Minggu, 14 Desember 2014

Seperti Apa Ekonomi Indonesia 2015?

                       Seperti Apa Ekonomi Indonesia 2015?

Kumara Jati  ;   Kandidat Doktor Ekonomi Universiti Brunei Darussalam
MEDIA INDONESIA,  12 Desember 2014

                                                                                                                       


PADA pertengahan 2014, prediksi per ekonomian Indonesia didominasi keluhan tingginya subsidi energi untuk listrik dan BBM. Setelah itu, pada September dan November, pemerintah menaikkan harga tarif dasar listrik (TDL) listrik dan BBM subsidi. Saat ini keluhan berubah menjadi tingginya harga-harga barang terutama bahan kebutuhan pokok. Alasan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi ialah ingin mengalihkan anggaran konsumtif menjadi produktif dan 70% yang menikmati BBM subsidi ialah pemilik mobil pribadi.

Apakah alasan itu efektif dan masuk akal? Pada kenyataannya harga minyak dunia dari Juni sebesar US$107 turun menjadi saat ini di bawah US$70 per barel. Apa mungkin pemerintah akan menurunkan lagi harga BBM subsidi?
Ternyata ekonomi Indonesia tidak sesederhana itu. Ada banyak faktor penting yang perlu dicermati sebelum mengambil keputusan ekonomi.

A. Inflasi. Tingkat inflasi pada November sebesar 1,5%.Itu merupakan inflasi terbesar di 2014 akibat kenaikan harga BBM subsidi. Meskipun demikian, inflasi 2014 diprediksi hanya sekitar 7,3%-8,1%. Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi 2013 yaitu 8,38%. Hal itu terjadi karena data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi year-on-year November 2014 terhadap November 2013 hanya 6,23%. Jadi diperkirakan, peningkatan inflasi tidak akan bertahan lama yaitu hanya sekitar 3-6 bulan sejak kenaikan harga BBM.

Pihak yang paling terkena dampak inflasi ialah orang miskin dan orang hampir miskin. Hal itu disebabkan pengeluaran keluarga miskin sekitar 67% untuk kebutuhan pangan jika dibandingkan dengan rata-rata pada umumnya hanya 49%. Jadi kalau harga pangan meningkat, kesejahteraan keluarga miskin akan turun.Oleh karena itu, pemerintah menyediakan BLT (bantuan langsung tunai) sebesar Rp400 ribu untuk dua bulan bagi keluarga miskin.

B. Pertumbuhan ekonomi. Pada 2014 diharapkan, pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 5%-5,3%. Pertumbuhan ekonomi itu merupakan yang terendah sejak 2009. Rendahnya pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan penurunan nilai ekspor Indonesia ke negara lain. Pertumbuhan ekonomi negara-negara lain di dunia seperti Thailand, Filipina, Vietnam, dan Singapura juga cenderung menurun seiring dengan turunnya pertumbuhan ekonomi dunia secara rata-rata.

Prediksi pertumbuhan ekonomi 2015 diperkirakan sekitar 5,2%-5,5%. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2014 karena porsi pertumbuhan ekonomi yang berasal dari ekspor cukup kecil sehingga perlambatan ekonomi dunia tidak terlalu berpengaruh terhadap angka pertumbuhan ekonomi Indonesia. Porsi terbesar pertumbuhan ekonomi kita ditopang konsumsi domestik yaitu sebesar 60% dari gross domestic product (GDP).

Terlebih lagi, dana sekitar Rp100 triliun yang berasal dari relokasi subsidi BBM menjadi pembangunan infrastruktur bisa membuat ekonomi kita di 2015 tumbuh lebih besar bila dibandingkan dengan 2014. Bahkan prediksi pembangunan ekonomi rata-rata selama 5 tahun ke depan bisa sebesar 6%. Apabila hal itu terjadi, penyerapan tenaga kerja di Indonesia dapat meningkat sehingga pengangguran berkurang.

C. Nilai tukar rupiah. Kenaikan harga BBM subsidi diperkirakan akan mengurangi impor BBM dari negara lain. Hal itu bisa mengurangi devisa kita yang digunakan untuk membeli BBM. Pada akhirnya nilai tukar rupiah dapat menguat bila dibandingkan dengan US$. Meskipun demikian, kebijakan negara Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga The Fed dapat menyebabkan Bank Indonesia harus berhati-hati menjaga fluktuasi rupiah.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, setiap kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin, rupiah dapat melemah 1,46%. Keadaan Indonesia yang merupakan small open economy merupakan salah satu alasan mengapa rupiah menjadi mata uang yang paling terpengaruh oleh kebijakan The Fed.

Masalah lain yang terjadi ialah eksportir belum bisa memaksimalkan melemahnya rupiah untuk menggenjot eks por. Produsen dalam negeri terkadang sudah terlalu nyaman dalam zona aman untuk hanya memasarkan produknya di dalam negeri. Padahal, ada banyak kesempatan untuk mendapatkan untung yang lebih besar dengan menjual produk ke luar negeri dengan melemahnya rupiah. Meskipun demikian, harga-harga komoditas ekspor seperti karet dan kelapa sawit yang relatif rendah di pasar internasional juga tidak memberikan insentif bagi eksportir untuk dapat memasarkan produk mereka lebih giat lagi.

D. Industri. Industri perhotelan sepertinya harus lebih kreatif dalam menjalankan bisnisnya. Hal itu disebabkan dikeluarkannya surat edaran Menteri PAN-RB yang melarang PNS mengadakan pertemuan/rapat/kegiatan di hotel. Masa liburan sekolah, hari raya keagamaan, promosi online, serta kerja sama dengan institusi swasta untuk meningkatkan bisnis meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) yang tepat sasaran bisa menjadi salah satu cara tetap menggiatkan bisnis perhotelan.

Industri perikanan dan kelautan dapat tersenyum lebar karena pemerintah sudah lebih tegas menerapkan hukuman bagi kapal ikan asing yang mencuri hasil laut di perairan Indonesia.

Industri pengolahan hasil tambang berupa smelter dapat lebih bergairah karena UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara untuk pelarangan ekspor mineral mentah yang berlaku 2014. Hal itu dilakukan untuk mengejar nilai tambah bagi produk tambang supaya dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai ekspor tambang.

E. Masyarakat Ekonomi ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan berlaku di akhir 2015. Ini berarti tantangan bagi Indonesia yang memiliki populasi 240 juta jiwa agar tidak hanya menjadi pasar yang besar bagi negara lain, tetapi bisa melihat peluang ekonomi. Kita harus bisa memanfaatkan 380 juta jiwa populasi negara lain di ASEAN untuk menjadi pasar bagi produk ekspor Indonesia. Peran Kedutaan Besar Indonesia di negara ASEAN dan negara lain perlu ditingkatkan terutama dalam promosi produk-produk Indonesia di luar negeri.

Keadaan bebasnya arus barang, jasa, investasi, modal, serta tenaga kerja terampil di ASEAN bisa menjadi `pisau bermata dua'. Di satu sisi bisa melukai Indonesia di saat Indonesia menjadi bergantung terhadap impor dari negara lain serta masuknya tenaga kerja ahli dari negara ASEAN yang mengambil alih porsi tenaga kerja ahli lokal. Di sisi lain, ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan kualitas barang, jasa, serta tenaga kerja kita supaya dapat bersaing dengan negara ASEAN.

Perlu hambatan nontarif yang lebih komprehensif dan terukur supaya produk lokal bisa menjadi raja di negerinya sendiri.

Penyederhanaan perizinan usaha dan investasi menjadi lebih cepat dan mudah merupakan salah satu solusi untuk menarik minat investor asing supaya mau menanamkan modal di Indonesia.

F. Ekonomi dunia. Perlambatan ekonomi di Jepang serta belum pulihnya ekonomi Eropa dan Amerika cukup berpengaruh bagi ekonomi dunia. Program poros maritim dunia dapat menjadi andalan pemerintah untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah lesunya ekonomi dunia. Jalur laut di Selat Malaka yang merupakan jalur laut tersibuk dan sangat strategis di dunia dapat menjadi ladang emas bagi Indonesia apabila bisa memanfaatkannya.

Pembangunan tol laut dari Sumatra hingga Papua, selain dapat mengurangi biaya distribusi logistik di Indonesia, juga bisa mewujudkan Indonesia menjadi pusat maritim di dunia. Dengan pembangunan pelabuhan laut yang mampu menampung kapal laut ukuran besar dapat menjadi tempat parkir/istirahat bagi tanker-tanker minyak raksasa yang berlayar dari Timur Tengah menuju Asia Timur. Itu juga bisa menjadi pusat transit/ distribusi kapal laut dengan muatan kontai ner-kontainer barang sehingga Indonesia bisa mendapatkan manfaat besar dari jalur laut internasional tersebut.

Banyak mimpi ekonomi yang ingin dicapai di 2015. Perlu semangat ‘45 dengan mengingatingat nenek moyang kita ialah pelaut sehingga kita bisa memanfaatkan 2/3 wilayah Indonesia yang berupa laut untuk kesejahteraan rakyat. Akhir kata, gaya hidup Presiden Joko Widodo yang dianggap sederhana apa adanya serta semboyan ‘kerja, kerja, kerja’ patut dicontoh sebagai salah satu solusi ekonomi yang jitu dalam mengatasi masalah ekonomi di 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar