Kamis, 18 Desember 2014

2015 : Tahun Lembu Kurus

                                      2015 : Tahun Lembu Kurus

Berly Martawardaya  ;   Ekonom UI dan Ketua PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama
KORAN SINDO,  17 Desember 2014

                                                                                                                       


Dahulu kala raja Mesir memimpikan munculnya tujuh lembu gemuk lalu dimakan tujuh lembu kurus. Nabi Yusuf menafsirkan bahwa mimpi tersebut berarti Mesir akan alami tujuh tahun masa kesuburan dan kemakmuran yang diikuti oleh tujuh tahun kekurangan air dan gagal panen.

Nabi Yusuf lalu diberi mandat untuk meningkatkan produksi pangan selama tujuh tahun subur, dan menyiapkan sistem penyimpangan surplus pangan untuk mencukupi kebutuhan rakyat pada masa tandus sehingga tidak terjadi kelaparan massal.

Apabila presiden Indonesia mendapat mimpi tentang perekonomian mendatang, kemungkinan besar isyaratnya akan berupa dua lembu kurus yang dimakan dua lembu gemuk. Periode 2015-2016 adalah masa menanam dan menata ulang ekonomi untuk memanen pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran pada periode 2017-2018.

Warisan Tantangan

Beberapa waktu lalu pada rubrik opini (KORAN SINDO, 22/10), penulis menjabarkan bahwa SBY meninggalkan warisan ekonomi berupa pertumbuhan ekonomi yang menurun, deindustrialisasi dan melambatnya pengentasan kemiskinan. Juga terjadi penurunan ekspor nonmigas dan meningkatnya impor (khususnya migas) yang memicu defisit neraca perdagangan sehingga rupiah terus melemah.

Pertumbuhan ekonomi beberapa tahun terakhir didominasi oleh konsumsi dalam negeri yang memiliki proporsi pada kisaran 55%. Akibatnya perekonomian Indonesia rentan inflasi ketika permintaan meningkat sekitar lebaran dan distribusi bahan makanan terhambat hujan serta ombak. Dengan melambatnya perekonomian maka pertumbuhan ekonomi di 2015 akan sulit menembus 6%.

Itu kondisi yang harus dihadapi. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2015 di kisaran 5,4-5,8%, sedangkan proyeksi Bank Dunia lebih rendah pada 5,2%. Padahal, Indonesia akan alami bonus demografi dengan meningkatnya proporsi tenaga kerja produktif pada 2020-2030. Jangan sampai periode tersebut justru menjadi masa peningkatan pengangguran dan masalah sosial.

Reorientasi Ekonomi

 Mencapai ekonomi Indonesia yang kokoh, kompetitif dan lepas dari middle income trap tidak mudah. Dibutuhkan lima pilar, yaitu reindustrialisasi, perbaikan infrastruktur, pertumbuhan sektor primer, peningkatan kualitas SDM, serta reformasi birokrasi. Sektor industri adalah motor pertumbuhan di Orde Baru yang berhasil mengangkat puluhan juta orang keluar dari kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di China, Korsel, dan Vietnam tidak dapat dilepaskan dari sektor manufaktur. Industri mendorong pertumbuhan sektor terkait serta meningkatkan penguasaan teknologi yang bisa digunakan pada banyak perusahaan (technological spillover). Pelarangan ekspor mineral mentah yang diterapkan sejak awal 2014 menyebabkan perusahaan tambang harus membangun smelter dan fasilitas pengolahan biji mineral yang membutuhkan sekitar 2-3 tahun.

Demikian juga dengan pembangunan kilang minyak sehingga lebih banyak produksi minyak mentah Indonesia yang bisa diproses dalam negeri. Namun, semua itu membutuhkan perbaikan jalan, pelabuhan dan peningkatan suplai listrik. Pilar ketiga adalah sektor primer (pertanian, peternakan, perikanan, dan perhutanan) menyerap hampir setengah tenaga kerja, terutama yang berpendidikan rendah, namun hanya alami pertumbuhan rata-rata 3,6%.

Petani, peternak, nelayan, dan pengolah hasil hutan tidak harus miskin, profesi serupa di banyak negara jauh lebih baik kesejahteraannya. Perbaikan keterampilan serta akses modal dan peralatan akan menaikkan produktivitas dan nilai tambah. Sektor kelautan bisa menjadi quick win ekonomi Indonesia di 2015, karena saat ini produktivitasnya per kilometer persegi hanya 10% dibandingkan Thailand dan Filipina.

Lebih dari setengah tenaga kerja di Indonesia masih lulusan SMP atau lebih rendah. Kemendikdasmen perlu bekerja keras untuk menaikkan jumlah tenaga kerja yang lulus SMA dengan meningkatkan kualitas pengetahuan dan ketajaman analisa. Pembangunan gedung sekolah dan pelatihan guru membutuhkan waktu beberapa tahun.

Untuk tenaga kerja yang sudah di luar usia sekolah, Kemenaker dapat meningkatkan keterampilan mereka dengan memfasilitasi, (langsung atau dengan insentif bagi perusahaan) kursus singkat sehingga pekerja lebih produktif dan bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Pilar terakhir adalah reformasi birokrasi pemerintah.

Kualitas aparat sipil negara (ASN) perlu diperbaiki untuk meningkatkan penerimaan negara, khususnya pajak yang lebih rendah dibanding negara tetangga, dan mengelola pengeluaran sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata dan tidak hanya menghabiskan anggaran. UU ASN memungkinkan pemerintah untuk merekrut orang dari sektor swasta, universitas, dan LSM untuk menjadi eselon satu dan dua.

Taichi Ekonomi

Strategi jangka menengah perlu dilengkapi dengan strategi jangka pendek. Sambil menunggu berbuahnya strategi jangka menengah di atas, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Prinsip taichi adalah menggunakan kelemahan untuk kemenangan Nilai rupiah yang melemah tidak otomatis berdampak negatif melainkan kesempatan untuk meningkatkan ekspor Indonesia yang harganya turun sehingga lebih kompetitif.

Hampir seperlima ekspor Indonesia terdiri dari lemak dan karet yang diuntungkan dengan kondisi ini. Quick win di sektor kelautan selain dari segi jumlah juga perlu transisi ke produk high value seperti tuna, lobster, dan ikan hias. Naiknya harga barang baku impor harus disikapi anggap peluang untuk menyediakan substitusi domestik sehingga struktur industri kita lebih kukuh.

Masuknya tenaga terdidik ASEAN pasca-MEA perlu diarahkan secara selektif pada sektor yang memang kekurangan secara kronik untuk meningkatkan produktivitas sambil menunggu tersedianya lulusan domestik. Dalam pidato pelantikannya sebagai presiden Amerika Serikat, John F Kennedy menyatakan bahwa deretan mimpi yang ingin diwujudkan untuk perbaikan negaranya butuh waktu panjang. But let us begin.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar