Gaza
Menangis, Gaza Tragis
Faisal Ismail ; Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
|
KORAN
SINDO, 05 Agustus 2014
Akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, gerakan antisemitisme
meluas di Eropa. Antisemitisme adalah sikap prejudis, diskriminasi, dan
kebencian terhadap kaum Yahudi sebagai kelompok bangsa, etnis, agama, dan
ras.
Adolf Hitler, diktator Nazi Jerman (1934- 1945), mengeksekusi orang-orang
Yahudi dalamkamp-kampkonsentrasi. Peristiwa ini dikenal sebagai holocaust.
Mengalami nasib tragis, kaumYahudi banyak meninggalkan Eropa. Tokoh-tokoh
Yahudi seperti Theodor Hazel (kelahiran Budapest) pada 1896 melakukan gerakan
menghimpun komunitas Yahudi untuk memperoleh tanah air sendiri. Atas prakarsa
Inggris, Balfour Declaration
diumumkan pada 1917 dan pada 1948 negara zionis- Israel didirikan di wilayah
Timur Tengah (tanah Palestina). Bagi bangsa Arab, pendirian negara Israel
merupakan “pencaplokan” wilayah mereka.
Konflik terus memanas dan pecahlah perang Arab-Israel pada 1967
yang melibatkan Mesir, Syria, Yordania, dan Palestina. Perang Arab-Israel
hanya berlangsung enam hari dengan kekalahan pihak Arab. Akibat perang ini,
banyak wilayah Palestina dan Dataran Tinggi Golan (milik sah Suriah) dicaplok
Israel. Israel memindahkan ibu kotanya dari Tel Aviv ke Yerusalem dan
mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tidak dapat dibagi (undivided capital). Pemindahan ibu
kota ini tidak dapat diterima terutama oleh rakyat Palestina dan
negara-negara Arab.
Sebenarnya Yerusalem adalah kota suci tiga agama: Yahudi,
Kristen, dan Islam. Seharusnya Israel membiarkan dan mempertahankan status
Yerusalem sebagai kota suci tiga agama ini karena historisnya memang
demikian.
Agresi Israel Tahun 2008
Pada 2006 Hamas memenangkan pemilu dan menempatkan Ismail
Haniyah sebagai perdana menteri Palestina. Jabatan presiden Otoritas
Palestina diberikan kepada Mahmoud Abbas (faksi Fatah) yang bersikap moderat.
Konflik Hamas-Fatah, yang memanas sejak awal pembentukan pemerintahan,
berakhir dengan “kemenangan” Hamas dan faksi ini “menguasai” Gaza.
Hamas, dengan ideologi garis kerasnya, terus terlibat konflik
dengan Israel. Atas prakarsa Mesir, sempat terjadi gencatan senjata antara
Hamas-Israel selama enam bulan. Tetapi, gencatan senjata remuk karena
masing-masing pihak saling menyalahkan. Hamas meroket Israel, sedang Israel
melancarkan serangan terhadap Hamas. Konflik Hamas-Israel memuncak pada 27
Desember 2008. Tentara Israel menyerang Gaza secara masif, eksesif, dan
brutal. Tiga pekan Israel menggempur Gaza dan berakhir pada 18 Januari 2009.
Berton-ton bom dijatuhkan oleh Israel ke Gaza yang berpenduduk
sangat padat. Langit Gaza dipenuhi oleh kilatan api dan asap hitam. Israel
melancarkan serangan dari darat, udara, dan laut dengan persenjataan yang
modern dan canggih. Sementara Hamas hanya mengandalkan roket. Akibat serangan
membabi buta Israel, lebih dari 1.300 orang Palestina tewas dan lebih dari
3000 orang Palestina lukaluka. Dua pertiga dari mereka adalah anak-anak dan
wanita (rakyat sipil) yang tidak berdosa. Banyak gedung, masjid, sekolah yang
dikelola oleh PBB, dan rumah penduduk Palestina hancur dan remuk berantakan.
Fasilitasfasilitas umum seperti aliran listrik, telepon, dan
saluran air bersih rusak dan hancur. Gaza gelap gulita pada malam hari.
Israel dilaporkan hanya mengalami korban sebanyak 13 orang tewas dan beberapa
orang terluka. Gaza sangat mengalami kekurangan makanan, air, dan aliran
listrik secara serius. Rumah sakit—dengan tenaga dokter, paramedis, dan
peralatan yang amat terbatas—sangat kewalahan merawat ratusan korban
(anak-anak, perempuan, dan rakyat sipil) yang terluka.
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi No 1860 (Amerika
Serikat abstain) yang isinya menyerukan Israel menghentikan serangan, tetapi
Israel terus menggempur Gaza habis-habisan. Tak ada tempat yang aman di Gaza.
Gaza terluka, Gaza berduka. Gencatan senjata akhirnya disepakati untuk
menghindari jatuh korban yang lebih banyak, destruktif, dan tragis.
Agresi Israel Tahun 2014
Sejak 8 Agustus 2014 Israel kembali menggempur Gaza. Pola
serangan brutal Israel seperti pada 2008-2009. Negara zionis-Israel itu
terlebih dulu membombardir Gaza lewat serangan udara dengan menjatuhkan
bom-bom ke titik-titik sasaran di Gaza kemudian melancarkan serangan dari
darat dengan mengerahkan pasukan yang besar. Akibat serangan udara dan darat
yang dilancarkan tentara Israel secara masif, eksesif, dan brutal, banyak
rumah penduduk, masjid, sekolah (termasuk sekolah yang dikelola PBB),
universitas, gedung, dan fasilitas umum seperti aliran listrik, saluran air
bersih, dan saluran telepon di Gaza luluh lantak.
Jumlah orang Palestina yang tewas dan luka-luka dalam agresi
Israel pada 2014 lebih besar dari jumlah orang Palestina yang tewas dan
luka-luka dalam serangan Israel pada 2008-2009. Di pihak Israel, 132
tentaranya tewas dan beberapa orang Israel terluka terkena serangan roket
dari Gaza. Seperti akibat serangan Israel pada 2008-2009, penduduk Gaza
mengalami krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan yang sangat parah.
Keadaannya bahkan lebih parah dari situasi pada 2008-2009 mengingat jumlah
korban (baik yang tewas maupun yang terluka) jauh lebih besar.
Rumah sakit sangat kewalahan melayani dan merawat warga Gaza
yang terluka akibat serbuan tentara Israel. UNRWA menyediakan 86 tempat
penampungan darurat bagi ribuan pengungsi Gaza. Tak ada tempat yang aman di
Gaza. Tentara Israel dengan tank-tank dan persenjataannya yang modern dan
canggih memasuki wilayah Gaza dan mereka menggeledah rumah penduduk, mencari
seorang perwira tentaranya yang diduga ditawan oleh Hamas.
Tentara Israel meledakkan terowongan yang diduga dipakai Hamas
meluncurkan roketnya ke wilayah Israel. Masyarakat internasional, termasuk
Indonesia, mengecam keras agresi militer Israel ke Gaza. Unjuk rasa di
berbagai kota seperti di Washington dan Paris muncul dan menyerukan Israel
menghentikan serangannya ke Gaza. Venezuela dan Bolivia memutuskan hubungan
diplomatik dengan Israel sebagai bentuk protes keras terhadap kekejaman
Israel terhadap rakyat Palestina. Berbeda dari kebanyakan negara di dunia
yang mengutuk kekejaman Israel, Amerika Serikat (AS) justru mendukung
serangan Israel yang, menurut AS, mempunyai hak membela diri.
Bukan hanya mendukung, lebih dari itu AS bahkan memasok senjata
ke Israel dan Kongres AS menyetujui bantuan sebesar USD 225 juta kepada
Israel untuk mengembangkan sistem persenjataan antirudal. Kecaman dan kutukan
terhadap Israel terus mengalir dari berbagai bangsa beradab. Israel dituduh
telah melanggar hukum internasional dan telah melakukan genosida terhadap
rakyat Palestina di Gaza.
PBB juga menilai serangan brutal Israel ke Gaza sebagai tindakan
penjahat perang. Mendengarkah rezim zionis-Israel tentang hal ini? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar