Minggu, 10 Agustus 2014

ISIS dan Ancaman di Timur Tengah

ISIS dan Ancaman di Timur Tengah

Obsatar Sinaga  ;  Guru besar Universitas Padjadjaran
KORAN TEMPO, 05 Agustus 2014

                                                                                                                                   

Fenomena gerakan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) atau Al-Dawla al-Islamiya fi Al-Iraq wa Al-Syam, atau Negara Islam di Irak dan Suriah, telah menyita perhatian dunia. ISIS lahir di perbatasan antara Irak dan Suriah, sebagai dampak dari ekspansi Amerika Serikat di Irak yang berakumulasi dengan upaya membangun harga diri bangsa Arab dari kekuasaan asing. Meski menamakan diri sebagai suatu negara dan telah menguasai sekitar 400 km persegi wilayah di Irak dan Suriah, secara de jure hingga saat ini belum ada negara di dunia yang mengakuinya sebagai negara.

Ideologi ISIS dibangun berlandaskan Islam Suni yang secara tradisional berseberangan dengan Islam Syiah. Cita-cita melahirkan pemerintahan Islam dilakukan dengan melakukan maklumat yang mewajibkan umat Islam di dunia mendukung gerakan mereka memerangi kekuasaan asing di Timur Tengah, terutama Amerika Serikat. "Kecambah" ideologi yang mereka tebar menggunakan isu keyakinan Islam diharapkan dapat berkembang menjadi suatu kekuatan besar di dunia. Terdapat indikasi kuat bahwa ISIS harus dapat memegang hegemoni di Timur Tengah menggantikan hegemoni Amerika Serikat.

Hegemoni Amerika Serikat di Timur Tengah dengan core interest kepentingan menjaga ladang minyak seolah mendapat ancaman dari ISIS. Persoalannya, sanggupkah ISIS menggoyahkan atau bahkan mengusir hegemoni Amerika Serikat di Timur Tengah, sementara persoalan internal antarsuku, agama, dan batas teritorial di Timur Tengah sendiri sejak berabad silam hingga kini belum juga reda. Ditambah lagi, hegemoni Amerika Serikat di Timur Tengah sebenarnya hanya merupakan sub-sistem dari hegemoni Amerika Serikat di dunia.
Henry Alfred Kissinger, seorang guru besar sejarah dan mantan menteri luar negeri Amerika Serikat yang terkenal, berujar bahwa di dunia hanya akan terdapat keseimbangan kekuatan apabila terdapat ketidakseimbangan kekuatan. Atau, secara eksplisit harus ada satu negara adidaya agar dunia dapat tertib, dan itu adalah peran Amerika Serikat. Doktrin Kissinger tersebut dapat dibaca mewakili kepentingan Amerika Serikat hingga kini.

Guna menciptakan dan mempertahankan hegemoni di dunia, Amerika Serikat sekaligus mempersiapkan perangkat pengaman dengan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia. Baik dalam tataran lunak (soft) dengan mengedepankan kerja sama sosial, budaya, dan perdagangan, maupun dalam tataran keras (hard). Pesan Amerika Serikat jelas: dilarang sedikit pun mengganggu kepentingannya. Mencoba mengganggu tatanan dalam negeri negara-negara sekutunya di Timur Tengah berarti berani mengganggu kepentingan Amerika Serikat. Undangan Kuwait terhadap angkatan bersenjata Amerika Serikat ketika diinvasi oleh Irak adalah contoh nyata. Demikian pula, pembiaran aktivitas Israel sebagai negara komprador guna menjaga keseimbangan kekuatan di Timur Tengah telah memperingatkan siapa pun agar tidak mengganggu hegemoni Amerika Serikat di Timur Tengah.

Ancaman ISIS terhadap hegemoni Amerika Serikat tampak dengan membangkitkan spirit primordial keagamaan di Timur Tengah. Namun ancaman Amerika Serikat terhadap siapa pun yang berani mengganggu kepentingannya di Timur Tengah juga patut diwaspadai. Mungkin penggunaan istilah utopia oleh beberapa kalangan guna menggambarkan fenomena keberadaan ISIS dapat membantu sisi pemahaman. Contoh konkret adalah karut-marut internal dalam negeri di Libya, Mesir, Afganistan, dan Suriah yang berujung pada perang saudara yang notabene umat satu agama. Demikian mudahnya pertikaian antarnegara, antarsuku, atau antargolongan terjadi di Timur Tengah. Melihat pertikaian internal tersebut, mampukah ISIS berdiri sebagai pelopor revolusioner guna mengatasi itu semua?

Mampukah ideologi berbasis Islam Suni yang ditawarkan ISIS dominan dan menjadi hegemon baru guna melawan hegemoni Amerika Serikat? Keragaman pemikiran sekuler maupun keagamaan hidup bernegara dan bermasyarakat di Timur Tengah semakin menjadikan utopisnya ideologi ISIS. Kecerdasan dan rasionalitas umat Islam di Timur Tengah yang memahami Piagam Madinah sebagai doktrin "masyarakat Islam yes, negara Islam no" akan semakin menohok penyebaran ideologi ISIS. Karena itu, dengan atau tanpa campur tangan asing, sebenarnya perkembangan ideologi ISIS di Timur Tengah patut dipertanyakan ke depannya.

Apakah ideologi ISIS dapat mengakomodasi berbagai unsur yang terdapat di Timur Tengah sehingga hegemoni Amerika Serikat dapat digantikan oleh ISIS, dapat dikatakan jauh panggang dari api.

Ancaman ISIS terhadap hegemoni Amerika Serikat dapat diibaratkan kenakalan anak kecil dalam masa pertumbuhan. Sedangkan ancaman Amerika Serikat terhadap ISIS lebih merupakan suatu penyadaran kepada ISIS yang belum paham bahwa Amerika Serikat selalu berkepentingan menjadi satu-satunya polisi dunia sebagai penjaga ketertiban dunia. Timur Tengah adalah suatu kawasan yang sejak dulu hingga kini tidak pernah lekang dari beragam latar belakang ancaman. Namun ancaman terhadap hegemoni Amerika Serikat di Timur Tengah berarti mengusik kedigdayaan sumber daya Amerika Serikat untuk menertibkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar