Makhluk Peziarah
Komaruddin Hidayat ; Guru Besar Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah
|
KORAN
SINDO, 04 September 2015
Hidup itu gerak. Ke mana pun mata memandang selalu melihat
manusia bergerak, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok.
Ketika seseorang terlihat diam atau tidur pun dalam dirinya
berlangsung prosesi dan peristiwa gerak, utamanya jantung dan pernafasan. Juga
pikiran dan emosinya. Betapa kompleks dan sibuknya organ-organ tubuh kita
yang tak pernah diam. Sejak dari mata, jari, mulut, kaki, tangan, semuanya
tak pernah diam.
Terlebih emosi, yang terdiri atas kata energy and motion—sebuah daya jiwa yang selalu bergerak dan
menggerakkan, sehingga menimbulkan perasaan suka dan duka, senang dan benci,
serta sekian banyak perasaan lain yang setiap saat hadir, di mana pun
seseorang berada. Bahkan tanpa kita sadari bumi tempat kita berada ini juga
selalu dalam posisi bergerak.
Bertawaf mengelilingi matahari. Kuriositas (curiosity) atau dorongan untuk selalu ingin mengetahui hal-hal
baru merupakan ciri manusia. Dorongan ini difasilitasi oleh mata, telinga,
dan kaki sehingga setiap ada kesempatan seseorang selalu ingin berziarah,
jalan-jalan, rekreasi, atau berpetualang memperluas wawasan dan pengalaman
hidupnya.
Pengalaman artinya sesuatu yang pernah dijalani, dirasakan, dan
diketahui. Dalam pengembaraan ini faktor imajinasi sangat besar pengaruhnya.
Sekian banyak inovasi sains dan teknologi supermodern pada awalnya
distimulasi oleh kekuatan imajinasi manusia yang tak ada batasnya. Makanya,
dalam sejarah pemikiran manusia dikenal istilah mitos dan logos.
Mitos merupakan sebuah daya khayal manusia yang sangat liar dan
bebas tak terstruktur. Manusia bebas membayangkan dan mengkhayalkan apa saja.
Dulu orang membayangkan jalan-jalan ke angkasa mengendarai karpet. Orang Jawa
membayangkan Gatotkaca terbang ke angkasa. Lalu Ontorejo bisa menghilang
masuk ke bumi.
Seiring dengan perjalanan dan pengalaman panjang hidup manusia
yang disertai daya nalar yang logis, maka logos berusaha menstrukturkan
daya-daya imajinasi yang liar itu agar bisa diwujudkan dalam realitas
empiris.
Logos ini pada urutannya melahirkan formula ilmu pengetahuan
sehingga imajinasi tentang karpet terbang atau Gatotkaca jalan-jalan ke
angkasa sekarang tergantikan oleh pesawat terbang berkat dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Begitu pun sosok imajinasi Ontorejo masuk dan
menghilang ke perut bumi, sekarang diperankan oleh para insinyur pertambangan
untuk berburu tambang di dalam perut bumi atau para penyelam lautan mencari
mutiara.
Manusia melakukan ziarah karena berbagai motif dan pertimbangan.
Ada motivasi bisnis, rekreasi, keilmuan, tugas negara, riset, dan motif lain.
Yang sangat fenomenal adalah ziarah ke planet lain. Namun, sesungguhnya tanpa
kita sadari kita semua hampir setiap hari melakukan ziarah, bertemu orang
lain dan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru.
Terlebih mereka yang hidup di kota metropolitan, sering kali
berjumpa kenalan dan komunitas baru, termasuk komunitas berbeda profesi,
agama, budaya, dan bahasa. Semua pengalaman itu pasti memperkaya wawasan
hidup seseorang. Ada pula yang membuat gelisah setelah melihat komunitas lain
yang lebih maju, membuat seseorang menjadi iri, rendah diri, ataupun
sebaliknya menjadi terpacu untuk mengejar ketertinggalannya.
Ketika kita mempelajari sejarah dan ilmu bumi, sesungguhnya kita
juga tengah berziarah ke masa lalu dan jalan-jalan secara virtual ke negara
orang untuk mengenal alam dan budayanya. Dengan semakin banyak stasiun
televisi, semakin banyak sajian acara yang mengajak pemirsa untuk berziarah,
berwisata, dan istilah lain yang spirit dan maknanya sama.
Implikasi sosial lebih jauh, sekarang ini apa yang dahulu
disebut ”budaya asli” suatu masyarakat, lamalama tak bisa lagi dipertahankan
karena muncul budaya hibrida dan eklektik. Campuran, perjumpaan, asimilasi,
dan integrasi dari berbagai elemen budaya yang berbeda-beda. Termasuk juga
budaya yang bernuansa agama.
Misalnya tradisi perayaan tahun baru Masehi, yang awalnya bagian
dari budaya Barat-Kristen, sekarang telah menjadi agenda tahunan di
lingkungan masyarakat Islam. Begitu pun Valentine
Day. Sebaliknya, umat nonmuslim juga telah akrab dan partisipasi ikut
memeriahkan hari-hari besar Islam, utamanya Idul Fitri.
Dunia semakin pendek jaraknya dan mudah dijangkau. Sekaligus
juga semakin plural dan warna-warni. Jumlah penduduk bumi bertambah setiap
menit. Artinya, objek ziarah budaya juga semakin banyak yang menarik
dikunjungi. Secara teologis, hidup ini pun sebuah ziarah.
Namun ziarah bukan sekadar rekreatif, melainkan dengan visi dan
misi yang mulia. Yaitu memakmurkan bumi, menyejahterakan sesama makhluk Ilahi
yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban Tuhan di akhirat nanti. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar