Babak
Baru Indonesia-Selandia Baru
Al Busyra Basnur ; Pengamat Internasional
|
KORAN
SINDO, 16 Desember 2014
David
Taylor, Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia yang baru saja beberapa hari
lalu meninggalkan Indonesia karena selesai menjalankan tugas. Mengatakan,
“There is no better time than now to get engaged with Indonesia, to do new
things and to explore opportunities.”
Demikian
ia menggambarkan peluang dan kesempatan ke depan hubungan Indonesia-Selandia
Baru. Sementara iu, Jose Tavares, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru
yang belum lama memulai tugasnya, dalam pembicaraan dengan penulis di
Wellington minggu lalu mengatakan setidaknya ada empat prioritas bidang
kerjasama bilateral dan urgen, yaitu geotermal, pertanian-food security,
manajemen krisis, dan pendidikan.
Hubungan
Jakarta-Wellington akan kian erat dankuat, tidak saja karena besarnya peluang
dan potensi yang ada, tetapi juga meningkatnya perhatian pemerintah dan
nonpemerintah kedua negara untuk berperan lebih aktif dan menyeluruh.
Pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Selandia Baru
John Key di Myanmar di selasela ASEAN Summit pertengahan bulan lalu, yang
membahas isu-isu penting kedua negara, merupakan indikasi kuat hubungan
Indonesia-Selandia Baru semakin penting ke depan.
Demikian
juga forum dialog Indonesia-Selandia Baru yang diselenggarakan The Habibie
Center dan Asia New Zealand Foundation awal bulan ini membuktikan non-state
actors kedua negara memiliki perhatian dan komitmen kuat untuk mengisi
hubungan dan memajukan kerja sama bilateral.
Berkembang
Sejak
dibukanya hubungan diplomatik tahun 1958, kerja sama bilateral Indonesia dan
Selandia Baru terus mengalami kemajuan di hampir semua bidang. Bahkan dalam
beberapa dekade terakhir, Indonesia dan Selandia Baru mencatat berbagai
perkembangan yang signifikan dan sangat dinamis di bidang- bidang tertentu,
khususnya ekonomi dan sosial budaya.
Sampai
Agustus 2014, total perdagangan bilateral mencapai USD894.791 juta, naik
10,49% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya USD810.010
juta. Ke Selandia Baru, Indonesia banyak mengekspor palm kernel, expeller
(bungkil kelapa sawit/ pakan ternak), minyak mentah, ban mobil, fertiliser,
kertas, TV, kopi dan teh.
Sementara dari Selandia Baru, Indonesia mengimpor dairy products,
daging beku, wood pulp, bawang bombai dan buah-buahan. Neraca perdagangan
bilateral menunjukkan, Selandia Baru surplus USD300 juta, meski ekspor
Indonesia naik 9,8 % pada semester pertama 2014. Tahun 2013, Indonesia
tercatat sebagai mitra dagang ke-11 Selandia Baru.
Kerja sama investasi kedua negara juga mencatat angka cukup menggembirakan.
April 2013-April 2014 investasi Selandia Baru di Indonesia NZD135 juta,
utamanya di bidang dairy industry, konstruksi, hotel dan restoran. Sementara
investasi Indonesia di Selandia Baru NZD147 juta, meliputi properti,
peternakan, dan industri kayu.
Sementara itu bidang pendidikan dipayungi kerja sama Arrangement
between the Ministry of National Education of the Republic of Indonesia and
the Ministry of Education of New Zealand on Educational Cooperation, yang
ditandatangani Menteri Pendidikan kedua negara pada Juni 2011.
Sejak penandatanganan itu, berbagai bentuk kerja sama pendidikan
terlihat kian nyata, antara lain peningkatan pemberian beasiswa oleh
pemerintah Selandia Baru dan perjanjian kerja sama pendidikan antarberbagai
universitas dan lembaga pendidikan. Saat ini, sekitar 600 mahasiswa Indonesia
belajar di berbagai perguruan tinggi di Selandia Baru, terutama di Wellington
dan Auckland.
Jika dibandingkan dengan Australia, jumlah ini sangat rendah, yaitu
sekitar 17.000 mahasiswa Indonesia belajar di sana. Di bidang pariwisata,
tahun 2013 wisatawan Selandia Baru ke Indonesia berjumlah 66.484, meningkat
dari 2012 berjumlah 55.857. Sementara pada 2010 hanya 38.000.
Sebaliknya, kunjungan wisatawan Indonesia ke Selandia Baru meningkat
dua kali lipat dalam empat tahun, dari 7.000 tahun 2010 menjadi 14.000.
Selandia Baru memang sangat aktif mempromosikan wisata di Indonesia, terutama
setelah negara berpenduduk 4,5 juta jiwa itu membuka kantor pariwisata di
Jakarta. Bahkan Selandia Baru juga mengangkat figur-figur publik Indonesia
sebagai duta pariwisata mereka di Indonesia.
Dialog 15+15
Awal Desember, bulan ini, The Habibie Center dan Asia New Zealand
Foundation menyelenggarakan 15+15 Dialogue on Indonesia-New Zealand Relations
di Selandia Baru. Forum yang baru pertama kali diselenggarakan itu
dimaksudkan untuk bertukar pikiran dan menampung berbagai pendapat, pandangan
dan ide-ide cemerlang dalam upaya meningkatkan hubungan dan kerja sama
Indonesia-Selandia Baru, terutama pada tataran nonpemerintah.
Pesertanya, 15 orang dari Indonesia dan 15 orang dari Selandia Baru
adalah kalangan tokoh pemuda dan pro-fesional dari berbagai latar belakang
dan profesi yang memiliki wawasan, pengalaman, pemahaman dan komitmen
internasional yang kuat. Sesuai dengan jumlah peserta, tiap negara 15 orang,
forum dialog itu menggunakan formula 15+15.
Dalam forum, terungkap jelas
begitu besar potensi dan peluang kerja sama bilateral yang dapat digali lebih
lanjut, baik di bidang ekonomi, media, pendidikan, riset dan teknologi,
sosial maupun seni dan budaya. Terlihat juga dengan jelas, kuatnya komitmen peserta
untuk ikut terlibat dan berperan langsung dalam setiap upaya memperluas
jangkauan dan meningkatkan kualitas kerja sama yang sudah ada serta
menyelenggarakan inisiatif-inisiatif baru sesuai keahlian dan bidang mereka
masing-masing.
Menteri Perdagangan Selandia Baru, Tim Gosher, yang juga Duta Besar
Selandia Baru untuk Indonesia tahun 1990-an menilai forum dialog 15+15 itu
sangat penting sehingga ia pun hadir dan berdialog langsung dengan peserta
dalam jamuan makan malam.
Untuk bertemu peserta dialog tersebut, Tim Gosher harus naik mobil
lebih 1,5 jam karena Dialog 15+15 itu diselenggarakan di Martinborough, kota
kecil di sebelah utara Wellington. Mengingat pentingnya forum dialog itu,
Direktur Eksekutif The Habibie Center Rahimah “Ima” Abdulrahim mengatakan
akan menyelenggarakannya setiap tahun, yang pada 2015 diselenggarakan di
Indonesia.
Tantangan
Pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri John Key
pada level pemerintah dan 15+15 Dialogue on Indonesia-New Zealand Relations
pada level nonpemerintah akan memberi dampak besar menuju babak baru hubungan
Indonesia- Selandia Baru. Pertemuan kedua kepala negara, tentu akan
ditindaklanjuti saling kunjung pejabat pemerintah guna merealisasi rencana
kerja sama.
Demikian pula 15+15 Dialog akan menjadi driver, mesin pendukung, dan
energi baru hubungan dan kerja sama bilateral ke depan. Namun tantangan tentu
saja ada. Salah satunya, meski hubungan bilateral kedua negara sudah terjalin
sejak lebih 50 tahun lalu, pengetahuan dan pemahaman masyarakat Selandia Baru
terhadap Indonesia masih rendah.
Demikian pula sebaliknya. Persepsi sebagian masyarakat Selandia Baru
terhadap Indonesia selama ini cenderung keliru terutama mengenai isuisu HAM
dan perkembangan politik dalam negeri Indonesia. Ini disebabkan berita pers
setempat tentang Indonesia tidak banyak. Jikapun ada, cenderung tidak akurat
dan tidak komprehensif.
Selain itu, media Selandia Baru tidak mendapatkan sumber informasi yang
akurat. Hampir semua berita pers tentang Indonesia di Selandia Baru dikutip
dari media pers negara tetangganya yang selama ini memang kurang bersahabat
dengan Indonesia. Karena itu, hubungan dan kerja sama antarmedia pers kedua
negara menjadi sangat penting guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat bangsa kedua negara. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar