Minggu, 10 Agustus 2014

Wisata Budaya

Wisata Budaya

Purnawan Andra  ;  Peminat Kajian Sosial Budaya Masyarakat
KORAN TEMPO, 09 Agustus 2014

                                                                                                                                   

Pada masa liburan, kita biasanya pergi berwisata ke pantai, kebun binatang, atau pegunungan. Bagi orang yang biasa tinggal di kota besar, hal ini menjadi penting untuk melepas lelah dan menyegarkan diri dari tekanan keseharian. Tempat-tempat tersebut menjadi tujuan favorit karena minimnya lokasi alternatif untuk berwisata di kota.

Maka menarik untuk menyelami lebih jauh konsep "wisata budaya". Wisata dalam konsep ini bukan dalam pengertian rekreasi belaka, namun lebih sebagai upaya untuk masuk dalam proses belajar guna mengenali produk simbol. Dan, kebudayaan dalam konteks ini dimaknai sebagai sebuah sistem simbol. Karena itu, wisata budaya adalah cara lain untuk melakukan proses belajar dengan mengenali (dan mendalami) simbol-simbol kebudayaan yang ada (Untoro, 2008).

Ada banyak simbol-simbol kebudayaan dan jejak sejarah yang bisa dipelajari dari tempat-tempat wisata seperti candi atau museum. Mengunjungi Museum Diponegoro di Magelang, misalnya, orang tidak hanya melihat lokasi Sang Pangeran terperangkap dan ditangkap Belanda, tapi juga aktivitas historis yang tertinggal serta pergulatan pemikiran untuk mempertahankan harkat dan martabat bangsa. Di museum ini, dalam beberapa kesempatan juga ditampilkan bentuk-bentuk seni budaya lokal yang sebagai sumber ide dan merepresentasikan perjuangan Diponegoro, seperti kesenian hadrah, tablo, dan obros.

Wisata budaya adalah upaya untuk menapaki jejak sejarah, rekreasi berkualitas yang berguna untuk mengisi hari libur. Rekreasi tidak hanya bersenang-senang, tapi juga bergembira mengenali dan mendalami kultur lokal yang ada di satu masyarakat, termasuk keseniannya. Dan menempatkan identitas lokal dalam kehadiran publik yang diberi label wisata budaya adalah upaya untuk memahami pariwisata secara lain.

Kita juga bisa belajar kepada konsep artventure di Grintingan, sebuah dukuh di dataran tinggi Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Ia merupakan kombinasi antara outbound dan kegiatan seni budaya. Para peserta diajak mengikuti latihan menabuh gamelan untuk melatih kebersamaan, respons, dan tanggung jawab dalam kelompok. Mereka juga mengikuti latihan kesenian rakyat, berlatih gerak, memainkan properti kuda lumping dan topeng buto (raksasa), serta belajar merias wajah dan mengenakan kostumnya. Kegiatan ini melatih kepekaan emosi, keyakinan diri, dan mengolah sisi afektif psikomotorik manusia melalui kesenian. Lived-in di rumah penduduk setempat juga mengajak peserta mengikuti seluruh kegiatan pertanian yang dilakukan sehingga mereka lebih mengenal, memahami, dan pada akhirnya mampu menghargai kerja para pelaku pertanian. Dalam kehidupan ekonomi komunal, sikap ini menjadi penting untuk menciptakan keseimbangan ekonomi.

Artventure sebagai wisata budaya mensinergikan berbagai macam disiplin ilmu dan pendekatan empirik ataupun sosial budaya dalam sebuah industri pariwisata yang berorientasi pada bisnis terpadu, sekaligus sebagai industri kreatif berbasis masyarakat. Potensinya bisa diuji dan diterapkan dalam membangun Indonesia yang lebih berkualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar