Minggu, 10 Maret 2013

Artis Indonesia Tidak Peka Bahaya Narkoba


Artis Indonesia Tidak Peka Bahaya Narkoba
Ediya Moralia  ;  Managing Editor - Inilah.com
INILAH.COM, 09 Maret 2013


Ternyata masih banyak artis Indonesia yang tidak peka akan bahaya narkoba. Setidaknya itu terlihat sejak tertangkapnya Raffi Ahmad (27/1) hingga sidang praperadilan terkait kasus tersebut digelar pekan ini.

Pekan ini, sejumlah artis hadir di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Mereka memberikan dukungan atas upaya pihak Raffi Ahmad yang mempra-peradilankan Badan Narkotika Nasional. Mulai dari artis yang video seksnya beredar beberapa waktu lalu, artis yang mulai pudar sinarnya karena belakangan sibuk kuliah di Malaysia, hingga artis yang karya musiknya sedang tenggelam lantaran maraknya boyband dan girlband di Indonesia.

Kehadiran para artis di ruang persidangan ini seolah telah mengubah paket city tour mereka yang sebelumnya menjadikan Gedung Badan Narkotika Nasional di Cawang, Jakarta Timur, sebagai daerah tujuan wisata, berubah menjadi gedung Pengadilan Negeri Jakarta Timur, yang menurut Google Maps hanya berjarak 8,4 kilometer.

Masih ingat di benak kita saat Raffi Ahmad dan kawan-kawannya diciduk Badan Narkotika Nasional saat diduga sedang berpesta narkoba di kediamannya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Para artis beramai-ramai menjadi ‘wisatawan’ untuk menjenguk Raffi Ahmad yang ditahan di Gedung BNN. Tidak hanya wisatawan lokal yang berkunjung, tetapi juga wisatawan dari Timor Leste yang memiliki istri sebagai artis penyanyi dari Indonesia.
Para artis tersebut sadar bahwa kasus Raffi Ahmad ini sedang menjadi sorotan media. Ada indikasi mereka memanfaatkan kunjungan ke Gedung BNN itu untuk mendapatkan publikasi diri dengan cara murah.
Setelah menjenguk Raffi, lalu kepada media mereka mengatakan bahwa Raffi sedang tertimpa musibah. Seolah masalah tertangkapnya Raffi datang dari Tuhan, padahal karena kebodohannya sendiri menggunakan narkoba dan diduga menggelar pesta narkoba.
Kehadiran mereka di ruang Pengadilan Negeri Jakarta Timur juga untuk memberikan dukungan kepada opini kuasa hukum bahwa Raffi Ahmad hanya seorang pemakai narkoba biasa, bukan pecandu yang harus menjalani proses rehabilitasi.
Dukungan yang mereka berikan kepada Raffi Ahmad ini sesungguhnya sangatlah berbahaya bagi bangsa kita. Para artis yang di belakangnya memiliki sejumlah penggemar, memberikan pernyataan dukungan kepada seorang pengguna narkoba melalui media yang dibaca atau ditonton oleh jutaan anak bangsa. Berbahaya karena bisa terbentuk kesadaran dalam benak masyarakat bahwa ternyata terrtangkap karena menggunakan narkoba bisa mengundang simpati banyak orang.
Sesungguhnya seorang pengguna narkoba adalah mata rantai dari mafia peredaran zat mematikan itu. Seorang pengguna narkoba yang tertangkap, bisa jadi akan dilenyapkan oleh jaringan di mata rantai mereka karena tidak lagi dianggap menguntungkan atau membahayakan bagi organisasi peredaran narkoba. Atau malah sebaliknya, bisa juga dimanfaatkan oleh organisasi tersebut karena seorang pengguna narkoba yang tertangkap bisa mendulang simpati publik.
Dalam kasus ini, terlihat indikasi bahwa mafia peredaran narkotika sedang membangun opini publik bahwa seorang pengguna narkoba yang tertangkap masih tetap akan disayang publik, termasuk teman seprofesi. Lihat saja, ada skenario menghadirkan para pendukung yang dibayar Rp100.000 per orang, plus mendapat t’shirt bergambar Raffi Ahmad, plus mendapat nasi bungkus.
Para artis harusnya memanfaatkan kasus Raffi Ahmad ini untuk introspeksi diri bahwa ada yang salah dalam bekerja di industri hiburan. Mereka harusnya mulai mengetuk kesadaran manajamen artis agar tidak terlalu memforsir seorang artis untuk mencari uang melalui serangkaian jadwal kerja yang padat.
Para artis pendukung Raffi Ahmad ini juga harusnya mulai mengingatkan kepada artis lain agar jangan terlalu serakah menerima tawaran pekerjaan, lalu buntutnya menggunakan narkoba agar badan bisa terasa lebih fit sesaat.
Kita berharap para artis ini bukan makhluk paradoksal. Seolah-seolah antinarkoba dan sedang mendukung rekannya yang ‘terjebak’ narkoba, padahal diam-diam juga menggunakan narkoba. Masih ingat di benak kita tentang seorang vokalis band yang pernah menyatakan antinarkoba, tetapi ternyata tertangkap dan terbukti sudah lama menggunakan narkoba. Masih pula lekat di benak kita, seorang aktor uzur yang menjadi Duta Antinarkoba ternyata tertangkap sedang nyabu di sebuah kamar hotel.
Upaya hukum melalui sidang praperadilan harusnya dihormati sebagai upaya seseorang dalam mencari keadilan. Jangan diganggu dengan upaya ‘dukung mendukung’ layaknya kasus politik. Jangan jadikan lembaga peradilan layaknya markas besar suatu partai politik. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar