik dan revolusioner yang mampu tampil memimpin
jalannya revolusi. Sinergisitas ini menjadi sebuah energi revolusioner yang
sangat dahsyat untuk memutuskan belenggu rantai besi kapitalisme di
Venezuela untuk menuju masa depan.
Untuk menjamin masa depan pasca Chavez di Venezuela,
pemerintah secepatnya mengkonsolidasikan partisipasi rakyat yang selama ini
sebagai tulang punggung revolusi sosialisme Chavez, kalau saja saat ini
tanpa partisipasi aktif rakyat dalam mengawal kebijakan Chavez dan
diteruskan sampai berakhir massa kepemimpinan Chavez yang digantikan oleh
Wakil Presidennya, maka jelas akan mengalami kegagalan dan bisa saja hal
ini diambil alih oleh oposisi.
Namun bukan berarti saat ini rakyat meraih kemenangan,
bukan berarti sekarang Venezuela telah menjadi negara sosialis sejati.
Masih banyak sektor yang harus dibenahi dan diperkuat untuk membangun
sebuah negara sosialis. Mungkin dulu boleh kita berbicara Amerika latin
poros perkembangan sosialisme, namun saat ini tentu kita akan berbicara
lain. Karena satu demi satu negara yang telah mengusung sosialisme lambat
laun mengalami pergeseran dan tidak terlepas dari intervensi. Mari kita
lihat masa depan Venezuela pasca Chavez. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar