"Bila
pengganti Chaves ternyata tidak lebih baik, berarti dia membutuhkan bantuan
dari pihak luar"
DUNIA dikejutkan oleh kematian Presiden
Venezuela Hugo Chavez pada Selasa (05/03/13) dalam usia 59 tahun akibat
penyakit kanker yang dideritanya. Setelah mengalami infeksi baru pada
bagian pernapasan, ia menghembuskan napas terakhir pada pukul 16.25 waktu
Venezuela.
Kabar kematiannya diumumkan oleh Wapres
Nicolas Maduro pada hari itu juga. Selama memerintah, Chavez dikenal
sebagai tokoh sosialis terkemuka yang memiliki pengaruh besar, baik di
kawasan Amerika Latin maupun dunia. Dia juga dikenal sebagai pemimpin yang
antihegemoni Amerika Serikat (AS).
Ia sudah 14 tahun memimpin negara itu, dan
berkait dengan kematiannya negara itu harus sesegera mungkin menggelar
pemilu. Sebelumnya, Chavez sudah menunjuk Maduro sebagai penerus
kekuasaannya. Secara historis, Venezuela merupakan salah satu negara
Amerika Latin yang lebih stabil dalam berdemokrasi.
Negara itu mempunyai cadangan minyak
terbesar di dunia, juga deposit besar batu bara, bijih besi, bauksit, dan
emas dengan kualitas tinggi. Namun kekayaan sumber daya alam itu tidak
paralel dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Sejumlah situs menyebut masih
banyak rakyat hidup dalam kemiskinan.
Sosok Chaves yang prorakyat miskin lebih
mendongkrak popularitasnya. Terlebih ia menjadi salah satu presiden di
Amerika Latin yang berani menentang segala bentuk kebijakan luar negeri
Amerika Serikat. Kemenangan sayap kiri dalam merebut kekuasaan di
negara-negara Amerika Latin seperti juga di Bolivia, Brasil, Argentina,
Uruguay, Chile, hingga Ekuador di bawah pimpinan Rafael Correa, seperti
melengkapi perjuangan Kuba Fidel Castro dalam menentang politik luar negeri
Negeri Paman Sam.
Hal itu ditambah Iran dan Suriah yang juga
tidak mau tunduk dengan berbagai intervensi dan invasi AS terhadap mereka.
Amerika kemudian menyebut Chavez dan tiga presiden revolusioner yang lain,
yaitu Fidel Castro, Evo Morales, dan Ahmadinejad sebagai Poros Setan
(Robert E Quirk,2007).
Chavez makin terkenal justru setelah
melancarkan kudeta yang akhirnya gagal pada 1992. Keluar dari penjara, dia
mulai meniti karier politik sampai akhirnya memenangi pemilu dengan suara
mutlak pada 1998. Pengusung ide Karl Marx, Lenin, dan Mao ini berobsesi
menciptakan format baru sosialis dengan menjalankan kebijakan populis guna
membantu kaum miskin.
Di bawah kepemimpinannya, Venezuela makin
memperkuat pengaruh regionalnya melalui usulan diplomatik dan ekonomi
kepada negara-negara Amerika Latin, termasuk Karibia.
Sepeninggal Chavez, Venezuela bakal
menghadapi banyak tantangan yang bisa menimbulkan instabilitas. Pertama;
dalam konteks hubungan dengan AS. Selama ini pemerintah Amerika memiliki
hubungan buruk dengan Chavez, yang berani menentang hegemoni Negeri
Paman Sam.
Instabilitas
Baru
Wapres Venezuela Nicolas Maduro bersama
Menlu Elias Jaua bahkan berani mengusir atase pertahanan AS di tengah masa
berkabung atas kematian Chaves. Maduro menuduh kematian Chavez merupakan
hasil dari konspirasi jahat yang didalangi oleh AS.
Pada sisi lain, Presiden Obama memberikan
dukungan penuh bagi keterbentukan demokratisasi yang lebih baik di
Venezuela. Ini tantangan bagi pengganti Chavez, yang akan memberi arah
perjalanan politik negara itu.
Kedua; keberadaan pihak oposisi. Kelompok
oposisi, terdiri atas warga kelas atas dan kelas menengah, mengaku ”cukup
menderita” berkait kebijakan sosialis yang terlalu memihak rakyat miskin.
Bahkan tahun 2002 terjadi aksi ”pelengseran” Chavez, yang justru dimotori
oleh komandan tertinggi militer, dan berpuncak pada Desember 2002 ketika
oposisi menyerang dan melumpuhkan industri minyak.
Ketiga; situasi dalam masa transisi.
Periode ini banyak berpengaruh terhadap perjalanan negara itu pada masa
depan, terkebih dikaitkan dengan hasil pemilu mendatang. Banyak pihak
meragukan sosok pengganti bisa mewarisi karisma pendahulunya, termasuk
dalam arti mendapat dukungan rakyat dan militer.
Bila pengganti Chaves ternyata tidak lebih
baik, berarti dia membutuhkan bantuan dari pihak luar, mengingat oposisi
tidak akan tinggal diam memanfaatkan momentum ini.
Kondisi ini dikhawatirkan oleh banyak pihak
menciptakan instabilitas baru, terlebih bila wakil Chaves tidak mampu
menjalankan roda pemerintahan seperti pendahulunya.
Maduro memang tidak berangkat dari dunia
militer. Pekerjaan pada masa mudanya adalah sopir bus. Namun itu dinilai
bisa lebih mendekati rakyat. Persoalannya, beberapa kalangan berpendapat
Manduro tidak memiliki kemampuan seperti Chavez. Halus tidaknya proses
transisi pemerintahan ke depan amat bergantung pada kompromi antara
pemerintah dan oposisi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar