Peluang
Wisata Syariah
Sucipto ;
Dosen Teknologi Industri
Pertanian (TIP),
Peneliti
Halal Thoyib Science Center (HTSC) Universitas Brawijaya
|
REPUBLIKA,
11 Agustus 2014
Peluang wisata syariah di dunia semakin meningkat. Ceruk pasar
ini kurang dimanfaatkan pemerintah dan pengusaha wisata Indonesia. Apa
tantangan untuk menangkap peluang wisata syariah di Indonesia ke depan?
Survei Thomson Reuther dan Dinar Standard menunjukkan belanja
masyarakat Muslim di dunia, selain haji dan umrah, mencapai 137 miliar dolar
AS pada 2012. Diproyeksikan mencapai 181 miliar dolar AS tahun 2018. Angka
ini menggambarkan besarnya potensi wisata syariah. Banyak faktor pendukung
teridentifikasi. Penduduk Muslim Indonesia merupakan pasar industri wisata
syariah terbesar di dunia. Bahkan, warga Indonesia menjadi target wisata
syariah Malaysia, Thailand, dan Jepang.
Keunggulan komparatif wisata Indonesia sangat besar. Letak
geografisnya di khatulistiwa bersuhu tidak terlalu ekstrim. Keindahan alam
terbentang dari pegunungan hingga pesisir.
Budaya Indonesia sangat beragam. Budaya Melayu mendominasi Pulau
Sumatra dengan nuansa religius dan berbagai peninggalan bersejarah. Budaya
religius juga ada di Jawa, seperti Banten, Cirebon, Yogyakarta, dan Jawa
Timur. Demikian juga di Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan daerah lain.
Di sisi lain, kuliner nusantara memiliki daya tarik yang diakui
dunia, seperti rendang dan nasi goreng. Kuliner khas sering dinikmati saat
kunjungan ke daerah dan sangat elegan dijadikan oleh-oleh. Beberapa
keunggulan komparatif ini semestinya dioptimalkan untuk mendukung wisata
syariah nusantara.
Kuatkan keunggulan
kompetitif
Meski banyak keunggulan komparatif penunjang wisata syariah,
namun ada kendala untuk memajukannya. Kendala utama adalah fobia kata syariah
disatukan wisata. Isu halal haram sering menjadi hambatan pemilik usaha
wisata non-Muslim dan masyarakat awam. Hal ini tak mudah dijelaskan, namun
perlu diyakinkan bahwa wisata syariah Indonesia berpotensi mendatangkan
keuntungan bagi siapa saja yang menekuninya. Pengusaha Indonesia mesti
belajar pada pengusaha Thailand dan Jepang yang berupaya mengambil peluang
wisata syariah meski penduduk dan pelaku usahanya sebagian besar non-Muslim.
Thailand memosisikan diri sebagai "Kitchen of the
World" menangkap peluang wisata syariah dengan keinginan baru sebagai
"Halal Thailand to kitchen of the world". Ini bukan sekadar slogan.
Fakta menunjukkan Thailand salah satu pengekspor produk halal utama di dunia.
Pejabat pemerintah Jepang juga pernah berkunjung ke Indonesia
untuk studi banding wisata syariah. Jepang mempunyai lembaga Halal Development Foundation Japan
(HDFJ) yang dipersiapkan menunjang Olimpiade Tokyo 2020. Toilet dan restoran
halal di Jepang mulai banyak.
Selanjutnya, situs bersejarah penyebaran Islam di nusantara
layak dan menarik dijadikan objek wisata syariah bagi generasi muda. Islam
sebagai rahmatan lil alamin disebarkan secara damai di nusantara.
Kuliner khas daerah tak boleh luput dari pengembangan wisata
syariah. Kehalalan produk di daerah tujuan wisata syariah mutlak
diperhatikan. Inovasi untuk menjamin mutu dan keamanan produk mutlak
dilakukan. Hal-hal kecil, terkait higienitas bahan dan proses produksi dapat diusahakan.
Standardisasi kuliner unggulan daerah penting agar dapat menjaga cita
rasanya. Beberapa kuliner khas yang populer dan mudah diolah di hotel dan
restoran dengan bumbu-bumbu terstandar dari Indonesia perlu dipilih. Ini yang
dilakukan Thailand dan Jepang untuk mengenalkan kulinernya.
Hotel syariah menjadi prasyarat pengembangan wisata syariah.
Hotel ini tak sekadar menyediakan tempat shalat dan restoran bersertifikat
halal, namun mesti mampu melindungi pengunjung dari hal-hal mudarat atau
kurang baik. Tidak harus setiap kamar ditempeli Ayat Kursi, yang terpenting
justru layanan terbaik sesuai ajaran Islam. Pengelolaan hotel seperti ini
justru menarik bagi Muslim dan non-Muslim yang mementingkan nilai-nilai
kemanusiaan.
Dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memudahkan
promosi ke luar daerah. Aplikasi tracking
(penelusuran) wisata syariah penting dikembangkan. Informasi hotel, restoran,
rumah makan, kuliner, dan produk unggulan lokal tersertifikasi halal di
daerah tujuan wisata akan mudah didapat. Demikian juga objek wisata dan
informasi cuaca. Aplikasi ini memudahkan wisatawan merencanakan perjalanan
sesuai keinginan, waktu luang, dan anggaran sejak dari rumah dan menjadi
pemandu perjalanan ketika di daerah tujuan wisata melalui smartphone.
Pengembangan wisata syariah yang dirintis Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif layak didukung. Pencanangan tujuh provinsi tujuan wisata
syariah di Indonesia tahun 2013, termasuk Jawa Timur, seharusnya cepat
ditindaklanjuti pemerintah daerah dan pelaku usaha wisata. Di sisi lain, lembaga
penelitian, perguruan tinggi, dan pihak terkait perlu mendorong melalui
penelitian dan pendampingan intensif.
Konsep wisata syariah yang menenteramkan dan menyenangkan
penting diarusutamakan di Indonesia. Produk yang diperlukan selama wisata,
termasuk hiburan mendidik dan menyehatkan, mudah didapat selama wisata.
Adanya wisata rohani menumbuhkan optimisme dan memberi semangat baru
pascakembali ke rumah dan tempat kerja. Kita yakin, perkembangan wisata
syariah akan berkontribusi meningkatkan ekonomi masyarakat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar