Rabu, 17 Desember 2014

Babak Baru Indonesia-Selandia Baru

                        Babak Baru Indonesia-Selandia Baru

Al Busyra Basnur  ;   Pengamat Internasional
KORAN SINDO,  16 Desember 2014

                                                                                                                       


David Taylor, Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia yang baru saja beberapa hari lalu meninggalkan Indonesia karena selesai menjalankan tugas. Mengatakan, “There is no better time than now to get engaged with Indonesia, to do new things and to explore opportunities.”

Demikian ia menggambarkan peluang dan kesempatan ke depan hubungan Indonesia-Selandia Baru. Sementara iu, Jose Tavares, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru yang belum lama memulai tugasnya, dalam pembicaraan dengan penulis di Wellington minggu lalu mengatakan setidaknya ada empat prioritas bidang kerjasama bilateral dan urgen, yaitu geotermal, pertanian-food security, manajemen krisis, dan pendidikan.

Hubungan Jakarta-Wellington akan kian erat dankuat, tidak saja karena besarnya peluang dan potensi yang ada, tetapi juga meningkatnya perhatian pemerintah dan nonpemerintah kedua negara untuk berperan lebih aktif dan menyeluruh. Pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Selandia Baru John Key di Myanmar di selasela ASEAN Summit pertengahan bulan lalu, yang membahas isu-isu penting kedua negara, merupakan indikasi kuat hubungan Indonesia-Selandia Baru semakin penting ke depan.

Demikian juga forum dialog Indonesia-Selandia Baru yang diselenggarakan The Habibie Center dan Asia New Zealand Foundation awal bulan ini membuktikan non-state actors kedua negara memiliki perhatian dan komitmen kuat untuk mengisi hubungan dan memajukan kerja sama bilateral.

Berkembang

Sejak dibukanya hubungan diplomatik tahun 1958, kerja sama bilateral Indonesia dan Selandia Baru terus mengalami kemajuan di hampir semua bidang. Bahkan dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia dan Selandia Baru mencatat berbagai perkembangan yang signifikan dan sangat dinamis di bidang- bidang tertentu, khususnya ekonomi dan sosial budaya.

Sampai Agustus 2014, total perdagangan bilateral mencapai USD894.791 juta, naik 10,49% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya USD810.010 juta. Ke Selandia Baru, Indonesia banyak mengekspor palm kernel, expeller (bungkil kelapa sawit/ pakan ternak), minyak mentah, ban mobil, fertiliser, kertas, TV, kopi dan teh.

Sementara dari Selandia Baru, Indonesia mengimpor dairy products, daging beku, wood pulp, bawang bombai dan buah-buahan. Neraca perdagangan bilateral menunjukkan, Selandia Baru surplus USD300 juta, meski ekspor Indonesia naik 9,8 % pada semester pertama 2014. Tahun 2013, Indonesia tercatat sebagai mitra dagang ke-11 Selandia Baru.

Kerja sama investasi kedua negara juga mencatat angka cukup menggembirakan. April 2013-April 2014 investasi Selandia Baru di Indonesia NZD135 juta, utamanya di bidang dairy industry, konstruksi, hotel dan restoran. Sementara investasi Indonesia di Selandia Baru NZD147 juta, meliputi properti, peternakan, dan industri kayu.

Sementara itu bidang pendidikan dipayungi kerja sama Arrangement between the Ministry of National Education of the Republic of Indonesia and the Ministry of Education of New Zealand on Educational Cooperation, yang ditandatangani Menteri Pendidikan kedua negara pada Juni 2011.

Sejak penandatanganan itu, berbagai bentuk kerja sama pendidikan terlihat kian nyata, antara lain peningkatan pemberian beasiswa oleh pemerintah Selandia Baru dan perjanjian kerja sama pendidikan antarberbagai universitas dan lembaga pendidikan. Saat ini, sekitar 600 mahasiswa Indonesia belajar di berbagai perguruan tinggi di Selandia Baru, terutama di Wellington dan Auckland.

Jika dibandingkan dengan Australia, jumlah ini sangat rendah, yaitu sekitar 17.000 mahasiswa Indonesia belajar di sana. Di bidang pariwisata, tahun 2013 wisatawan Selandia Baru ke Indonesia berjumlah 66.484, meningkat dari 2012 berjumlah 55.857. Sementara pada 2010 hanya 38.000.

Sebaliknya, kunjungan wisatawan Indonesia ke Selandia Baru meningkat dua kali lipat dalam empat tahun, dari 7.000 tahun 2010 menjadi 14.000. Selandia Baru memang sangat aktif mempromosikan wisata di Indonesia, terutama setelah negara berpenduduk 4,5 juta jiwa itu membuka kantor pariwisata di Jakarta. Bahkan Selandia Baru juga mengangkat figur-figur publik Indonesia sebagai duta pariwisata mereka di Indonesia.

Dialog 15+15

Awal Desember, bulan ini, The Habibie Center dan Asia New Zealand Foundation menyelenggarakan 15+15 Dialogue on Indonesia-New Zealand Relations di Selandia Baru. Forum yang baru pertama kali diselenggarakan itu dimaksudkan untuk bertukar pikiran dan menampung berbagai pendapat, pandangan dan ide-ide cemerlang dalam upaya meningkatkan hubungan dan kerja sama Indonesia-Selandia Baru, terutama pada tataran nonpemerintah.

Pesertanya, 15 orang dari Indonesia dan 15 orang dari Selandia Baru adalah kalangan tokoh pemuda dan pro-fesional dari berbagai latar belakang dan profesi yang memiliki wawasan, pengalaman, pemahaman dan komitmen internasional yang kuat. Sesuai dengan jumlah peserta, tiap negara 15 orang, forum dialog itu menggunakan formula 15+15.

 Dalam forum, terungkap jelas begitu besar potensi dan peluang kerja sama bilateral yang dapat digali lebih lanjut, baik di bidang ekonomi, media, pendidikan, riset dan teknologi, sosial maupun seni dan budaya. Terlihat juga dengan jelas, kuatnya komitmen peserta untuk ikut terlibat dan berperan langsung dalam setiap upaya memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas kerja sama yang sudah ada serta menyelenggarakan inisiatif-inisiatif baru sesuai keahlian dan bidang mereka masing-masing.

Menteri Perdagangan Selandia Baru, Tim Gosher, yang juga Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia tahun 1990-an menilai forum dialog 15+15 itu sangat penting sehingga ia pun hadir dan berdialog langsung dengan peserta dalam jamuan makan malam.

Untuk bertemu peserta dialog tersebut, Tim Gosher harus naik mobil lebih 1,5 jam karena Dialog 15+15 itu diselenggarakan di Martinborough, kota kecil di sebelah utara Wellington. Mengingat pentingnya forum dialog itu, Direktur Eksekutif The Habibie Center Rahimah “Ima” Abdulrahim mengatakan akan menyelenggarakannya setiap tahun, yang pada 2015 diselenggarakan di Indonesia.

Tantangan

Pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri John Key pada level pemerintah dan 15+15 Dialogue on Indonesia-New Zealand Relations pada level nonpemerintah akan memberi dampak besar menuju babak baru hubungan Indonesia- Selandia Baru. Pertemuan kedua kepala negara, tentu akan ditindaklanjuti saling kunjung pejabat pemerintah guna merealisasi rencana kerja sama.

Demikian pula 15+15 Dialog akan menjadi driver, mesin pendukung, dan energi baru hubungan dan kerja sama bilateral ke depan. Namun tantangan tentu saja ada. Salah satunya, meski hubungan bilateral kedua negara sudah terjalin sejak lebih 50 tahun lalu, pengetahuan dan pemahaman masyarakat Selandia Baru terhadap Indonesia masih rendah.

Demikian pula sebaliknya. Persepsi sebagian masyarakat Selandia Baru terhadap Indonesia selama ini cenderung keliru terutama mengenai isuisu HAM dan perkembangan politik dalam negeri Indonesia. Ini disebabkan berita pers setempat tentang Indonesia tidak banyak. Jikapun ada, cenderung tidak akurat dan tidak komprehensif.

Selain itu, media Selandia Baru tidak mendapatkan sumber informasi yang akurat. Hampir semua berita pers tentang Indonesia di Selandia Baru dikutip dari media pers negara tetangganya yang selama ini memang kurang bersahabat dengan Indonesia. Karena itu, hubungan dan kerja sama antarmedia pers kedua negara menjadi sangat penting guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat bangsa kedua negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar