Mengungkap
Gempa Jawa 1921
Daryono ; Peneliti Muda Bidang Geofisika
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
|
KORAN
JAKARTA, 13 Desember 2014
Secara
tektonik, letak geografis Indonesia berada di zona pertemuan tiga lempeng
utama dunia, yakni Indoaustralia, Eurasia, dan Pasifik. Konsekuensinya,
Indonesia akan selalu menjadi daerah sangat rawan bencana akibat faktor
geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Secara
regional, zona selatan Pulau Jawa merupakan daerah dengan tingkat aktivitas
kegempaan sangat tinggi.
Berdasarkan
catatan sejarah kegempaan Jawa, di daerah ini sering terjadi bencana gempa
bumi dan tsunami. Kondisi itu harus membuat masyarakat semakin memahami arti
penting upaya mitigasi. Salah satu peristiwa yang hingga kini masih misteri
karena belum banyak diungkap para ahli adalah gempa bumi Jawa 1921.
Catatan
sejarah kegempaan menunjukkan, pada tanggal 11 September 1921 pukul 11.00 WIB,
terjadi gempa kuat dengan episenter di Samudera Hindia, selatan Pulau Jawa.
Koordinat episenter dan magnitudonya menurut Gutenberg dan Richter (1954)
terletak pada itik 11o LS-111o BT dengan kekuatan M adalah 7,5 Skala Richter.
Jika
ditinjau kondisi sekarang, pusatnya di antara pusat gempa bumi pembangkit
tsunami Banyuwangi 1994 dan Pangandaran 2006. Selain Gutenberg dan Richter
(1954), ahli seismologi lain, Visser (1922), menentukan lokasi episenter pada
koordinat 12,4o LS-110,8o BT.
Berdasarkan
hasil penelitian terbaru, Okal (2012) telah merelokasi episenter. Dia
berupaya mengungkap mekanisme sumber gempa Jawa 1921 dengan mengumpulkan
beberapa data seismogram kuno, termasuk yang tercatat pada seismograf
Wiechert di Stasiun Geofisika Jakarta. Selain menggunakan data seismograf
Wiechert (Gambar 1) dan menyebutnya sebagai stasiun BAT (Batavia), Okal
(2012) mengumpulkan data seismogram kuno lain.
Beberapa
seismogram kuno yang dicari dan akhirnya berhasil ditemukan, di antaranya
seismogram dari stasiun API (Apia, Samoa), CTO (Capetown, Afrika Selatan),
DBN (De Bilt, Netherland). Kemudian, GTT (Gottingen), PAR (Paris),
(Riverview, Australia), STR (Strasbourg, Prancis), dan TOK (Tokyo, Jepang).
Berdasarkan
hasil relokasi terungkap, gempa Jawa 1921 termasuk dalam jenis intraplate
dengan episenter di zona outerrise, sebelah selatan Palung Jawa pada titik
koordinat 10,81o LS-111,45o BT.
Kedalamannya,
hiposenter 30 kilometer. Tidak hanya merelokasi episenter, Okal (2012) juga
menentukan mekanisme sumber dari gempa Jawa 1921.
Hasil
analisis focal mechanism menggunakan data gerakan awal gelombang P akhirnya
mengungkap bahwa gempa 1921 terjadi karena deformasi kerak bumi di dasar laut
dengan mekanisme kombinasi antara sesar mendatar dan naik (dominasi
pergerakan arah mendatar), dengan parameter sesar strike=150o, dip=75o, dan
slip 28o.
Menurut
laporan Visser (1922), spektrum getaran dari gempa Jawa 1921 ini sangat luas
hingga sejauh 1.500 kilometer. Ke barat getaran dirasakan hingga Krui,
Lampung Barat. Ke timur getaran hingga Taliwang, Sumbawa.
Warga
saat itu merasakan guncangan kuat dari Cilacap, Jateng hingga Wlingi, Blitar.
Laporan Soloviev dan Go (1984) tidak merinci kerusakan dan korban jiwa secara
lengkap.
Tetapi
laporan secara kualitatif menunjukkan bahwa di zona antara Cilacap dan Blitar
dilaporkan banyak bangunan rumah roboh dan retak-retak.
Getaran
diperkirakan selama satu hingga empat menit. Guncangan juga dirasakan para
awak kapal SS Salawati yang sedang berlayar di lepas pantai selatan Malang di
titik koordinat 8,68o LS-112,37o BT.
Guncangan
tampaknya sebuah fenomena yang dapat diinterpretasikan sebagai gelombang
tsunami yang menumbuk badan kapal. Secara singkat, tsunami dapat
dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan perioda panjang yang ditimbulkan
oleh suatu gangguan impulsif pada medium laut.
Gelombang
tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsif ini bersifat transien atau
gelombang bersifat sesaat. Maka, kedatangan gelombang tsunami karena gempa
kuat di lautan dapat dirasakan awak kapal.
Menurut
laporan Soloviev dan Go (1984), gempa bumi Jawa 1921 telah memicu tsunami
yang terpantau peralatan di Parangtritis hingga Cilacap.
Data
perubahan muka laut akibat tsunami tercacat dengan jelas pada peralatan
pencatat pasang surut. Gelombang tsunami di Cilacap mulai pukul 12.15 WIB
dengan ketinggian 10 cm. Data marigram tsunami Jawa 1921 yang
didokumentasikan Visser (1922) masih tersimpan dengan baik dan dapat dilihat
pada Soloviev dan Go (1984).
Data Kuno
Semua
sadar akan manfaat besar data kuno hasil pengamatan para pendahulu. Data lama
tidak berarti harus dilupakan atau dibuang karena warisan berharga.
Dalam
hal ini, Okal (2012), ahli seismologi Amerika, berhasil memanfaatkan data
gempa bumi kuno seismogram Wiechert tahun 1921. Data kuno ini untuk
menentukan ulang lokasi episenter menjadi lebih akurat. Dia juga sekaligus
untuk mengungkap mekanisme sumber gempa yang masih misteri bagi para ahli
kebumian.
Dari
sisi mitigasi, penelitian Okal (2012) yang dipublikasikan dalam jurnalnya
berjudul “The South of Java Earthquake of 1921 September 11: a negative
search a large interpolate thrust event at the Java Trench” telah memberi
petunjuk penting, zona outerrie di selatan Jawa merupakan sumber gempa yang
patut diwaspadai.
Outerrise
merupakan unsur tektonik terletak di luar zona subduksi. Selama ini kita
menjadikan zona outerrise sebagai kawasan sumber gempa yang terabaikan. Masih
banyak misteri semesta di masa lampau yang perlu diungkap dan dicari
jawabannya.
Kesungguhan
dan kegigihan memanfaat data lama untuk menjawab fenomena alam masa lalu
perlu digalakkan para peneliti, demi kehidupan ke depan yang lebih baik.
Mengenali peristiwa bencana pada masa lalu dapat menjadi dasar strategi
mitigasi jitu untuk keselamatan masa depan anak cucu.
Dengan begitu, data apa pun hasil pengamatan harus dijaga dan
didokumentasikan dengan baik. Terakhir, apresiasi dan penghormatan pada
Professor Emile A Okal dari Deparment
Earth and Planetary Sciences, Northwestern University, Evanston, Amerika.
Berkat kegigihan mencari, mengumpulkan, dan meneliti data gempa kuno
Indonesia mampu mengungkap sedikit demi sedikit misterinya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar