Najib dan Gejolak Politik Malaysia
Hamdan Daulay ; Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;
Peneliti Politik Islam di Malaysia
Tahun 2006-2011
|
KOMPAS,
01 September 2015
Najib Razak tampaknya
mengalami hari-hari kelam dari karier politiknya seiring dengan semakin
derasnya arus demonstrasi yang menuntutnya mundur dari kursi kekuasaan. Gejolak
politik yang melanda Malaysia dengan munculnya demonstrasi besar-besaran
merupakan babak baru dalam panggung politik Malaysia.Selama ini sangat jarang
terjadi demonstrasi semacam itu di Malaysia karena pengaruh sultan di setiap
negara bagian yang dihormati warga.
Kini puluhan ribu
rakyat Malaysia turun ke jalan menuntut Najib Razak mundur dari kursi Perdana
Menteri karena diduga terlibat kasus megakorupsi 700 juta dollar AS (Rp 9
triliun). Demonstrasi kali ini tidak hanya dilakukan oleh kelompok oposisi
(pembangkang), tetapi juga tokoh-tokoh Organisasi Nasional Melayu Bersatu
(UMNO) sebagai partai penguasa. Bahkan Dr Mahathir Mohamad sebagai tokoh
utama UMNO turut bersuara keras, menuntut Najib Razak segera mengundurkan
diri.
Persaingan
Selama ini persaingan
politik yang sering terjadi di Malaysia adalah antara UMNO dan Partai Islam
Se-Malaysia (PAS), terutama dalam memperebutkan massa Melayu dengan isu
keislaman. Persainganbanyak menjurus kepada kaidah dan bentuk Islamyang
hendak dipaparkan kepada masyarakat. Kedua belah pihak mencobameyakinkan
rakyat bahwa perjuangan merekalah yang lebih benar.
UMNO mengalami
pergeseran strategi politik seiring dengan dinamika politik di Malaysia.
Ketika UMNO berdiri tahun 1946, predikat sebagai partai sekuler begitu
melekat. Predikat ini tidak bisa lepas dari sejarah pembentukan partai UMNO,
sebagai organisasi bangsa Melayu bersatu yang berjuang untuk Malaysia dengan
realitas penduduk yang multietnik dan multiagama.
Sebagai partai yang
direstui oleh pemerintah kolonial Inggris dan dengan tokoh-tokoh UMNO yang
banyak berlatar belakang pendidikan Barat, partai ini memang semakin kuat
bercitra sebagai partai sekuler.
Namun, kebijakan
politik yang dibuat Mahathir Mohamad dan juga Abdullah Ahmad Badawi semakin
lama semakin Islami sehingga membuat PAS yang selama ini mengusung isu Islam
merasa tersaingi. UMNO lewat Abdullah Ahmad Badawi dengan cerdas membawa
wacana Islam Hadhari yang moderat dan bisa diterima oleh sebagian besar umat
Islam Malaysia.
Pasang surut dukungan
politik dialami UMNO/BN (Barisan Nasional) terlihat dari naik turunnya
perolehan kursi parlemen pada setiap pilihan raya umum (PRU). Penurunan
drastis dukungan politik kepada UMNO/ BN terjadi pada PRU 2013 dengan hanya
mendapatkan 140 kursi (63,10%) dari 222 kursi.
Selain PRU 2013,
UMNO/BN juga pernah memperoleh kursi parlemen di bawah 75%, yaitu pada PRU
1959, dengan perolehan 74 kursi (71,15%) dari 104 kursi yang ada. PRU 1969,
dengan perolehan 95 kursi (66,00%) dari 144 kursi yang ada. PRU 1990, dengan
perolehan 127 kursi (70,55%) dari 180 kursi yang ada. Namun, dalam sejarah
politik Malaysia, baru pada PRU 2008 UMNO/BN mendapat dukungan paling rendah
dari pemilih.
Aspek nilai
Sepanjang 1990-an
perdebatan politik tentang Islambanyak menyentuh aspek nilai dan pelaksanaan
Islam dan diselaraskan dengan cita-cita Dr Mahathir Mohamad untuk
memodernkanmasyarakat Malaysiamelalui dasar perindustrian.
Bagi Mahathir, umat
Islam harus banyak melakukan ijtihad untuk mengikuti kemajuan zaman. Kalau umat
Islam ingin maju dalam semua aspek kehidupan, konsep Islam tradisional yang
diusung PAS selama ini tidak relevan lagi. Untuk itu, Islam harus
menyesuaikan diri dengan kemodernan.
Pendidikan umat Islam
harus ditingkatkan dalam segala bidang, tidak hanya dalam ilmu keislaman,
tetapi juga teknologi. Menurut Mahathir, itulah cara umat Islam untuk maju.
UMNO di bawah
kepemimpinan Mahathir Mohamad dan Najib Razak memang memiliki corak dan gaya
politik yang berbeda. Mahathir yang memimpin UMNO dan Malaysia selama lebih
dari 20 tahun memang telah banyak memajukan dan menyejahterakan Malaysia.
Namun, di sisi lain, Mahathir juga dinilai memiliki sisi negatif: otoriter
dan dengan berbagai cara menyingkirkan lawan-lawan politiknya.
Tindakan politik
Mahathir terhadap Anwar Ibrahim, misalnya, menjadi catatan hitam yang sulit
dilupakan rakyat Malaysia.
Kurang stabil
Pasca kepemimpinan
Mahathir Mohamad, dengan tampilnya Abdullah Ahmad Badawi dan dilanjutkan
dengan Najib Razak, ternyata memunculkan suasana politik yang kurang stabil.
Pengaruh UMNO sebagai partai penguasa di Malaysia secara perlahan semakin
redup seiring dengan berbagai kasus korupsi yang melanda elite partai.
Kejayaan UMNO semasa
kepemimpinan Mahathir Mohamad seolah tidak bisa dipertahankan tokoh-tokoh
UMNO berikutnya. Popularitas Abdullah Ahmad Badawi dan Najib Razak tidak
mampu menandingi Mahathir Mohamad.
Kini gejolak politik
yang melanda Malaysia bagaikan prahara yang sulit dipadamkan. Kasus
megakorupsi yang melanda Najib Razak barangkali menjadi babak akhir kejayaan
UMNO dalam panggung politik Malaysia yang sudah berkuasa puluhan tahun.
Atau, masih adakah
tokoh-tokoh UMNO yang kuat, jujur, dan bersih yang diharapkan mampu membawa
kejayaan Malaysia seperti yang pernah dilakukan Mahathir Mohamad? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar