Empat
Pilar Mendongkrak Kualitas Manusia Indonesia
Arif Budimanta ;
Anggota Komisi XI DPR RI dari F-PDIP,
Direktur Megawati Institute
|
MEDIA
INDONESIA, 19 Agustus 2014
INDONESIA telah melewati
sejarah panjang pascake merdekaan. Beberapa rezim pemerintahan telah
berganti. Tiap kepala pemerintahan dan kabinetnya punya cara sendiri untuk
membangun dan memajukan bangsa ini. Namun, selama ini para pemimpin Indonesia
itu hanya menyinggung infrastruktur untuk manusia ketika bicara pembangunan,
bukan menyentuh langsung manusianya. Sudah saatnya kita mengembalikan manusia
Indonesia sebagai fokus dalam pengembangan Indonesia secara lengkap.
Saat ini Indonesia memasuki era
yang sangat krusial, yakni diberlakukannya Komunitas Ekonomi ASEAN pada 2015,
kemudian dilanjutkan dengan era perdagangan bebas. Tak ada lagi hambatan
perdagangan dalam kancah global.Bisa diprediksi, kehidupan masyarakat dunia
akan berubah total. Tidak ada lagi sekat-sekat ekonomi bangsa. Dunia akan
berubah menjadi komunitas ekonomi global. Karena itu, negara yang tidak siap
dengan kondisi tersebut akan terlindas oleh peradaban.
Nah, mau tak mau, Indonesia
harus siap menghadapi integrasi negara-negara ASEAN di tengah masih banyaknya
masalah dalam negeri, apalagi bila era globalisasi sudah dijalankan 100%.
Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar bagi produk-produk asing. Karena
itu, bangsa ini harus bangkit. Bukan sekadar kebangkitan pembangunan
infrastruktur, melainkan kebangkitan manusia Indonesia yang berkualitas.
Namun, beberapa masalah
peningkatan kualitas manusia Indonesia masih menghadang di depan mata. Inilah
yang menjadi tantangan berat bagi presiden terpilih Joko Widodo.
Saat ini, indeks pembangunan
manusia (IPM) Indonesia masih rendah. Data 2013 menyebutkan IPM Indonesia
hanya dinilai 0,629 dan menduduki rangking ke-121 dunia. Jika dibandingkan
dengan negeri jiran, IPM Indonesia masih kalah jauh. Malaysia, misalnya,
mencatat nilai 0,769 dan menempati rangking 64 dunia, Thailand mencatat nilai
0,69 dan menempati rangking 103, dan Filipina 0,65 dengan rangking 114. Di
kawasan ASEAN, rangking tertinggi dicapai Singapura, yakni rangking 18 dengan
nilai IPM 0,895.
Selain hambatan kualitas
manusia Indonesia yang dinilai rendah, masih ada kendala rendahnya serapan
tenaga kerja. Di Indonesia, pengangguran atau pekerja sektor informal masih
tinggi. Data Badan Pusat Statistik menyebut pengangguran di Indonesia saat
ini mencapai 7,39 juta. Pekerja informal melonjak hingga 59,58% dari total
pekerja. Sementara itu, tenaga informal buruh tidak dibayar mencapai
18.045.767 pekerja.
Hampir 70 tahun Indonesia
merdeka, toh bangsa ini tidak juga dianggap mampu mengentaskan seluruh rakyat
dari jebakan kemiskinan. Ada dua faktor utama yang menjadi penghambat, yakni
minimnya pendidikan dan rendahnya keterampilan tenaga kerja.
Semua kendala itu membuat
produktivitas ekonomi Indonesia masih rendah. Akibatnya, serbuan barang asing
semakin banyak dan luas. Pemicu dari keadaan tersebut antara lain
infrastruktur (termasuk pasar tradisional) dan logistik banyak yang rusak dan
tidak efisien, ditambah lagi biaya logistik yang mahal dibandingkan negara
lain.
Ada juga kendala pelayanan
perizinan yang tidak efisien. Bank Dunia mengungkap biaya logistik Indonesia
mencapai 26% dari PDB, jauh lebih besar ketimbang Malaysia yang hany a 13%
dan Singapura cuma 8% dari PDB.
Beberapa kendala tersebut harus
disingkirkan demi kebangkitan Indonesia baru. Hal yang paling mendasar ialah
meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Tim ekonomi pasangan Joko
Widodo-Jusuf Kalla telah menggodok konsep dalam menangani hal tersebut. Untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, Jokowi menyodorkan konsep empat
pilar pendongkrak, yakni Indonesia
Pintar, Indonesia Kerja, Indonesia Sehat, dan Indonesia Sejahtera.
Indonesia pintar
Untuk mendongkrak ratarata
tingkat pendidikan rakyat Indonesia, perlu adanya `revolusi mental'. Itu
dimulai dari pendidikan dasar, dengan 70% kurikulum diarahkan pada budi
pekerti, pendidikan karakter, dan nasionalisme. Pada level pendidikan tinggi,
60% diarahkan ke pendidikan politeknik dan 40% keilmuan riset dasar, yang
didanai dari APBN.Realisasi dari konsep tersebut ialah program Wajib Belajar
12 Tahun Bebas Pungutan. Selepas itu, perlu ditindaklanjuti dengan program
beasiswa kepada siswa berprestasi ke diploma, S-1, hingga S-3. Dengan
demikian, rakyat akan bergairah dalam menempuh pendidikan hingga ke jenjang
yang paling tinggi.
Indonesia kerja
Bekerja merupakan langkah awal
menuju kesejahteraan.Namun bila pemerintah kurang menyediakan lapangan kerja,
lantas apa yang dikerjakan? Konsekuensi dari rendahnya serapan kerja ialah
munculnya premanisme. Bila warga kurang beruntung dan kesulitan mendapatkan
pekerjaan, ia akan mencari nafkah di sektor informal. Celakanya, sektor
informal pun membutuhkan modal. Jika tidak ada modal, `sektor' premanisme
yang mencari ladang garapan demi menyambung hidup.
Untuk meningkatkan serapan
tenaga kerja, disusunlah program pembangunan 100 Technopark dan proyek
infrastruktur padat karya. Selain itu, agar kualitas komoditi lokal
terdongkrak, digelar pula program Pengembangan Produk Unggulan untuk Tiap
Klaster Daerah dengan pendekatan ekoregion. Demi kenyamanan ker ja,
pemerintah perlu menam bah iuran BPJS Ketenagakerjaan yang berasal dari APBN
dan APBD.
Target pemerintah adalah
menciptakan pertumbuhan ekonomi berkualitas sehingga bisa menyediakan 15 juta
lapangan kerja. Karena itu, segala sektor demi menunjang pertumbuhan tersebut
harus diperkuat, di antaranya memperbaiki mekanisme proteksi tenaga kerja
dalam negeri dalam pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Indonesia sehat
Sehat itu penting. Bagaimana
masyarakat bisa bekerja kalau sedang sakit dan tak mampu berobat? Karena itu,
pemerintahan Jokowi-JK akan menerapkan program Kartu Indonesia Sehat
(mengadopsi Kartu Sehat Jakarta yang telah digagas Jokowi ketika menjabat
Gubernur DKI Jakarta), serta menyempurnakan sistem BPJS Kesehatan. Sebagai
penunjang dari sistem Kartu Sehat dan BPJS yang akan diberlakukan secara
nasional, pemerintah akan membangun 50 ribu rumah sehat dan 6.000 puskesmas
dengan fasilitas rawat inap. Selain itu, pemerintah berkewajiban menyediakan
sarana air bersih untuk seluruh rakyat.
Indonesia sejahtera
Realisasi dari program
Indonesia sejahtera ialah pembangunan rumah dan kampung deret atau rumah
susun murah yang disubsidi. Penguatan ekonomi rakyat juga digenjot dengan
cara memberikan subsidi pangan untuk rakyat, program elektrifikasi 100%, dan
jaminan sosial untuk seluruh rakyat pada 2019.
Dengan berpedoman pada keempat
pilar tersebut, target yang akan dicapai ialah rakyat sejahtera dan
kemiskinan turun menjadi 5%-6%. Tentu target tersebut tidak akan tercapai
tanpa dukungan rakyat dan seluruh pemangku kepentingan.Karena itu, mari
bergandengan tangan, menyingsingkan lengan dan baju, bekerja bersamasama demi
kemajuan bangsa Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar