Mengapresiasi
Aktivitas Mudik 2014
Effnu Subiyanto ;
Pembina Yayasan Cikal AFA,
Pendiri
Koridor, Kandidat Doktor Ilmu Ekonomi FEB Unair
|
JAWA
POS, 31 Juli 2014
MENDEKATI
pengujung akhir pemerintah Presiden SBY, penyelenggaraan aktivitas mudik 1435
H (2014 M), tampaknya, semakin baik. Prestasi itu harus diapresiasi seluruh
rakyat Indonesia di tengah rumit dan kompleksitasnya masalah transportasi dan
infrastruktur di negara ini.
Indikator
pertama keberhasilan penyelenggaraan mudik tahun ini adalah menurunnya jumlah
angka kecelakaan lalu lintas. Pada mudik 2013 sebenarnya data korban
kecelakaan lalu lintas sudah menurun, namun belum diapresiasi rakyat karena
menduga efek cyclical yang tidak akan bisa dipertahankan pada tahun
berikutnya. Namun, jika melihat kinerja penyelenggaraan mudik 2014, ada
indikasi bahwa pemerintah bekerja keras agar event ritual tahunan tersebut
berlangsung semakin baik.
Mabes
Polri melaporkan bahwa sampai H-1 telah terjadi 966 kasus kecelakaan dalam
arus lalu lintas mudik. Tercatat 214 korban meninggal dunia, 314 korban luka
berat, dan 942 korban luka ringan. Nilai kerugian materi yang timbul akibat
terjadinya kecelakaan lalu lintas pada arus mudik sekitar Rp 2,4 miliar.
Pada
penyelenggaraan mudik 2013, sampai H+6 jumlah korban tewas sia-sia di jalan
mencapai 686 orang dari 3.061 insiden kecelakaan lalu lintas. Korban yang
menderita luka berat 1.120 orang dan luka ringan 4.034 orang.
Momentum
mudik 2012 adalah kinerja terburuk pemerintah dengan korban kecelakaan lalu
lintas tertinggi sepanjang sejarah mudik Indonesia. Berdasar laporan operasi
ketupat yang diadakan Korps Lalu Lintas Polri, ada peningkatan 17 persen jika
dibandingkan dengan 2011. Korban tewas mencapai 908 orang, 1.438 orang luka
berat, dan 4.913 orang luka ringan. Jatuhnya korban-korban itu disebabkan
lebih dari 5.233 kasus kecelakaan lalu lintas dengan kerugian materi
sedikitnya Rp 11,8 miliar dan terus bertambah. Dari seluruh korban laka
lantas, 69 persen korban tewas disebabkan pemudik motor. Tahun 2012 adalah
titik kulminasi tren kenaikan kecelakaan lalu lintas dalam setiap momentum
mudik.
Sebelumnya,
pada 2011, dari H-8 sampai H+3, berdasar laporan operasi ketupat Lebaran yang
diadakan Polri, kenaikan kecelakaan lalu lintas 36,85 persen jika
dibandingkan dengan 2010. Ketika itu terjadi 3.260 kasus kecelakaan di
seluruh Indonesia, padahal pada 2010 masih 2.382 kasus. Angka kumulatif
korban tewas mudik 2011 mencapai 710 orang.
Pada
mudik 2009 jumlah korban tewas mencapai 532 jiwa, luka berat 658 orang, dan
luka ringan 356 orang. Koban-korban yang berjatuhan pada mudik 2009
disebabkan 1.333 kasus kecelakaan lalu lintas. Jumlah itu meningkat
signifikan jika dibandingkan dengan mudik 2007 yang korban tewasnya mencapai
362 orang. Demikian pula pada mudik 2006 dengan jumlah korban tewas 354
orang.
Jika
kinerja seluruh departemen yang terlibat dalam manajemen transportasi paling
sibuk sedunia itu dipertahankan sampai beberapa hari ke depan, seluruh
penyelenggaraan mudik 2014 tersebut bisa dikatakan sangat sukses.
Koordinasi
Keberhasilan
mudik 2014, jika diteliti, adalah semakin baiknya alert pemerintah sebagai
tim kerja bersama untuk kebaikan sebuah event yang dikoordinasi. Persoalannya
relatif sama setiap tahun, hanya volumenya yang konstan naik pada sekitar 7
persen setiap tahun, namun mengapa masalah kecelakaan lalu lintas seolah
tidak terselesaikan.
Pada
tahun ini kerja koordinasi yang patut diapresiasi itu, antara lain, program
mudik gratis yang semakin bervariasi. PT KAI, misalnya, sudah membuat program
mudik dengan mengangkut sepeda motornya secara gratis. Langkah itu tentu
merupakan terobosan dan bagian dari program CSR karena keikhlasan memberikan
ruang dalam gerbong KA yang seharusnya laku dijual, namun diberikan tidak
berbayar untuk sepeda motor. Namun, jika dilihat mitigasi risikonya, hal
tersebut sangat jauh mengurangi potensi kecelakaan lalu lintas karena
kelelahan pemudik motor yang selalu memberikan kontribusi tinggi angka laka
lantas.
Kesiapan
aparat juga semakin baik. Hal itu bisa disaksikan pada titik-titik kunci
perubahan moda transportasi. Misalnya, di Pelabuhan Merak-Bakauheni dan
Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk. Antrean panjang tidak sampai berhari-hari.
Demikian pula kemacetan di jalur puncak relatif tidak menjadi bahan
pemberitaan media massa nasional. Berita insiden feri atau kapal celaka juga
minim.
Relatif
baiknya penyelenggaraan event mudik 2014 nyaris menghilangkan berita jebolnya
Jembatan Comal yang membuat jalur transportasi pantura terganggu. Insiden itu
pun force of majeur karena alam,
yakni hujan deras berjam-jam dan akhirnya membuat fondasi jembatan tersebut
terkikis.
Inilah
fakta dan pelajaran kepada pemerintah bahwa koordinasi antar berbagai lembaga
merupakan kunci menyelesaikan setiap masalah. Tinta merah setiap
penyelenggaraan mudik selama ini tidak bisa dibebankan kepada polisi lalu
lintas dan departemen perhubungan semata. Di area ini juga terikut departemen
lain yang memberikan kontribusi. Misalnya, departemen PU yang memberikan
jaminan kualitas infrastruktur, instansi penyedia sarana transportasi baik
darat, laut, maupun udara, bahkan Kementerian Pendidikan yang memberikan
edukasi bahwa pemudik motor membawa anak-anak balita adalah berbahaya. Kementerian
Pendidikan juga akan mengambil peran bagaimana berlalu lintas yang sopan,
perbaikan mental, sampai mengetahui bagaimana beratnya subsidi BBM.
Bagi
pemerintahan baru sebentar lagi, peningkatan koordinasi antardepartemen dan
antar pemimpin wilayah mutlak perlu dibangun tiada henti. Koordinasi yang
baik tidak hanya rapat terus-menerus berhari-hari dalam ruangan. Namun,
konkret di lapangan yang semakin baik adalah bukti telah dilaksanakannya
koordinasi dengan baik itu. Keberhasilan mudik 2014 adalah warisan berat
kepada Presiden Jokowi yang harus dipertahankan ke depan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar