Selasa, 09 Desember 2014

Gubernur Penghibur

                                                Gubernur Penghibur

Arswendo Atmowiloto  ;   Budayawan
KORAN JAKARTA,  06 Desember 2014

                                                                                                                       


Dunia maya, yang dikaitkan dengan dunia internet, sebenarnya bisa menjadi nyata. Istilah maya yang bisa berarti khayalan, tidak nyata, bisa kehilangan arti. Mungkin lebih tepatnya dunia maya-maya, ini juga bahasa Indonesia, yang artinya terus terang, bening, atau jernih.

Minggu-minggu ini dunia maya lagi heboh, dan menyenangkan, tentang tokoh. Seperti diberitakan, setelah Ahok diangkat resmi sebagai gubernur DKI, Gerakan Masyarakat Jakarta juga mengangkat KH Farurozi Ishaq sebagai gubernur tandingan, atau gubernur KW, ini juga istilah untuk menunjukkan mutu atau kualitas yang kurang. Beliau ini dikenal tokoh dari daerah Kampung Melayu, Jakarta Timur. Mendadak jadi berita, termasuk berita belum membayar iuran di kampungnya selama 4 bulan.

Namun yang saya singgung ini mungkin sekali bukan beliau yang gubernur tandingan ini, melainkan sebuah akun Twitter yang memakai namanya, @Farurozilshaq, yang mendadak sontak menjadi tenar. Siapa pun yang memakai nama ini jelas sangat cerdas, bernas, dan sungguh mengetahui persoalan yang muncul, dan mampu membumikan menjadi sebuah humor.

Yang menghibur tanpa libur. Yang menggusur wajah marah, keras, permusuhan. Yang melebur menjadi sebuah senyuman—setidaknya kalau urat senyum belum digusur. Sebagai gubernur Twitter, mungkin istilah ini lebih pas dibandingkan gubernur palsu, atau gubernur KW, kehadirannya memberi warna lain. Kalau Ahok lebih dikenal dengan “darah tinggi”, atau “marah tinggi”, gubernur Twitter ini kecenderungannya justru melucu. Secara sadar maunya lucu.

Misalnya ada yang bertanya apa penyebab banjir? Jawabannya: air. Masak cimol. Atau sebagai gubernur kendaraan dinas apa yang digunakan? “Kagak pake kendaraan. Ane menghanyutkan diri ke sungai.” Kadang juga pertanyaan menggoda : Gimana? Kencing lancar? Jawabannya seakan sudah disiapkan: Lancar. Ini malah kagak bisa berhenti. Ketika dunia maya yang kadang dipenuhi makian, menyepelekan orang lain, menilai orang lain sangat bodoh, akun gubernur “jekardah” tiada tanding ini, sungguh menghibur. Bahwa ternyata masih ada hiburan, masih ada keramahan, masih ada hal-hal jenaka di sekitar kita. Bahwa berbeda tidak harus saling meniadakan.

Bahwa persoalan yang ada juga membuat tawa, tidak harus penyelesaian dengan menyalahkan orang ini, atau orang lain. Ini contoh program yang akan dilakukan, yang dituliskan: Program kerja ane buat Jakarta memberi fasilitas karaoke di tiap poskamling agar aparat keamanan semangat kerja.

Di balik kelucuan yang ditawarkan, sebenarnya juga kemungkinan lain yang tersiratkan. Yang juga cerdas dan tidak asal-asalan. Pada program mengenai kesehatan, dituliskan: Program ane buat Jakarta bidang kesehatan : mewajibkan tiap warga angkat beban tiap hari. Minimal angkat batu ginjal sendiri.

Mengikuti akun ini saya merasa terhibur dan bersyukur lagi bahwa sesungguhnya bisalah diulang-ulang terus, bahwa media sosial seperti ini, atau juga dalam bentuk lain, sebenarnya bisa saling “meringankan beban”, bisa berbagi kegembiraan dengan rasa gembira, masih selalu ada kebersamaan. Dalam canda, dan ini merupakan khas masyarakat Betawi yang selama ini kita kenal. Bukan semangat yang meneriakkan kafir, atau bakar atau sejenis itu.

Untung juga ini bukan satu-satunya yang menghibur. Tapi kemunculannya bisa menandai bahwa pendekatan yang sama bisa dilakukan. Saya setuju kepada seseorang yang mengomentari tulisan-tulisan di sini. “Yang bikin akun ini banyak pahalanya!” Saya nitip terima kasih juga. Dunia maya, yang dikaitkan dengan dunia internet, sebenarnya bisa menjadi nyata. Istilah maya yang bisa berarti khayalan, tidak nyata, bisa kehilangan arti. Mungkin lebih tepatnya dunia maya-maya, ini juga bahasa Indonesia, yang artinya terus terang, bening, atau jernih.

Minggu-minggu ini dunia maya lagi heboh, dan menyenangkan, tentang tokoh. Seperti diberitakan, setelah Ahok diangkat resmi sebagai gubernur DKI, Gerakan Masyarakat Jakarta juga mengangkat KH Farurozi Ishaq sebagai gubernur tandingan, atau gubernur KW, ini juga istilah untuk menunjukkan mutu atau kualitas yang kurang. Beliau ini dikenal tokoh dari daerah Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Mendadak jadi berita, termasuk berita belum membayar iuran di kampungnya selama 4 bulan. Namun yang saya singgung ini mungkin sekali bukan beliau yang gubernur tandingan ini, melainkan sebuah akun Twitter yang memakai namanya,@Farurozilshaq, yang mendadak sontak menjadi tenar. Siapa pun yang memakai nama ini jelas sangat cerdas, bernas, dan sungguh mengetahui persoalan yang muncul, dan mampu membumikan menjadi sebuah humor. Yang menghibur tanpa libur.

Yang menggusur wajah marah, keras, permusuhan. Yang melebur menjadi sebuah senyuman—setidaknya kalau urat senyum belum digusur. Sebagai gubernur Twitter, mungkin istilah ini lebih pas dibandingkan gubernur palsu, atau gubernur KW, kehadirannya memberi warna lain. Kalau Ahok lebih dikenal dengan “darah tinggi”, atau “marah tinggi”, gubernur Twitter ini kecenderungannya justru melucu. Secara sadar maunya lucu.

Misalnya ada yang bertanya apa penyebab banjir? Jawabannya: air. Masak cimol. Atau sebagai gubernur kendaraan dinas apa yang digunakan? “Kagak pake kendaraan. Ane menghanyutkan diri ke sungai.” Kadang juga pertanyaan menggoda : Gimana? Kencing lancar? Jawabannya seakan sudah disiapkan: Lancar. Ini malah kagak bisa berhenti. Ketika dunia maya yang kadang dipenuhi makian, menyepelekan orang lain, menilai orang lain sangat bodoh, akun gubernur “jekardah” tiada tanding ini, sungguh menghibur. Bahwa ternyata masih ada hiburan, masih ada keramahan, masih ada hal-hal jenaka di sekitar kita.

Bahwa berbeda tidak harus saling meniadakan. Bahwa persoalan yang ada juga membuat tawa, tidak harus penyelesaian dengan menyalahkan orang ini, atau orang lain. Ini contoh program yang akan dilakukan, yang dituliskan: Program kerja ane buat Jakarta memberi fasilitas karaoke di tiap poskamling agar aparat keamanan semangat kerja.

Di balik kelucuan yang ditawarkan, sebenarnya juga kemungkinan lain yang tersiratkan. Yang juga cerdas dan tidak asal-asalan. Pada program mengenai kesehatan, dituliskan: Program ane buat Jakarta bidang kesehatan : mewajibkan tiap warga angkat beban tiap hari. Minimal angkat batu ginjal sendiri. Mengikuti akun ini saya merasa terhibur dan bersyukur lagi bahwa sesungguhnya bisalah diulang-ulang terus, bahwa media sosial seperti ini, atau juga dalam bentuk lain, sebenarnya bisa saling “meringankan beban”, bisa berbagi kegembiraan dengan rasa gembira, masih selalu ada kebersamaan.

Dalam canda, dan ini merupakan khas masyarakat Betawi yang selama ini kita kenal. Bukan semangat yang meneriakkan kafir, atau bakar atau sejenis itu.

Untung juga ini bukan satusatunya yang menghibur. Tapi kemunculannya bisa menandai bahwa pendekatan yang sama bisa dilakukan. Saya setuju kepada seseorang yang mengomentari tulisan-tulisan di sini. “Yang bikin akun ini banyak pahalanya!” Saya nitip terima kasih juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar