Sabtu, 16 Maret 2013

Masih Adakah Asa di PSSI?


Masih Adakah Asa di PSSI?
Suryopratomo  ;   Anggota Dewan Redaksi Media Group
MEDIA INDONESIA, 16 Maret 2013


SETELAH melalui jalanan yang berliku, Kongres Luar Biasa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (KLB PSSI) akan di gelar pada Minggu (17/3) besok di Jakarta. Kesepakatan di antara dua kubu, yaitu PSSI dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia, untuk mau duduk bersama dalam pelaksanaan KLB merupakan modal berharga untuk mengakhiri kekisruhan pembinaan sepak bola Indonesia.

KLB PSSI tidak hanya akan bisa menyelamatkan persepakbolaan nasional dari sanksi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), tetapi juga menemukan kembali arah pembinaan sepak bola nasional yang hendak kita lakukan. Oleh karena itu, KLB PSSI harus mampu melahirkan konsep pembinaan sepak bola yang akan kita lakukan dalam 25 tahun ke depan.

Tidak ada jalan pintas dalam membangun kesebelasan nasional yang bisa dibanggakan. Pembinaan sepak bola mem butuhkan kerja keras apabila ingin mencapai keberhasilan. Kita bisa lihat pengalaman Prancis dalam membina persepakbolaan mereka.

Bayangkan Prancis, yang melahirkan ide untuk menggelar ajang Piala Dunia dengan menyediakan trofi emas Jules Rimet pada 1930, baru bisa menjadi juara dunia pada 1998.
Keberhasilan Prancis untuk menjadi kesebelasan terbaik di dunia diraih setelah Presiden Federasi Sepak Bola Prancis Fernand Sastre membangun Akademi Sepak Bola Prancis di Clairefontaine pada 1976.

Diperlukan waktu 22 tahun bagi Prancis untuk bisa melahirkan ‘tim impian’. Mereka mendidik pemain-pemain berbakat sejak usia 13 tahun. Para pemain terbaik dari seluruh negeri dikumpulkan di Clairefontaine untuk mendapatkan dasar sepak bola yang benar, sebelum dikembalikan ke klub-klub guna dimatangkan dalam kompetisi.

Untuk itu KLB PSSI jangan sekadar menjadi ajang berkumpulnya para elite sepak bola yang memiliki hasrat mengejar kekuasaan semata. Para peserta KLB PSSI harus membawa ide yang cemerlang tentang bagaimana sebaiknya pembinaan sepak bola Indonesia dilakukan.
Oleh karena itu, para peserta KLB PSSI harus mengerjakan pekerjaan rumah sebelum datang ke Jakarta. Semua ha rus bisa mengumpulkan ide besar yang ada di daerah masingmasing untuk dijadikan bahan pemikiran bersama di KLB PSSI.

Pilih Model

Kita harus memilih model pembinaan sepak bola yang akan dilakukan. Berbagai model embinaan yang dikembangkan banyak negara bisa dijadikan sebagai acuan. Namun, pelaksanaannya harus berpijak pada kondisi nyata yang kita hadapi. Satu hal yang seharusnya menjadi kesadaran kita bersama ialah luasnya Indonesia. Kita tidak bisa mengacu pada model yang dilakukan negara-negara Eropa karena wilayah negara mereka relatif kecil. Hanya dengan menggunakan bus, dalam waktu singkat mereka bisa mencapai kota yang lain.

Bandingan Indonesia adalah negara seperti Amerika Serikat atau Brasil. Itu pun Amerika Serikat dan Brasil beruntung bentuknya daratan, sementara kita di Indonesia bentuknya kepulauan. Perjalanan dari satu pulau ke pulau yang lain hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kapal laut ataupun pesawat udara.

Dengan bentuk negara kepulauan yang besar seperti ini, kita membutuhkan pusat-pusat pembinaan yang tersebar. Tidak mungkin kita hanya memiliki satu Clairefontaine seperti Prancis, tetapi kita harus memiliki beberapa akademi sepak bola di pusat-pusat kekuatan sepak bola utama kita seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Jayapura.

Hal lain yang juga harus kita pikirkan ialah sistem kompetisi yang akan digelar. KLB PSSI bukan hanya harus mengakhiri dualisme kompetisi, Liga Super Indonesia dan Liga Primer Indonesia, melainkan juga harus mengkaji apakah lebih baik kita menggelar satu kompetisi nasional atau membagi Indonesia dalam wilayah.

Di dunia ini, cabang olahraga yang paling banyak memiliki modal ialah bisbol. Klub bisbol AS seperti New York Yankees sanggup membayar gaji pemain sekelas Alex Rodri guez sampai US$30 juta atau Rp300 miliar untuk satu musim kompetisi.

Dengan dana yang begitu melimpah, apakah 30 klub bisbol AS itu sanggup bermain satu kompetisi? Tidak sanggup. Kompetisi Liga Bisbol Utama AS itu membagi dirinya ke dalam enam divisi. Hanya saja untuk tidak membuat kompetisi di dalam divisi itu bermakna, menjadi juara divisi saja sudah merupakan prestasi besar. Apalagi kemudian menjadi juara wilayah dan menjadi juara nasional.

Tentu ada kelebihan dan kekurangan dari sistem pembagian wilayah. Akan tetapi, semua harus dikembalikan kepada kelayakannya. Pada akhirnya kompetisi sepak bola merupakan alat pembinaan untuk bisa melahirkan tim nasional yang bisa diandalkan di ajang internasional.

Kesempatan Emas

KLB PSSI merupakan kesempatan emas untuk bisa meraih masa depan sepak bola Indonesia yang lebih baik. Namun, semua itu tidak bisa terjadi dengan sendirinya, tetapi harus ada kemauan dari semua pemangku kepentingan untuk memberikan yang terbaik bagi sepak bola nasional.
Untuk itu, semangat yang harus dibawa oleh para peserta KLB PSSI bukanlah semangat perbedaan. Semua harus mau datang dengan mendahulukan persamaan. Semua harus selalu menyuarakan kekuatan yang kita miliki, bukan mengusung kelemahan yang ada.

Kita memang masih melihat klik dan intrik menjelang dilangsungkannya KLB PSSI. Setiap kelompok mencoba mencari kelemahan pihak yang lain. Bahkan muncul dua notula yang berbeda tentang si apa yang berhak menjadi peserta KLB PSSI.

Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo berjanji untuk mengawal pelaksanaan KLB PSSI agar bisa berjalan dengan baik.

Untuk itu, Menpora jangan larut dalam perbedaan yang ma sih ada. Menpora justru harus menjadi penengah yang mampu membawa semua pihak untuk selalu mendahulukan persamaan, bukan memperbesar perbedaan.

Meminjam istilah pemimpin China Deng Xiaoping, tidak peduli kucing itu warnanya hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus. Bagi pecinta sepak bola, tidak peduli siapa yang akan memimpin PSSI, yang terpenting ia bisa membawa kemajuan bagi persepakbolaan Indonesia.
Satu yang kita ingin ingatkan, mereka yang akan memimpin PSSI hendaknya mempunyai kredibilitas, kapasitas, dan koneksi.

Tiga hal itu penting agar PSSI menjadi lembaga yang dihormati karena dipimpin oleh orang yang mempunyai kapasitas manajerial yang baik dan mampu membangun jaringan.
Semoga memang masih ada asa di PSSI. KLB PSSI bisa menunjukkan adanya harapan bagi kita untuk melihat persepakbolaan Indonesia yang lebih cerah. ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar