Takut
Tua
Agustine Dwiputri ; Penulis kolom
“Konsultasi Psikologi” Kompas Minggu
|
KOMPAS,
21 Desember 2014
Menjadi
tua acap kali merupakan hal yang mengkhawatirkan banyak orang muda. Pandangan
umum mengenai kondisi menjadi tua berkonotasi dengan tidak mampu lagi secara
fisik, kesepian, tidak punya teman, ada penurunan daya pikir, finansial,
kesehatan, ataupun aspek lainnya. Bagaimana sebaiknya kita bersikap?
Karl
Pillemer PhD (2011), sosiolog yang juga mempelajari gerontologi (ilmu
psikologi tentang lanjut usia), telah menghimpun berbagai pandangan para ahli
yang berusia lanjut dan menyampaikan beberapa hal agar dapat mengurangi
kekhawatiran tersebut.
Disebutkan
bahwa kebanyakan budaya takut pada usia tua. Kita membedakan orang-orang yang
tua dari yang muda secara fisik, sama seperti kita menekan kesadaran akan
penuaan kita sendiri. Padahal untuk menjalani kehidupan yang ”penuh dan kaya”
kita justru harus meningkatkan kesadaran akan penuaan kita sendiri.
Penyangkalan justru merupakan musuh terburuk kita: kita gagal merencanakan
kehidupan nanti dan secara sia-sia takut pada suatu masa depan negatif yang
mungkin tidak pernah terjadi.
Ada lima
hal yang dapat kita pelajari yang berfokus pada kesadaran dan adaptasi
terhadap penuaan.
1.
Menjadi tua jauh lebih baik daripada yang dipikirkan.
Penuaan
adalah salah satu hal paling asing yang terjadi pada manusia. Penuaan
merupakan suatu proses yang tak seorang pun dapat menghindarinya sehingga
semua manusia memiliki setidaknya satu kesamaan, yaitu sama-sama beranjak
tua. Namun, sangat sulit bagi kebanyakan orang untuk membayangkan diri mereka
sebagai seorang yang tua.
Disarankan
agar tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan tentang menjadi tua. Hal ini
dapat menjadi masa dari adanya kesempatan, petualangan, dan pertumbuhan.
Pandanglah masa tua sebagai sebuah pencarian, bukan suatu akhir.
2.
Bertindaklah saat ini seperti kita akan membutuhkan tubuh kita selama seratus
tahun.
Jika
sebagian besar dari kita berpikir bahwa bagaimana perilaku kita saat ini akan
berpengaruh pada kita nanti, para ahli mengatakan bahwa fokus kita ini sama
sekali salah. Kita sedang berpikir tentang kematian, ketika kita harus
berpikir tentang penyakit. Hal itu akan menuntun kita untuk membuat berbagai
keputusan yang buruk sekarang ini dan dapat meninggalkan kesengsaraan di
tahun-tahun berikutnya.
Para
ahli mengatakan, hendaknya kita berhenti untuk berpikir: ”Saya tidak peduli
berapa lama aku hidup” sebagai alasan untuk melakukan berbagai kebiasaan
kesehatan yang buruk, seperti merokok, kebiasaan makan yang buruk, dan tidak
aktif secara fisik.
Kita
perlu mengubah gaya hidup sejak awal kehidupan, tidak untuk hidup lebih lama,
tetapi untuk hidup lebih baik di usia kita yang enam puluhan, tujuh puluhan,
dan seterusnya.
3. Jangan
khawatir tentang kematian.
Jangan
menghabiskan banyak waktu meresahkan soal kematian. Para ahli
merekomendasikan perencanaan yang matang dan terorganisasi untuk suatu akhir
kehidupan. Kekhawatiran yang paling sering disebutkan adalah perilaku tidak
terorganisasi dan meninggalkan beban pekerjaan bagi keluarga mereka.
Berencana ”melakukan perjalanan” dipandang sebagai perilaku yang bertanggung
jawab serta menyediakan sumber kenyamanan yang nyata.
4.
Terhubung secara sosial.
Kita
perlu memandang secara serius ancaman isolasi sosial di usia pertengahan dan
seterusnya serta melakukan berbagai upaya yang disadari sejak usia ini untuk
tetap terhubung melalui kesempatan belajar dan hubungan yang baru. Membina
hubungan dengan teman lama maupun menjalin hubungan baru dengan orang lain
dapat menimbulkan kepuasan dan peran sebagai seorang yang bermakna bagi orang
lain. Hal ini sangat erat hubungannya dengan kesehatan secara fisik maupun
psikologis.
5.
Rencana ke depan tentang di mana kita akan tinggal.
Di mana
kita akan hidup ketika beranjak lansia perlu mempertimbangkan berbagai aspek
dan sifatnya sangat individual. Apabila kenyataannya kita sudah tak punya
pasangan hidup dan rumah yang kita tinggali sangat besar dan terpencil
letaknya, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan keamanan atau rasa kesepian,
dapat dipertimbangkan tawaran anak untuk tinggal bersama mereka saja atau
pindah ke suatu komunitas lanjut usia.
Terkadang
kita kurang memperhitungkan bahwa lansia tetap membutuhkan agar lebih leluasa
dalam bertindak serta tak dapat terus menoleransi banyak hal di keluarga yang
berisi lebih dari dua generasi. Upayakan agar kita tidak membiarkan ketakutan
dan prasangka menghalangi kita atau anggota keluarga lainnya untuk
mempertimbangkan agar kita dapat pindah ke sebuah komunitas lansia. Langkah
tersebut sering membuka peluang untuk hidup yang lebih baik.
Melawan
penuaan
Jangan
terpengaruh pada serangkaian iklan untuk ”obat anti penuaan”. Seluruh subkultur
telah menjamur, menjanjikan untuk membentuk kembali wajah dan tubuh Anda,
dengan demikian mengalahkan proses penuaan. Perusahaan kosmetik telah
bergabung, memompa gelombang udara penuh iklan untuk berbagai produk agar
membuat Anda lebih awet muda.
Terhadap
semua ini, para ahli mengatakan: ”Lupakan saja!” Pelajaran utama tentang
penuaan adalah ”jangan melawannya”. Sebaliknya mereka mendorong kita semua
untuk menerima proses penuaan dan menyesuaikan kegiatan kita pada perubahan
kemampuan maupun lingkungan fisik kita. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar