2015
: Tahun Lembu Kurus
Berly Martawardaya ; Ekonom UI dan Ketua PP Ikatan Sarjana Nahdlatul
Ulama
|
KORAN
SINDO, 17 Desember 2014
Dahulu
kala raja Mesir memimpikan munculnya tujuh lembu gemuk lalu dimakan tujuh
lembu kurus. Nabi Yusuf menafsirkan bahwa mimpi tersebut berarti Mesir akan
alami tujuh tahun masa kesuburan dan kemakmuran yang diikuti oleh tujuh tahun
kekurangan air dan gagal panen.
Nabi
Yusuf lalu diberi mandat untuk meningkatkan produksi pangan selama tujuh
tahun subur, dan menyiapkan sistem penyimpangan surplus pangan untuk
mencukupi kebutuhan rakyat pada masa tandus sehingga tidak terjadi kelaparan
massal.
Apabila
presiden Indonesia mendapat mimpi tentang perekonomian mendatang, kemungkinan
besar isyaratnya akan berupa dua lembu kurus yang dimakan dua lembu gemuk.
Periode 2015-2016 adalah masa menanam dan menata ulang ekonomi untuk memanen
pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran pada periode 2017-2018.
Warisan Tantangan
Beberapa
waktu lalu pada rubrik opini (KORAN
SINDO, 22/10), penulis menjabarkan bahwa SBY meninggalkan warisan ekonomi
berupa pertumbuhan ekonomi yang menurun, deindustrialisasi dan melambatnya
pengentasan kemiskinan. Juga terjadi penurunan ekspor nonmigas dan
meningkatnya impor (khususnya migas) yang memicu defisit neraca perdagangan
sehingga rupiah terus melemah.
Pertumbuhan
ekonomi beberapa tahun terakhir didominasi oleh konsumsi dalam negeri yang memiliki
proporsi pada kisaran 55%. Akibatnya perekonomian Indonesia rentan inflasi
ketika permintaan meningkat sekitar lebaran dan distribusi bahan makanan
terhambat hujan serta ombak. Dengan melambatnya perekonomian maka pertumbuhan
ekonomi di 2015 akan sulit menembus 6%.
Itu
kondisi yang harus dihadapi. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi
2015 di kisaran 5,4-5,8%, sedangkan proyeksi Bank Dunia lebih rendah pada
5,2%. Padahal, Indonesia akan alami bonus demografi dengan meningkatnya
proporsi tenaga kerja produktif pada 2020-2030. Jangan sampai periode
tersebut justru menjadi masa peningkatan pengangguran dan masalah sosial.
Reorientasi
Ekonomi
Mencapai ekonomi Indonesia yang
kokoh, kompetitif dan lepas dari middle income trap tidak mudah. Dibutuhkan
lima pilar, yaitu reindustrialisasi, perbaikan infrastruktur, pertumbuhan
sektor primer, peningkatan kualitas SDM, serta reformasi birokrasi. Sektor
industri adalah motor pertumbuhan di Orde Baru yang berhasil mengangkat
puluhan juta orang keluar dari kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di China, Korsel, dan
Vietnam tidak dapat dilepaskan dari sektor manufaktur. Industri mendorong
pertumbuhan sektor terkait serta meningkatkan penguasaan teknologi yang bisa
digunakan pada banyak perusahaan (technological spillover). Pelarangan ekspor
mineral mentah yang diterapkan sejak awal 2014 menyebabkan perusahaan tambang
harus membangun smelter dan fasilitas pengolahan biji mineral yang
membutuhkan sekitar 2-3 tahun.
Demikian juga dengan pembangunan kilang minyak sehingga lebih banyak
produksi minyak mentah Indonesia yang bisa diproses dalam negeri. Namun,
semua itu membutuhkan perbaikan jalan, pelabuhan dan peningkatan suplai
listrik. Pilar ketiga adalah sektor primer (pertanian, peternakan, perikanan,
dan perhutanan) menyerap hampir setengah tenaga kerja, terutama yang
berpendidikan rendah, namun hanya alami pertumbuhan rata-rata 3,6%.
Petani, peternak, nelayan, dan pengolah hasil hutan tidak harus miskin,
profesi serupa di banyak negara jauh lebih baik kesejahteraannya. Perbaikan
keterampilan serta akses modal dan peralatan akan menaikkan produktivitas dan
nilai tambah. Sektor kelautan bisa menjadi quick win ekonomi Indonesia di
2015, karena saat ini produktivitasnya per kilometer persegi hanya 10%
dibandingkan Thailand dan Filipina.
Lebih dari setengah tenaga kerja di Indonesia masih lulusan SMP atau
lebih rendah. Kemendikdasmen perlu bekerja keras untuk menaikkan jumlah
tenaga kerja yang lulus SMA dengan meningkatkan kualitas pengetahuan dan
ketajaman analisa. Pembangunan gedung sekolah dan pelatihan guru membutuhkan
waktu beberapa tahun.
Untuk tenaga kerja yang sudah di luar usia sekolah, Kemenaker dapat
meningkatkan keterampilan mereka dengan memfasilitasi, (langsung atau dengan
insentif bagi perusahaan) kursus singkat sehingga pekerja lebih produktif dan
bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Pilar terakhir adalah reformasi
birokrasi pemerintah.
Kualitas aparat sipil negara (ASN) perlu diperbaiki untuk meningkatkan
penerimaan negara, khususnya pajak yang lebih rendah dibanding negara
tetangga, dan mengelola pengeluaran sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara nyata dan tidak hanya menghabiskan anggaran. UU ASN
memungkinkan pemerintah untuk merekrut orang dari sektor swasta, universitas,
dan LSM untuk menjadi eselon satu dan dua.
Taichi
Ekonomi
Strategi jangka menengah perlu dilengkapi dengan strategi jangka
pendek. Sambil menunggu berbuahnya strategi jangka menengah di atas, ada
beberapa hal yang bisa dilakukan. Prinsip taichi adalah menggunakan kelemahan
untuk kemenangan Nilai rupiah yang melemah tidak otomatis berdampak negatif
melainkan kesempatan untuk meningkatkan ekspor Indonesia yang harganya turun
sehingga lebih kompetitif.
Hampir seperlima ekspor Indonesia terdiri dari lemak dan karet yang
diuntungkan dengan kondisi ini. Quick
win di sektor kelautan selain dari segi jumlah juga perlu transisi ke
produk high value seperti tuna, lobster, dan ikan hias. Naiknya harga barang
baku impor harus disikapi anggap peluang untuk menyediakan substitusi
domestik sehingga struktur industri kita lebih kukuh.
Masuknya tenaga terdidik ASEAN pasca-MEA perlu diarahkan secara
selektif pada sektor yang memang kekurangan secara kronik untuk meningkatkan
produktivitas sambil menunggu tersedianya lulusan domestik. Dalam pidato
pelantikannya sebagai presiden Amerika Serikat, John F Kennedy menyatakan
bahwa deretan mimpi yang ingin diwujudkan untuk perbaikan negaranya butuh
waktu panjang. But let us begin. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar