Tiga
Bara di Arab Timur
Ibnu Burdah ; Pemerhati Timur Tengah dan Dunia Islam,
Dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
|
MEDIA
INDONESIA, 05 Agustus 2014
TIGA konflik berdarah dengan korban
ke manusiaan memilu kan pecah di dunia Arab belakangan ini. Tiga perang itu
ialah perang Suriah, perang Irak, dan perang Gaza. Ketiganya terjadi di
subkawasan Arab Timur. Perang Suriah melibatkan rezim Assad, Hezbollah, Iran,
dan jaringan Syiah serta didukung Rusia di satu sisi.
Di sisi lain, kelompok-kelompok
oposisi dengan spektrum ideologi sangat luas (minus Syiah) dan didukung
negara-negara Sunni kawasan terutama Arab Saudi, Qatar, Emirat, Turki, serta
dukungan terbatas dari sejumlah negara Barat. Perang Suriah telah berlangsung
lebih dari tiga tahun. Kehancuran di lapangan seharusnya sudah cukup memaksa
kedua pihak berhenti berperang dan memulai perundingan yang sungguh-sungguh.
Faktanya, mereka masih melanjutkan pertempuran.
Perang Irak diledakkan aliansi
pimpinan ISIL bersama ekstremis Sunni terutama pasukan eks Saddam dan
suku-suku anti-Maliki. Sasaran mereka ialah penjatuhan Maliki dan rezim yang
condong kepada Syiah di Irak. Kini, Iran dan secara terbatas AS terlibat
dalam upaya menghadang laju kelompok yang sudah mendeklarasikan ke-khilafah-an tersebut. Di luar dua
kelompok yang saling hantam itu ada `otoritas' Kurdi yang berupaya lepas dari
cengkeraman Baghdad dan membangun negara Kurdistan merdeka di utara. Masa
depan dan keutuhan Irak benar-benar dipertaruhkan. Masa depan kawasan juga
dalam ancaman gerakan radikal.
Di Gaza, salah satu wilayah
Palestina, Israel melakukan tindakan ofensif besar melalui darat, udara, dan
laut terhadap kelompok Hamas dan Jihad Islami. Korban kemanusiaan terus
berjatuhan pascakegagalan upaya gencatan senjata yang dimediasi Mesir yang
memang condong ke pihak Israel. Perlawanan dua sayap militer Hamas, Mu'askar Izzuddin al-Qassam, dan Jihad Islamiy, Mu'askar Saraya al-Quds, menjanjikan perang itu tak akan berlangsung
sebentar. Kemampuan mereka untuk memberikan perlawanan dan membahayakan
kehidupan masyarakat Israel sulit dibantah saat ini.
Dua sisi sejarah
Ketiga perang tersebut, sekali
lagi, terjadi di subkawasan Arab Timur (al-Masyriq
al-Arabiy). Dalam terminologi tradisional, Arab Timur menunjuk kepada
kawasan Arab di sebelah timur Laut Merah termasuk negaranegara Teluk.
Bandingannya ialah Arab Barat (al-Maghrib
al-Arabiy) yang meliputi Libia, Tunisia, Aljazair, Maroko, dan
Mauritania. Sekarang, seiring dengan keterpecahan Arab dalam banyak
negara-negara kecil dan kecenderungan pergaulannya, negara-negara Teluk nan
makmur seolah dipisahkan secara tersendiri dari negara-negara Arab Ti mur
yang secara umum lebih chaos. Jadi, negara Arab Timur meliputi Irak, Suriah,
Libanon, Palestina, dan Kerajaan Hasyimiyah Yordania. Cakupan itu mirip
dengan cakupan wilayah Bulan Sabit Subur (al-Hilal
al-Khashib/Fertile Crescent). Dari kelima negara itu, hanya Yordania yang
tampak stabil di permukaan kendati, jika diselisik lebih dalam, juga
menyimpan sekam bara yang tak kalah panas.
Sejarah menunjukkan subkawasan
Arab Timur sebenarnya merupakan panggung peradaban sejak masa yang sangat
tua. Di kawasan itu, hasil-hasil peradaban agung pernah dipentaskan dalam
sejarah umat manusia. Babilonia mengkreasikan peradaban menjulang di masa
purba. Julukannya tak main-main, mahdul hadharaat (tempat lahir peradaban/the cradle of civilization). Babilonia
ialah bangsa campuran dari Arab Selatan (Qahthani)
yang bermigrasi ke utara, bercampur dengan bangsa Arab Utara (Adnani), kemudian bercampur lagi
dengan ras-ras lokal yang lebih civilized
di utara (lihat Muhammad Abd al-syafi' Isa, al-Qawmiyyah al-Arabiyyah fi Muftariq al-Thuruq: Muhaawalah fi
Tajdiid al-Fikr al-Qawmiy, 2011, hlm 59-60).
Peradaban-peradaban tua lain
tersebar di banyak bagian wilayah di Arab Timur itu baik di Lembah Yordan,
Jerusalem, sepanjang Bulan Sabit Subur, tepian Laut Mati, dan seterusnya.
Dari wilayah itu pula agama-agama Ibrahim kecuali Islam lahir dan berkembang
pertama kali. Di kawasan tersebut pula, Islam, agama yang semula tak
diperhitungkan, tiba-tiba tampil ke pusaran sejarah dunia dengan lahirnya
dinasti Umawi di Damaskus, disusul Abbasiyah di Baghdad. Hasil-hasil ilmu dan
peradaban masa ini memberikan kontribusi besar untuk umat manusia sepanjang
zaman. Peradaban dan keilmuan yang berkembang di Baghdad juga di Andalus
memberikan sumbangan penting bagi lahirnya peradaban Barat-Eropa yang
berkembang hingga sekarang. Zaman tersebut masih menjadi kebanggaan umat
Islam hingga sekarang dengan menyebutnya sebagai al-ashr al-dzahabi (masa
keemasan). Kita mudah mencari deretan prestasi berupa sejarah capaian dan
keagungan peradaban di wilayah itu.
Akan tetapi, sejarah Arab Timur
ternyata juga terkait erat dengan tragedi. Persaingan Romawi dan Persia,
sejarah perang Salib, pembantaian Dinasti Umawi, sejarah keruntuhan Baghdad
yang disertai pembantaian tragis dan penghancuran hasil-hasil peradaban
besar, dan deretan konflik yang membawa tragedi kemanusiaan lain. Peristiwa-peristiwa
itu mengambil panggung di Arab Timur.
Di masa modern, sejarah kawasan
itu juga mencatat rangkaian perang yang membawa tragedi kemanusiaan. Kawasan
tersebut menjadi tempat perjumpaan kekuatan sekutu yang didukung suku-suku
lokal Arab versus Jerman yang didukung Kera jaan Ustmaniyyah. Kawasan itu
juga menyaksikan perang destruktif Arab-Israel beberapa kali yang membawa
arus deras pengungsi separuh penduduk Palestina hingga sekarang, perang
Irak-Iran yang panjang, perang AS-Irak yang begitu destruktif dua kali,
perang Israel Hezbollah, Israel-Hamas 2008-2009, dan perang-perang lain dalam
skala lebih kecil.
Jika dibandingkan dengan
subkawasan Arab lain, bahkan kawasan lain di dunia, Arab Timur memang
mencatat sejarahnya yang begitu keras dan berdarah, di samping catatan hebat
tentang kebesaran dan keagungan peradabannya. Di satu sisi, wilayah itu
merupakan nestapa dan petaka. Namun, di sisi lain, wilayah tersebut merupakan
kebanggaan dan harapan.
Hari ini sejarah Arab Timur itu
seperti kembali terulang. Tiga bara besar, di Irak, Suriah, dan Gaza,
membakar kawasan itu dengan segala petaka dan tragedi kemanusiaannya. Ini tak
ubahnya takdir sejarah subkawasan tersebut. Akan tetapi, kita berharap sisi
lain dari sejarah subkawasan yaitu perdamaian dan perhargaan atas manusia dan
capaian peradaban juga segera menjelang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar