Senin, 18 Maret 2013

Ronaldo dan Brand Ambassador


Ronaldo dan Brand Ambassador
Syafiq Basri Assegaff  ;  Konsultan Komunikasi;
Pengajar di Universitas Paramadina
INILAH.COM, 14 Maret 2013


Megabintang Real Madrid Cristiano Ronaldo jadi Duta Pelestarian Mangrove di Indonesia. Yang menggaetnya adalah Forum Peduli Mangrove melalui program Artha Graha Peduli.
Forum Peduli Mangrove adalah gerakan pelestarian mangrove di Pulau Dewata yang didukung lima lembaga pemberdayaan masyarakat yang berada di selatan Tanjung Benoa, Bali.

"Saya senang dan bahagia Ronaldo setuju mendukung kegiatan kami guna melestarikan hutan mangrove di Indonesia," kata Pendiri Forum Peduli Mangrove Indonesia, Tomy Winata, Senin (11 Maret) lalu.

Daya tarik Ronaldo dianggap cocok menjadi duta penyelamatan mangrove. Ia juga pantas sebagai panutan bagi seluruh lapisan masyarakat agar ikut menjaga kelestarian hutan mangrove di Indonesia.
Ronaldo sendiri merasa istimewa ikut berperan melestarikan mangrove di Indonesia.

"Saya memahami bahwa di tempat-tempat yang banyak ditumbuhi mangrove terbentuk ekosistem yang dapat melindungi dari hantaman ombak besar, sehingga banyak jiwa bisa diselamatkan, dan mencegah kerusakan yang timbul," kata mantan gelandang Manchester United berusia 28 yang pernah datang ke Aceh setelah tragedi tsunami, sembilan tahun lalu itu.

Berita tentang Ronaldo itu mengingatkan kita pada artikel yang ditayangkan situs grup Virgin, virginmediapioneers.com, milik Richard Branson. Di situs yang disediakan sebagai jejaring bagi para entrepreneur berbakat itu, anak buah Branson mengangkat kisah mengenai 10 orang duta Pioneers Regional Ambassadors yang direkrutnya belum lama berselang.

Para duta itu diperkenalkan kepada publik berbagai wilayah di Inggris, dan kemudian masyarakat dapat mengenali mereka lebih jauh, usaha apa saja yang telah mereka rintis, bagaimana seluk-beluk usaha mereka hingga berhasil.

Lewat perekrutan brand ambassadors seperti itu, Branson tidak saja memberi wadah bagi para pengusaha berbakat yang selama ini seolah bagai ‘mutiara dalam lumpur’, melainkan juga mempromosikan diri dan perusahaannya secara efektif dan efisien.

Para duta brand itu – yang kemudian disebut sebagai para perintis (pioneer) – menjadikan Branson dan Virgin kian populer karena efek ‘getok-tular’ atau snowballing effect yang kian hari kian menular lewat ‘words of mouth’ (atau words of mouse dalam dunia Internet sekarang).

Branson memang seorang yang stands out of the crowd– berani beda, sehingga tak heran jika ia tergolong pebisnis yang banyak dibicarakan orang di dunia, bukan saja karena menginisiasi dan inovasi cara terbang murah – yang belakangan ditiru banyak perusahaan penerbangan lainnya – melainkan karena lewat langkah-langkah terobosannya seperti Virgin Media Pioneers itu ia memberi manfaat banyak pemuda berbakat, sekaligus mendapatkan manfaat dari mereka.

Branson memberi dukungan untuk melaksanakan kegiatan para ambassador itu. Selain menjadi penyelenggara event yang mereka rancang, para  ambassador itu sekaligus menjadi duta bagi komunitas Pioneers yang dibangun Virgin.

Kemudian, Virgin Media Pioneers akan bekerja dengan setiap kelompok yang dibentuk masing-masing duta untuk berkolaborasi memaksimalkan kegiatan usaha entrepreneurial, pembentukan relasi baru dan memanfaatkan kesempatan yang ada di masing-masing wilayah tempat para pionir itu berbisnis.

Di antara para pionir itu terdapat Zoe Jackson, seorang gadis cantik yang mendirikan perusahaan dansa profesional sejak ia berumur 16 tahun, dan pengusaha muda Jacob Hill (19 tahun) yang membangun usaha peralatan berkemah.

Branson berpendapat, setiap orang menghadapi tantangan berat saat memulai usaha sendiri dan banyak rintangan yang sungguh menyulitkan.

“Tetapi dengan dukungan yang tepat dan nasihat dari ahli, para wiraswastawan muda itu bisa menemukan jalan mereka dan kami akan bersama mereka dalam setiap langkah sepanjang perjalanan,” kata Branson.

Peran Ambassador

Di dalam dunia komunikasi seperti marketing dan public relations (PR), sesungguhnya terciptanya duta bagi sebuah brand – baik berupa produk, jasa, atau ide – merupakan puncak ideal yang diidamkan setiap perusahaan, organisasi atau brand.

Mari kita tengok lebih jauh. Pada awalnya, ketika sebuah brand diperkenalkan, maka target perusahaan atau organisasi pemilik brand hanya meraih awareness pasar atau konsumen (atau ‘publik’ bagi PR). Pada tahap ini, yang penting pasar atau publik sadar (aware) akan ‘adanya’ brand baru. Itu dilakukan antara lain lewat publikasi media secara gratis atau iklan yang berbayar.
Publik atau pasar yang sudah aware terhadap brand tadi kemudian diharapkan dapat menerima kehadirannya, atau memiliki pengetahuan tentang brand itu.

Selanjutnya, berkat pengetahuan yang ada maka publik atau pasar akan memiliki persepsi positif, yang terus meningkat menjadi kepercayaan (belief), dan sikap (attitude) positif terhadapbrand tadi.
Tetapi attitude saja tidak cukup. Perusahaan atau brand mengharapkan adanya tindakan(action) atau perubahan perilaku (behavior), misalnya dari yang semula ‘punya sikap positif tetapi belum mau membeli’ menjadi ‘melakukan pembelian’.

Ini penting, sebab tidak semua konsumen (publik) yang bersikap positif terhadap sebuah brand otomatis akan membeli atau menggunakan brand itu.

Di ranah politik, attitude publik terhadap partai A, misalnya, bisa saja positif, tetapi belum tentu saat pemilu berlangsung mereka mencoblos partai A.

Dalam dunia bisnis, boleh jadi Anda punya attitude yang baik terhadap mobil X, misalnya; tetapi ketika punya uang yang cukup untuk membeli mobil, Anda justru pergi ke showroom mobil Y yang sekelas dengan X. Anda tidak melangkah ke showroom X, meski barangkali harganya sedikit di bawah Y.

Bila sebagai konsumen Anda puas terhadap mobil Y, boleh jadi Anda akan merekomendasikanbrand Y tadi kepada orang lain, lewat words of mouth(atau mouse komputer). Nah, saat itu artinya Anda telah menjadi ‘ambassador’ (duta) bagi brand Y.

Maka tidak heran bila para pemasar sangat menginginkan munculnya duta-duta bagi brand mereka, sehingga belakangan muncul trend ramainya brand ambassador yang dibayar, termasuk para ‘buzzer’ di dunia Media Sosial seperti Twitter dan Facebook.

Ambassador makin penting bila brand yang diwakilinya merupakan suatu ‘ide’ yang relatif sulit ‘dijual’ atau kurang seksi, seperti pelestarian lingkungan. Sehingga, sekali muncul seorangambassador sekelas Ronaldo, sangat boleh jadi dampaknya akan sangat besar.

Dalam waktu singkat kita bisa yakin Ronaldo akan menjadi lokomotif yang menarik jutaan gerbong di belakangnya. Sehingga terjadilah snowballing effect secara cepat, ketika berjuta-juta orang, mungkin sekali para penggemar Ronaldo, ikut peduli kepada pelestarian mangrove. Malah, bukan mustahil sebagian dari mereka akan bersemangat menyumbangkan dana untuk itu. ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar