Gubernur
Penghibur
Arswendo Atmowiloto ; Budayawan
|
KORAN
JAKARTA, 06 Desember 2014
Dunia
maya, yang dikaitkan dengan dunia internet, sebenarnya bisa menjadi nyata.
Istilah maya yang bisa berarti khayalan, tidak nyata, bisa kehilangan arti.
Mungkin lebih tepatnya dunia maya-maya, ini juga bahasa Indonesia, yang
artinya terus terang, bening, atau jernih.
Minggu-minggu
ini dunia maya lagi heboh, dan menyenangkan, tentang tokoh. Seperti
diberitakan, setelah Ahok diangkat resmi sebagai gubernur DKI, Gerakan
Masyarakat Jakarta juga mengangkat KH Farurozi Ishaq sebagai gubernur
tandingan, atau gubernur KW, ini juga istilah untuk menunjukkan mutu atau
kualitas yang kurang. Beliau ini dikenal tokoh dari daerah Kampung Melayu,
Jakarta Timur. Mendadak jadi berita, termasuk berita belum membayar iuran di
kampungnya selama 4 bulan.
Namun
yang saya singgung ini mungkin sekali bukan beliau yang gubernur tandingan
ini, melainkan sebuah akun Twitter yang memakai namanya, @Farurozilshaq, yang
mendadak sontak menjadi tenar. Siapa pun yang memakai nama ini jelas sangat
cerdas, bernas, dan sungguh mengetahui persoalan yang muncul, dan mampu
membumikan menjadi sebuah humor.
Yang
menghibur tanpa libur. Yang menggusur wajah marah, keras, permusuhan. Yang
melebur menjadi sebuah senyuman—setidaknya kalau urat senyum belum digusur.
Sebagai gubernur Twitter, mungkin istilah ini lebih pas dibandingkan gubernur
palsu, atau gubernur KW, kehadirannya memberi warna lain. Kalau Ahok lebih
dikenal dengan “darah tinggi”, atau “marah tinggi”, gubernur Twitter ini
kecenderungannya justru melucu. Secara sadar maunya lucu.
Misalnya
ada yang bertanya apa penyebab banjir? Jawabannya: air. Masak cimol. Atau
sebagai gubernur kendaraan dinas apa yang digunakan? “Kagak pake kendaraan.
Ane menghanyutkan diri ke sungai.” Kadang juga pertanyaan menggoda : Gimana?
Kencing lancar? Jawabannya seakan sudah disiapkan: Lancar. Ini malah kagak
bisa berhenti. Ketika dunia maya yang kadang dipenuhi makian, menyepelekan
orang lain, menilai orang lain sangat bodoh, akun gubernur “jekardah” tiada
tanding ini, sungguh menghibur. Bahwa ternyata masih ada hiburan, masih ada
keramahan, masih ada hal-hal jenaka di sekitar kita. Bahwa berbeda tidak
harus saling meniadakan.
Bahwa
persoalan yang ada juga membuat tawa, tidak harus penyelesaian dengan
menyalahkan orang ini, atau orang lain. Ini contoh program yang akan
dilakukan, yang dituliskan: Program kerja ane buat Jakarta memberi fasilitas
karaoke di tiap poskamling agar aparat keamanan semangat kerja.
Di balik
kelucuan yang ditawarkan, sebenarnya juga kemungkinan lain yang tersiratkan.
Yang juga cerdas dan tidak asal-asalan. Pada program mengenai kesehatan,
dituliskan: Program ane buat Jakarta bidang kesehatan : mewajibkan tiap warga
angkat beban tiap hari. Minimal angkat batu ginjal sendiri.
Mengikuti
akun ini saya merasa terhibur dan bersyukur lagi bahwa sesungguhnya bisalah
diulang-ulang terus, bahwa media sosial seperti ini, atau juga dalam bentuk
lain, sebenarnya bisa saling “meringankan beban”, bisa berbagi kegembiraan
dengan rasa gembira, masih selalu ada kebersamaan. Dalam canda, dan ini
merupakan khas masyarakat Betawi yang selama ini kita kenal. Bukan semangat
yang meneriakkan kafir, atau bakar atau sejenis itu.
Untung
juga ini bukan satu-satunya yang menghibur. Tapi kemunculannya bisa menandai
bahwa pendekatan yang sama bisa dilakukan. Saya setuju kepada seseorang yang
mengomentari tulisan-tulisan di sini. “Yang bikin akun ini banyak pahalanya!”
Saya nitip terima kasih juga. Dunia maya, yang dikaitkan dengan dunia
internet, sebenarnya bisa menjadi nyata. Istilah maya yang bisa berarti
khayalan, tidak nyata, bisa kehilangan arti. Mungkin lebih tepatnya dunia
maya-maya, ini juga bahasa Indonesia, yang artinya terus terang, bening, atau
jernih.
Minggu-minggu
ini dunia maya lagi heboh, dan menyenangkan, tentang tokoh. Seperti
diberitakan, setelah Ahok diangkat resmi sebagai gubernur DKI, Gerakan
Masyarakat Jakarta juga mengangkat KH Farurozi Ishaq sebagai gubernur
tandingan, atau gubernur KW, ini juga istilah untuk menunjukkan mutu atau
kualitas yang kurang. Beliau ini dikenal tokoh dari daerah Kampung Melayu,
Jakarta Timur.
Mendadak
jadi berita, termasuk berita belum membayar iuran di kampungnya selama 4
bulan. Namun yang saya singgung ini mungkin sekali bukan beliau yang gubernur
tandingan ini, melainkan sebuah akun Twitter yang memakai
namanya,@Farurozilshaq, yang mendadak sontak menjadi tenar. Siapa pun yang
memakai nama ini jelas sangat cerdas, bernas, dan sungguh mengetahui
persoalan yang muncul, dan mampu membumikan menjadi sebuah humor. Yang
menghibur tanpa libur.
Yang
menggusur wajah marah, keras, permusuhan. Yang melebur menjadi sebuah
senyuman—setidaknya kalau urat senyum belum digusur. Sebagai gubernur
Twitter, mungkin istilah ini lebih pas dibandingkan gubernur palsu, atau
gubernur KW, kehadirannya memberi warna lain. Kalau Ahok lebih dikenal dengan
“darah tinggi”, atau “marah tinggi”, gubernur Twitter ini kecenderungannya
justru melucu. Secara sadar maunya lucu.
Misalnya
ada yang bertanya apa penyebab banjir? Jawabannya: air. Masak cimol. Atau
sebagai gubernur kendaraan dinas apa yang digunakan? “Kagak pake kendaraan.
Ane menghanyutkan diri ke sungai.” Kadang juga pertanyaan menggoda : Gimana?
Kencing lancar? Jawabannya seakan sudah disiapkan: Lancar. Ini malah kagak
bisa berhenti. Ketika dunia maya yang kadang dipenuhi makian, menyepelekan
orang lain, menilai orang lain sangat bodoh, akun gubernur “jekardah” tiada
tanding ini, sungguh menghibur. Bahwa ternyata masih ada hiburan, masih ada
keramahan, masih ada hal-hal jenaka di sekitar kita.
Bahwa
berbeda tidak harus saling meniadakan. Bahwa persoalan yang ada juga membuat
tawa, tidak harus penyelesaian dengan menyalahkan orang ini, atau orang lain.
Ini contoh program yang akan dilakukan, yang dituliskan: Program kerja ane
buat Jakarta memberi fasilitas karaoke di tiap poskamling agar aparat
keamanan semangat kerja.
Di balik
kelucuan yang ditawarkan, sebenarnya juga kemungkinan lain yang tersiratkan.
Yang juga cerdas dan tidak asal-asalan. Pada program mengenai kesehatan,
dituliskan: Program ane buat Jakarta bidang kesehatan : mewajibkan tiap warga
angkat beban tiap hari. Minimal angkat batu ginjal sendiri. Mengikuti akun
ini saya merasa terhibur dan bersyukur lagi bahwa sesungguhnya bisalah
diulang-ulang terus, bahwa media sosial seperti ini, atau juga dalam bentuk
lain, sebenarnya bisa saling “meringankan beban”, bisa berbagi kegembiraan
dengan rasa gembira, masih selalu ada kebersamaan.
Dalam
canda, dan ini merupakan khas masyarakat Betawi yang selama ini kita kenal.
Bukan semangat yang meneriakkan kafir, atau bakar atau sejenis itu.
Untung juga ini bukan satusatunya yang menghibur. Tapi kemunculannya
bisa menandai bahwa pendekatan yang sama bisa dilakukan. Saya setuju kepada
seseorang yang mengomentari tulisan-tulisan di sini. “Yang bikin akun ini
banyak pahalanya!” Saya nitip terima kasih juga. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar