Diplomasi
Budaya
Gol A Gong ; Ketua Umum Pengurus Pusat Forum Taman Bacaan Masyarakat
|
KORAN
TEMPO, 16 Agustus 2014
Banyak orang menganggap taman bacaan masyarakat (TBM) hanya
sebagai tempat belajar membaca, tempat bermain anak-anak usia dini (PAUD),
penitipan anak, dan tempat ibu-ibu belajar memasak atau kerajinan tangan.
Sebetulnya tidak hanya itu. TBM bisa kita jadikan sebagai tempat melestarikan
budaya atau tradisi setempat lewat program unggulan. Dan ini merupakan bagian
dari diplomasi budaya untuk menyebarkan virus membaca dan menulis.
Program unggulan di TBM dibagi dua; internal dan eksternal.
Untuk internal, sebagai contoh, TBM Rumah Dunia yang dikelola bersama para
sukarelawan membuat program Pelestarian Budaya Banten. Kesenian tradisional
seperti marhabanan, yaitu buka pintu untuk pengantin baru, sering
ditampilkan. Ada pula rampak beduk, debus, marawis, yalil, dan pencak silat.
Dengan diplomasi budaya seperti ini, warga belajar mengenal kesenian
tradisional di daerahnya plus tertarik datang ke TBM.
Kesenian modern pun diberi tempat, seperti pertunjukan teater,
pembacaan puisi, musikalisasi puisi, pemutaran film, dan dongeng. Tradisi
lisan seperti mitos atau legenda kita angkat ke pementasan teater oleh
anak-anak. Lambat laun, secara konsisten, warga di sekitar kita, tanpa sadar,
terpancing untuk membaca teksnya; naskah drama dan puisi.
Bahkan, pelatihan menulis pun saya anggap bagian dari
diplomasi budaya untuk menyebarkan Gerakan Literasi Lokal untuk Indonesia
Membaca dan Menulis. Tentu di dalamnya ada peluncuran dan bedah buku, yang
sangat bermartabat untuk keberlangsungan sebuah TBM atau komunitas baca.
Adapun untuk urusan keluar, TBM harus melakukan pendekatan
diplomasi budaya untuk menguatkan posisinya di daerah lain atau Indonesia
secara luas, bahkan di beberapa negara Asia. Penting menjadikan TBM yang kita
kelola kuat posisinya di mata orang-orang, agar perjuangan kita
mengkampanyekan virus literasi berjalan lancar.
Dan peran kebudayaan sangatlah penting. Biasanya Rumah Dunia
melakukan tur literasi ke kota-kota lain di Indonesia atau di negara Asia.
Ibarat muhibah budaya, dalam menyebarkan virus literasi, kami menggunakan
cara-cara diplomasi kebudayaan. Misalnya, pertunjukan teater, musikalisasi
puisi, dan pembacaan puisi.
Sejak Rumah Dunia berdiri pada 1998, sudah dilakukan cara-cara
diplomasi budaya lewat program internal atau eksternal. Pada perayaan World
book Day, 23 April 2012, saya dan istri melakukan hal iru di Asphire Park,
Doha, bersama Qatar Menulis.
Program-program Rumah Dunia yang mewadahi kesenian tradisi dan
modern mendapat apresiasi dari Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi
Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada Oktober 2013, Rumah Dunia
dipercaya menyelenggarakan kegiatan Kampung Budaya berupa pertunjukan seni
tradisi, teater legenda, penerbitan buku bertemakan kelokalan (Banten), bedah
buku tentang kelokalan di luar Banten, pelatihan teater anak, dan diskusi
tentang wisata budaya di Banten.
Mari kita rancang TBM atau komunitas literasi kita ke arah
kampung budaya. Setiap TBM yang kita kelola pasti memiliki potensi budaya
lokal tertentu. Mulailah menggali potensi budaya para pengelolanya. Jadikan
mereka duta budaya TBM yang kita kelola, agar visi-misi kita dalam
mengembangkan budaya baca dan menulis tercapai dan sukses. Hidup literasi! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar