Selasa, 05 Agustus 2014

Di Balik Jonan yang Meringkuk dan Danang yang Meringis

Di Balik Jonan yang Meringkuk

dan Danang yang Meringis

Dahlan Iskan  ;   Menteri BUMN
JAWA POS, 04 Agustus 2014
                                    
                                                                                                                                   

LIBURAN Lebaran kemarin saya manfaatkan untuk meninjau lapangan minyak baru di Banyu Urip, Bojonegoro, Jawa Timur, melihat uji coba PLTU model baru di Cikarang, dan melakukan reparasi gigi belakang saya dengan dukungan stem cell. Tentu sambil terus mengecek layanan mudik oleh enam BUMN kita: PT KAI, ASDP, Garuda, Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, dan Pertamina.

”Saya bangga dengan KAI yang tahun ini menjadi pilihan utama pemudik,” tulis saya dalam BBM (Black Berry Messenger) ke Ignasius Jonan, direktur utama (Dirut) PT KAI.

”Saya terharu dengan Anda dan jajaran Anda yang selama Lebaran terus berada di lapangan penyeberangan Merak–Bakauheni,” tulis saya dalam SMS kepada Danang Baskoro, Dirut PT ASDP.

Saya juga terus menerima foto-foto pelaksanaan pengaturan mudik dari lapangan. Termasuk foto Jonan yang lagi meringkuk tidur di kursi KA kelas ekonomi, kelelahan setelah berhari-hari memantau posko angkutan Lebaran. Juga foto Danang saat meringis ikut mengatur sepeda motor yang berebut antre masuk feri. Anak buah dua Dirut itu cukup usil untuk memotret pimpinan mereka yang dalam posisi ”tidak seperti Dirut”.

Di samping berbagai kemajuan besar di berbagai bidang, Lebaran tahun ini KAI juga mengoperasikan tiga rangkaian kereta baru bikinan PT Inka (Persero) Madiun. Setelah ini saya minta Dirut Inka Agus Purnomo sering-sering naik kereta itu agar mengetahui di mana kekurangan-kekurangan kereta bikinan dalam negeri.

Secara fisik, saya cukup bangga dengan penampilan dan kehalusan finishing-nya. Tapi, dia tetap perlu tahu hal-hal yang tidak kelihatan dengan cara sering-sering merasakan sendiri berlama-lama sebagai penumpang kereta jarak jauh itu. Saya akan terus menanyakan ini kepadanya: sudah naik berapa kali dan di jurusan mana saja?

Jonan sudah ”menolong” Inka dengan membeli tiga rangkaian itu. Pembayarannya pun sudah beres. Ini saja sudah membuat PT Inka bisa keluar dari kesulitan terbesarnya. Bayangkan, tiga rangkaian itu sudah dibuat. Sudah jadi. Tiba-tiba pemesannya, Kemenhub, tidak dapat anggaran. Betapa sulitnya keuangan Inka karenanya.

Karena itu, ”pertolongan” ini harus dibalas dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada KAI. Ini agar ke depan semakin banyak kereta bikinan Madiun yang dibeli KAI. Saya akan ikut dalam perjalanan jauh itu nanti.

Lebaran kali ini KAI juga jadi bintang di sektor angkutan barang. Di saat semua truk dilarang beroperasi selama liburan Lebaran, KAI tetap bisa mengangkut barang jarak jauh. Ke depan, dengan selesainya rel ganda Surabaya–Jakarta, angkutan barang via KAI kian vital.

KAI juga sudah memesan ratusan lori angkutan barang ini ke PT Inka Madiun. Beribu terima kasih kepada KAI. Saya memang mengangkat orang KAI untuk menjadi direksi di PT Inka. Dengan demikian, Inka tahu jalan pikiran KAI dan KAI juga tahu kebutuhan Inka. Setidaknya dengan cara itu dua perusahaan ini berhenti perang dingin.

KAI sudah terbukti sukses membangun jaringan kereta barang di Sumatera. Waktu naik KA dari Palembang ke Baturaja dua bulan lalu, saya saksikan betapa hebatnya angkutan barang KAI di sana. Saya lihat dengan kagum KA barang yang baru berumur enam bulan itu melintas dengan gagahnya. Melaju dengan mulusnya. Mengular panjangnya.

Saat saya berdiri di stasiun, terlihat rangkaian KA barang yang lagi melintas itu seperti tidak ada akhirnya. Ternyata panjang rangkaian kereta itu mencapai 1,2 km! Kalau kereta penumpang hanya membawa sembilan gerbong, KA barang ini membawa 70 gerbong!

Di sepanjang jalur itu saya juga meresmikan sebelas stasiun KA yang baru. Benar-benar baru. Tidak ada stasiun di situ sebelumnya. Stasiun-stasiun ini letaknya di tengah hutan. Tidak ada jalan menuju stasiun baru itu. Ini stasiun untuk persilangan kereta barang. Bukan stasiun untuk penumpang.

Di pihak lain, ASDP di Merak juga benar-benar merasakan manfaat pembelian empat kapal feri ”vacuum cleaner” dari Inggris dan Korsel itu. Dengan empat kapal besar tersebut (inilah kapal feri terbesar di Indonesia), ribuan kendaraan disedot dengan rakusnya. Waktu direksi ASDP membeli kapal-kapal itu, bukan main ributnya. Direksi jadi bulan-bulanan.

Tapi, saya berikan dukungan penuh untuk ”terus maju”. Termasuk minta artis Syahrini dan kelompok musik kebanggaan kita, Slank, meresmikan kapal ini dalam sebuah show di dalam kapal mewah itu dalam pelayaran uji coba di Selat Sunda. Seperti juga KAI yang terus membangun stasiun-stasiun baru, ASDP pun harus segera membangun terminal pelabuhan feri yang tidak kalah megah dengan bandara baru.

Bagaimana kunjungan ke Banyu Urip dan pengalaman membongkar gigi dengan bantuan stem cell? Kelihatannya, cerita MH kali ini sudah terlalu panjang. Terpaksa minggu depan. Minta maaf lahir batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar