PADA Hari Perempuan Internasional ini, dunia merayakan
perempuan dan prestasi mereka yang luar biasa dalam beberapa dasawarsa
terakhir.
Namun, kita juga berkumpul untuk merenungkan tahun yang telah lewat
dan untuk memandang ke depan, ketika upaya-upaya kita masih diperlukan
untuk memajukan kesetaraan gender.
Berita global tahun lalu dipenuhi kisah-kisah yang menyentak, seperti
pemerkosaan beramai-ramai, pengusiran pelajar putri dan pegiat hak-hak
wanita, serta kerentanan wanita dan anak perempuan yang berada dalam
situasi-situasi konflik di seluruh dunia.
Kekerasan terhadap wanita dan anak perempuan dengan berbagai kedok
masih merupakan momok yang menyedihkan dan terus berlangsung di semua
bangsa, termasuk Australia. Dengan demikian, sangat tepat waktunya untuk
menjadikan penghapusan kekerasan terhadap perempuan sebagai fokus kita pada
Hari Perempuan Internasional dan membicarakannya di Komisi Status Perempuan
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun ini.
Sangatlah mudah untuk kehilangan semangat mengingat banyaknya kasus
serang an yang tak henti-hentinya terhadap wanita dan anak perempuan di
dunia. Itu merupakan alasan utama mengapa 8 Maret merupakan tanggal yang
penting di kalender kita. Tanggal itu merupakan sebuah kesempatan bagi kita
untuk berkumpul dan berdiri berdampingan. Untuk diingatkan bahwa kita
mempunyai suara yang berpengaruh, baik secara individu maupun secara
kelompok.
Hari perempuan ini menyatakan bahwa kita melakukan hal yang tepat
untuk berjuang agar wanita dan anak perempuan dapat hidup dengan
bermartabat, bebas dari kekerasan dan pemaksaan. Di rumah, tempat kerja,
sekolah, dan universitas kita, apakah bekerja sendiri atau bersama orang
lain, kita mempunyai cita-cita luhur dan upaya kita akan berhasil. Saya
merayakan Hari Perempuan Internasional di Komisi Status Wanita di New York,
sebagai bagian dari perwakilan pemerintah, diplomat, dan masyarakat madani
yang mengemban cita-cita bahwa tidak ada yang lebih penting daripada
kesetaraan gender.
Australia membawa cerita yang meyakinkan ke pertemuan itu dan saya
bangga dengan karya yang kami tunjukkan--program-program yang menyuarakan
dengan jelas komitmen pemerintah kami dan masyarakat madani untuk memajukan
kesetaraan gender.
Pada tahun lalu saja, Australia telah meluncurkan prakarsa-prakarsa
baru di Afghanistan, Pasifik, Indonesia, dan Kamboja untuk memerangi
kekerasan terhadap wanita. Di Indonesia, Lembaga Pembangunan Internasional
Australia (Ausaid) berniat meningkatkan kehidupan hingga tiga juta wanita
miskin melalui program Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan
Kemiskinan (Mampu).
Ausaid bekerja sama dengan tujuh mitra masyarakat madani dan satu
organisasi internasional untuk membuat dan menguji pemecahanpemecahan guna
mereformasi dan mendorong perubahan di Indonesia, sebuah negara yang telah
menggapai prestasi besar dalam meningkatkan kesejahteraan, tetapi perempuan
miskin masih terus menghadapi kesulitan yang berat.
Di antara sasaran-sasarannya, program senilai A$60 juta itu akan
meningkatkan akses perempuan ke program-program perlindungan sosial
pemerintah dan memperkukuh kepemimpinan perempuan guna mengurangi kekerasan
terhadap perempuan.
Australia juga bekerjasama secara erat dan efektif
dengan perempuan PBB di berbagai program dunia dan kawasan, serta bertugas
sebagai anggota dewan eksekutif lembaga tersebut sejak Januari.
Kami juga telah secara aktif menerapkan rencana aksi nasional kami
tentang perempuan, perdamaian, dan keamanan sejak rencana aksi tersebut
diluncurkan setahun yang lalu.
Sebagai anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa, kami
berkarya untuk memberi fokus ke dampak konflik pada wanita dan anak
perempuan yang tidak seimbang. Pada Hari Perempuan Internasional, marilah
kita meneguhkan tekad kita untuk menghapus kekerasan terhadap perempuan.
Marilah kita selalu ingat bahwa tiada suara yang akan lepas dari
pendengaran, khususnya bila kita bekerja sama. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar