SETELAH melalui jalanan yang
berliku, Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (KLB
PSSI) akan di gelar pada Minggu (17/3) besok di Jakarta. Kesepakatan di
antara dua kubu, yaitu PSSI dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia,
untuk mau duduk bersama dalam pelaksanaan KLB merupakan modal berharga
untuk mengakhiri kekisruhan pembinaan sepak bola Indonesia.
KLB PSSI tidak hanya akan bisa
menyelamatkan persepakbolaan nasional dari sanksi Federasi Sepak Bola
Internasional (FIFA), tetapi juga menemukan kembali arah pembinaan sepak
bola nasional yang hendak kita lakukan. Oleh karena itu, KLB PSSI harus
mampu melahirkan konsep pembinaan sepak bola yang akan kita lakukan dalam
25 tahun ke depan.
Tidak ada jalan pintas dalam membangun
kesebelasan nasional yang bisa dibanggakan. Pembinaan sepak bola mem
butuhkan kerja keras apabila ingin mencapai keberhasilan. Kita bisa lihat
pengalaman Prancis dalam membina persepakbolaan mereka.
Bayangkan Prancis, yang melahirkan ide
untuk menggelar ajang Piala Dunia dengan menyediakan trofi emas Jules Rimet
pada 1930, baru bisa menjadi juara dunia pada 1998.
Keberhasilan Prancis untuk menjadi
kesebelasan terbaik di dunia diraih setelah Presiden Federasi Sepak Bola
Prancis Fernand Sastre membangun Akademi Sepak Bola Prancis di
Clairefontaine pada 1976.
Diperlukan waktu 22 tahun bagi Prancis
untuk bisa melahirkan ‘tim impian’. Mereka mendidik pemain-pemain berbakat
sejak usia 13 tahun. Para pemain terbaik dari seluruh negeri dikumpulkan di
Clairefontaine untuk mendapatkan dasar sepak bola yang benar, sebelum
dikembalikan ke klub-klub guna dimatangkan dalam kompetisi.
Untuk itu KLB PSSI jangan sekadar menjadi
ajang berkumpulnya para elite sepak bola yang memiliki hasrat mengejar
kekuasaan semata. Para peserta KLB PSSI harus membawa ide yang cemerlang
tentang bagaimana sebaiknya pembinaan sepak bola Indonesia dilakukan.
Oleh karena itu, para peserta KLB PSSI
harus mengerjakan pekerjaan rumah sebelum datang ke Jakarta. Semua ha rus
bisa mengumpulkan ide besar yang ada di daerah masingmasing untuk dijadikan
bahan pemikiran bersama di KLB PSSI.
Pilih
Model
Kita
harus memilih model pembinaan sepak bola yang akan dilakukan. Berbagai
model embinaan yang dikembangkan banyak negara bisa dijadikan sebagai
acuan. Namun, pelaksanaannya harus berpijak pada kondisi nyata yang kita
hadapi. Satu hal yang seharusnya menjadi kesadaran kita bersama ialah luasnya Indonesia. Kita tidak bisa mengacu pada model
yang dilakukan negara-negara Eropa karena wilayah negara mereka relatif
kecil. Hanya dengan menggunakan bus, dalam waktu singkat mereka bisa
mencapai kota yang lain.
Bandingan Indonesia adalah negara seperti
Amerika Serikat atau Brasil. Itu pun Amerika Serikat dan Brasil beruntung
bentuknya daratan, sementara kita di Indonesia bentuknya kepulauan.
Perjalanan dari satu pulau ke pulau yang lain hanya bisa ditempuh dengan
menggunakan kapal laut ataupun pesawat udara.
Dengan bentuk negara kepulauan yang besar
seperti ini, kita membutuhkan pusat-pusat pembinaan yang tersebar. Tidak
mungkin kita hanya memiliki satu Clairefontaine seperti Prancis, tetapi
kita harus memiliki beberapa akademi sepak bola di pusat-pusat kekuatan
sepak bola utama kita seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan
Jayapura.
Hal lain yang juga harus kita pikirkan
ialah sistem kompetisi yang akan digelar. KLB PSSI bukan hanya harus
mengakhiri dualisme kompetisi, Liga Super Indonesia dan Liga Primer Indonesia,
melainkan juga harus mengkaji apakah lebih baik kita menggelar satu
kompetisi nasional atau membagi Indonesia dalam wilayah.
Di dunia ini, cabang olahraga yang paling
banyak memiliki modal ialah bisbol. Klub bisbol AS seperti New York Yankees
sanggup membayar gaji pemain sekelas Alex Rodri guez sampai US$30 juta atau
Rp300 miliar untuk satu musim kompetisi.
Dengan dana yang begitu melimpah, apakah 30
klub bisbol AS itu sanggup bermain satu kompetisi? Tidak sanggup. Kompetisi
Liga Bisbol Utama AS itu membagi dirinya ke dalam enam divisi. Hanya saja
untuk tidak membuat kompetisi di dalam divisi itu bermakna, menjadi juara
divisi saja sudah merupakan prestasi besar. Apalagi kemudian menjadi juara
wilayah dan menjadi juara nasional.
Tentu ada kelebihan dan kekurangan dari
sistem pembagian wilayah. Akan tetapi, semua harus dikembalikan kepada
kelayakannya. Pada akhirnya kompetisi sepak bola merupakan alat pembinaan
untuk bisa melahirkan tim nasional yang bisa diandalkan di ajang
internasional.
Kesempatan
Emas
KLB PSSI merupakan kesempatan emas untuk
bisa meraih masa depan sepak bola Indonesia yang lebih baik. Namun, semua
itu tidak bisa terjadi dengan sendirinya, tetapi harus ada kemauan dari semua
pemangku kepentingan untuk memberikan yang terbaik bagi sepak bola
nasional.
Untuk itu, semangat yang harus dibawa oleh
para peserta KLB PSSI bukanlah semangat perbedaan. Semua harus mau datang
dengan mendahulukan persamaan. Semua harus selalu menyuarakan kekuatan yang
kita miliki, bukan mengusung kelemahan yang ada.
Kita memang masih melihat klik dan intrik
menjelang dilangsungkannya KLB PSSI. Setiap kelompok mencoba mencari
kelemahan pihak yang lain. Bahkan muncul dua notula yang berbeda tentang si
apa yang berhak menjadi peserta KLB PSSI.
Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo
berjanji untuk mengawal pelaksanaan KLB PSSI agar bisa berjalan dengan
baik.
Untuk itu, Menpora jangan larut dalam
perbedaan yang ma sih ada. Menpora justru harus menjadi penengah yang mampu
membawa semua pihak untuk selalu mendahulukan persamaan, bukan memperbesar
perbedaan.
Meminjam istilah pemimpin China Deng
Xiaoping, tidak peduli kucing itu warnanya hitam atau putih, yang penting
bisa menangkap tikus. Bagi pecinta sepak bola, tidak peduli siapa yang akan
memimpin PSSI, yang terpenting ia bisa membawa kemajuan bagi persepakbolaan
Indonesia.
Satu yang kita ingin ingatkan, mereka yang
akan memimpin PSSI hendaknya mempunyai kredibilitas, kapasitas, dan koneksi.
Tiga hal itu penting agar PSSI menjadi
lembaga yang dihormati karena dipimpin oleh orang yang mempunyai kapasitas
manajerial yang baik dan mampu membangun jaringan.
Semoga memang masih ada asa di
PSSI. KLB PSSI bisa menunjukkan adanya harapan bagi kita untuk melihat
persepakbolaan Indonesia yang lebih cerah. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar