Catatan 16 Tahun: PAN
Menuju Partai Masa Depan
A Hakam Naja ; Wakil Ketua Komisi II DPR RI dari Fraksi PAN
|
REPUBLIKA,
23 Agustus 2014
Enam belas tahun lalu, tepatnya 23 Agustus 1998, Partai Amanat
Nasional (PAN) di deklarasikan. M Amien Rais sang pendiri, menegaskan PAN
sebagai partai yang terbuka bagi warganegara Indonesia. Dengan visi menjadi
partai yang terdepan dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil dan makmur.
Sifat dan visi PAN tersebut menjadi persyaratan utama untuk
mewujudkan partai mendepan yang modern. Partai politik sebagai salah satu
komponen demokrasi mutlak harus ada dalam setiap negara yang menganut paham
demokrasi, oleh karena itu tidak akan ada negara demokrasi tanpa kehadiran
partai politik. Semua negara modern pasti memiliki partai politik.
Secara ideal fungsi partai politik adalah untuk memobilisasi dan
mengaktifkan rakyat, mewakili kepentingan rakyat, memberikan jalan kompromi
bagi pendapat yang saling bersaing serta menyediakan sarana suksesi
kepentingan politik secara sah dan damai. Persyaratan-persyaratan inilah
tampaknya yang selalu menjadi orientasi PAN untuk menjadi partai mendepan
yang modern.
PAN menuju partai terdepan Pengalaman yang telah dimiliki oleh
negara-negara yang memiliki tradisi kehidupan partai politik yang cukup lama,
mengharuskan PAN untuk becermin. Sebagai partai yang lahir di masa reformasi,
PAN sebenarnya dapat menonjolkan sifatnya yang terbuka dengan kaderisasi yang
berkualitas.
Namun demikian, untuk mewujudkan hal itu perlu melihat persoalan
yang dialami oleh partai-partai di Tanah Air pascareformasi. Kondisi partai
politik di Indonesia pascareformasi 1998 sung guh memprihatinkan. Kondisi
manajemen parpol yang ada mirip dengan partai tradisional di negara
berkembang yang masih tertatih-tatih berdemokrasi. Mereka mengandalkan sosok
figur yang menjadi pesona untuk mengendalikan parpol, bukan manajemen modern
yang demokratis dan bergantung pada kompetensi.
Peran figur yang kuat malah membuat partai politik di Indonesia
berwajah tidak demokratis. Pada awal pemben- tukan or ga n isasi me mang
dibutuhkan kepemim pinan yang kharismatik. Hal itu meng untung kan untuk
menjaga kohesivitas in ter nal partai. Meski demikian, ke pemimpinan kharismatik
itu perlu segera ditransformasikan dalam sistem agar organisasi itu tidak
hancur.
Pada masa datang yang dibutuhkan bukanlah partai yang hadir
dengan kekuatan massa yang mudah berpindah dan terpengaruhi. Bukan pula yang
dipilih karena kharismatik seseorang yang atau karena ada seseorang. Tetapi,
partai yang dipilih berdasarkan sistem kade risasi dan gagasan yang kuat.
Dengan realitas seperti ini, yang perlu dilakukan; pertama,
membangun sistem organisasi yang mapan sehingga membentuk budaya organisasi
kuat dan menjadi tradisi yang akan diwariskan dalam jangka panjang.
Kedua, partai modern dibangun melalui kemampuan anggotanya untuk
mela kukan proses refleksivitas (reflexivity).
Partai memfasilitasi anggota-anggota organisasinya mampu melihat ke masa depan
dan membuat perubahan-perubahan di dalam struktur atau sistem jika diprediksi
hal-hal tertentu tidak akan berjalan. Dengan demikian, partai modern adalah
partai yang progresif dalam beradaptasi dengan situasi dinamis.
Kecermatan dalam merumuskan dan mengaplikasikan platform partai
menjadi keniscayaan, bukan semata fokus pa da rencana pragmatis figur
politik.
Ketiga, partai modern dibangun melalui tahapan kaderisasi.
Ketiga tahapan tersebut berjalan secara integratif yakni merekrut orang bergabung,
lantas membina kader menjadi loyalis serta men distribusikan kader ke dalam
posisi-posisi ter tentu. Perkembangan dinamis-pragmatis kerap mencederai
tahapan kaderisasi ini. Partai kerap menjadi pintu masuk munculnya politisi
non kader yang mengatasnamakan partai da lam pe rebutan jabatan publik.
Sehingga, kerap merusak suasana ba tini yah kader se kaligus menumbuhkan
parasit yang akan menggerogoti tubuh partai.
Keempat, partai modern harus mau dan mampu menjalankan
fungsi-fungsi partai. Di antara fungsi-fungsi penting itu adalah menjadi
saluran agregasi politik, pengendalian konflik dan kontrol.
Bagaimanapun partai memiliki posisi penting dalam menstimulasi
dan menunjukkan arah kepentingan politik yang semestinya menjadi perhatian
publik.
Selain itu, juga dapat menjadi saluran yang tepat saat konflik
muncul dan eskalatif sekaligus menjadi pengontrol yang efektif dalam sebuah
sistem politik.
Dengan persyaratan untuk menuju partai mendepan yang modern, ada
hal yang patut diapresiasi dari pernyataan pendiri PAN M Amien Rais saat
sebelum Kongres PAN di Semarang tahun 2005 yang menegaskan bahwa dia setelah
melepas jabatan sebagai ketua umum PAN tidak akan mengambil posisi sebagai
penentu partai tetapi akan sekadar memberi masukan pada partai. Tentunya hal
ini merupakan langkah besar untuk menjadi partai mendepan yang modern. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar