Ternyata
masih banyak artis Indonesia yang tidak peka akan bahaya narkoba.
Setidaknya itu terlihat sejak tertangkapnya Raffi Ahmad (27/1) hingga
sidang praperadilan terkait kasus tersebut digelar pekan ini.
Pekan
ini, sejumlah artis hadir di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Timur.
Mereka memberikan dukungan atas upaya pihak Raffi Ahmad yang
mempra-peradilankan Badan Narkotika Nasional. Mulai dari artis yang video
seksnya beredar beberapa waktu lalu, artis yang mulai pudar sinarnya karena
belakangan sibuk kuliah di Malaysia, hingga artis yang karya musiknya
sedang tenggelam lantaran maraknya boyband dan girlband di
Indonesia.
Kehadiran
para artis di ruang persidangan ini seolah telah mengubah paket city
tour mereka yang sebelumnya menjadikan Gedung Badan Narkotika
Nasional di Cawang, Jakarta Timur, sebagai daerah tujuan wisata, berubah
menjadi gedung Pengadilan Negeri Jakarta Timur, yang menurut Google Maps
hanya berjarak 8,4 kilometer.
Masih ingat di benak kita saat Raffi Ahmad dan kawan-kawannya
diciduk Badan Narkotika Nasional saat diduga sedang berpesta narkoba di
kediamannya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Para artis
beramai-ramai menjadi ‘wisatawan’ untuk menjenguk Raffi Ahmad yang ditahan
di Gedung BNN. Tidak hanya wisatawan lokal yang berkunjung, tetapi juga
wisatawan dari Timor Leste yang memiliki istri sebagai artis penyanyi dari
Indonesia.
Para artis tersebut sadar bahwa kasus Raffi Ahmad ini sedang
menjadi sorotan media. Ada indikasi mereka memanfaatkan kunjungan ke Gedung
BNN itu untuk mendapatkan publikasi diri dengan cara murah.
Setelah menjenguk Raffi, lalu kepada media mereka mengatakan
bahwa Raffi sedang tertimpa musibah. Seolah masalah tertangkapnya Raffi
datang dari Tuhan, padahal karena kebodohannya sendiri menggunakan narkoba
dan diduga menggelar pesta narkoba.
Kehadiran mereka di ruang Pengadilan Negeri Jakarta Timur juga
untuk memberikan dukungan kepada opini kuasa hukum bahwa Raffi Ahmad hanya
seorang pemakai narkoba biasa, bukan pecandu yang harus menjalani proses
rehabilitasi.
Dukungan yang mereka berikan kepada Raffi Ahmad ini sesungguhnya
sangatlah berbahaya bagi bangsa kita. Para artis yang di belakangnya
memiliki sejumlah penggemar, memberikan pernyataan dukungan kepada seorang
pengguna narkoba melalui media yang dibaca atau ditonton oleh jutaan anak
bangsa. Berbahaya karena bisa terbentuk kesadaran dalam benak masyarakat
bahwa ternyata terrtangkap karena menggunakan narkoba bisa mengundang
simpati banyak orang.
Sesungguhnya seorang pengguna narkoba adalah mata rantai dari
mafia peredaran zat mematikan itu. Seorang pengguna narkoba yang
tertangkap, bisa jadi akan dilenyapkan oleh jaringan di mata rantai mereka
karena tidak lagi dianggap menguntungkan atau membahayakan bagi organisasi
peredaran narkoba. Atau malah sebaliknya, bisa juga dimanfaatkan oleh
organisasi tersebut karena seorang pengguna narkoba yang tertangkap bisa
mendulang simpati publik.
Dalam kasus ini, terlihat indikasi bahwa mafia peredaran
narkotika sedang membangun opini publik bahwa seorang pengguna narkoba yang
tertangkap masih tetap akan disayang publik, termasuk teman seprofesi.
Lihat saja, ada skenario menghadirkan para pendukung yang dibayar Rp100.000
per orang, plus mendapat t’shirt bergambar Raffi Ahmad, plus mendapat nasi
bungkus.
Para artis harusnya memanfaatkan kasus Raffi Ahmad ini untuk
introspeksi diri bahwa ada yang salah dalam bekerja di industri hiburan.
Mereka harusnya mulai mengetuk kesadaran manajamen artis agar tidak terlalu
memforsir seorang artis untuk mencari uang melalui serangkaian jadwal kerja
yang padat.
Para artis pendukung Raffi Ahmad ini juga harusnya mulai
mengingatkan kepada artis lain agar jangan terlalu serakah menerima tawaran
pekerjaan, lalu buntutnya menggunakan narkoba agar badan bisa terasa lebih
fit sesaat.
Kita berharap para artis ini bukan makhluk paradoksal.
Seolah-seolah antinarkoba dan sedang mendukung rekannya yang ‘terjebak’
narkoba, padahal diam-diam juga menggunakan narkoba. Masih ingat di benak
kita tentang seorang vokalis band yang pernah menyatakan antinarkoba,
tetapi ternyata tertangkap dan terbukti sudah lama menggunakan narkoba.
Masih pula lekat di benak kita, seorang aktor uzur yang menjadi Duta
Antinarkoba ternyata tertangkap sedang nyabu di sebuah kamar hotel.
Upaya hukum melalui sidang praperadilan harusnya dihormati
sebagai upaya seseorang dalam mencari keadilan. Jangan diganggu dengan
upaya ‘dukung mendukung’ layaknya kasus politik. Jangan jadikan lembaga
peradilan layaknya markas besar suatu partai politik. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar