Sabtu, 02 Agustus 2014

Mengapresiasi Aktivitas Mudik 2014

                         Mengapresiasi Aktivitas Mudik 2014

Effnu Subiyanto  ;   Pembina Yayasan Cikal AFA,
Pendiri Koridor, Kandidat Doktor Ilmu Ekonomi FEB Unair
JAWA POS, 31 Juli 2014
                                                


MENDEKATI pengujung akhir pemerintah Presiden SBY, penyelenggaraan aktivitas mudik 1435 H (2014 M), tampaknya, semakin baik. Prestasi itu harus diapresiasi seluruh rakyat Indonesia di tengah rumit dan kompleksitasnya masalah transportasi dan infrastruktur di negara ini.

Indikator pertama keberhasilan penyelenggaraan mudik tahun ini adalah menurunnya jumlah angka kecelakaan lalu lintas. Pada mudik 2013 sebenarnya data korban kecelakaan lalu lintas sudah menurun, namun belum diapresiasi rakyat karena menduga efek cyclical yang tidak akan bisa dipertahankan pada tahun berikutnya. Namun, jika melihat kinerja penyelenggaraan mudik 2014, ada indikasi bahwa pemerintah bekerja keras agar event ritual tahunan tersebut berlangsung semakin baik.

Mabes Polri melaporkan bahwa sampai H-1 telah terjadi 966 kasus kecelakaan dalam arus lalu lintas mudik. Tercatat 214 korban meninggal dunia, 314 korban luka berat, dan 942 korban luka ringan. Nilai kerugian materi yang timbul akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas pada arus mudik sekitar Rp 2,4 miliar.

Pada penyelenggaraan mudik 2013, sampai H+6 jumlah korban tewas sia-sia di jalan mencapai 686 orang dari 3.061 insiden kecelakaan lalu lintas. Korban yang menderita luka berat 1.120 orang dan luka ringan 4.034 orang.

Momentum mudik 2012 adalah kinerja terburuk pemerintah dengan korban kecelakaan lalu lintas tertinggi sepanjang sejarah mudik Indonesia. Berdasar laporan operasi ketupat yang diadakan Korps Lalu Lintas Polri, ada peningkatan 17 persen jika dibandingkan dengan 2011. Korban tewas mencapai 908 orang, 1.438 orang luka berat, dan 4.913 orang luka ringan. Jatuhnya korban-korban itu disebabkan lebih dari 5.233 kasus kecelakaan lalu lintas dengan kerugian materi sedikitnya Rp 11,8 miliar dan terus bertambah. Dari seluruh korban laka lantas, 69 persen korban tewas disebabkan pemudik motor. Tahun 2012 adalah titik kulminasi tren kenaikan kecelakaan lalu lintas dalam setiap momentum mudik.

Sebelumnya, pada 2011, dari H-8 sampai H+3, berdasar laporan operasi ketupat Lebaran yang diadakan Polri, kenaikan kecelakaan lalu lintas 36,85 persen jika dibandingkan dengan 2010. Ketika itu terjadi 3.260 kasus kecelakaan di seluruh Indonesia, padahal pada 2010 masih 2.382 kasus. Angka kumulatif korban tewas mudik 2011 mencapai 710 orang.

Pada mudik 2009 jumlah korban tewas mencapai 532 jiwa, luka berat 658 orang, dan luka ringan 356 orang. Koban-korban yang berjatuhan pada mudik 2009 disebabkan 1.333 kasus kecelakaan lalu lintas. Jumlah itu meningkat signifikan jika dibandingkan dengan mudik 2007 yang korban tewasnya mencapai 362 orang. Demikian pula pada mudik 2006 dengan jumlah korban tewas 354 orang.

Jika kinerja seluruh departemen yang terlibat dalam manajemen transportasi paling sibuk sedunia itu dipertahankan sampai beberapa hari ke depan, seluruh penyelenggaraan mudik 2014 tersebut bisa dikatakan sangat sukses.



Koordinasi

Keberhasilan mudik 2014, jika diteliti, adalah semakin baiknya alert pemerintah sebagai tim kerja bersama untuk kebaikan sebuah event yang dikoordinasi. Persoalannya relatif sama setiap tahun, hanya volumenya yang konstan naik pada sekitar 7 persen setiap tahun, namun mengapa masalah kecelakaan lalu lintas seolah tidak terselesaikan.

Pada tahun ini kerja koordinasi yang patut diapresiasi itu, antara lain, program mudik gratis yang semakin bervariasi. PT KAI, misalnya, sudah membuat program mudik dengan mengangkut sepeda motornya secara gratis. Langkah itu tentu merupakan terobosan dan bagian dari program CSR karena keikhlasan memberikan ruang dalam gerbong KA yang seharusnya laku dijual, namun diberikan tidak berbayar untuk sepeda motor. Namun, jika dilihat mitigasi risikonya, hal tersebut sangat jauh mengurangi potensi kecelakaan lalu lintas karena kelelahan pemudik motor yang selalu memberikan kontribusi tinggi angka laka lantas.

Kesiapan aparat juga semakin baik. Hal itu bisa disaksikan pada titik-titik kunci perubahan moda transportasi. Misalnya, di Pelabuhan Merak-Bakauheni dan Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk. Antrean panjang tidak sampai berhari-hari. Demikian pula kemacetan di jalur puncak relatif tidak menjadi bahan pemberitaan media massa nasional. Berita insiden feri atau kapal celaka juga minim.

Relatif baiknya penyelenggaraan event mudik 2014 nyaris menghilangkan berita jebolnya Jembatan Comal yang membuat jalur transportasi pantura terganggu. Insiden itu pun force of majeur karena alam, yakni hujan deras berjam-jam dan akhirnya membuat fondasi jembatan tersebut terkikis.

Inilah fakta dan pelajaran kepada pemerintah bahwa koordinasi antar berbagai lembaga merupakan kunci menyelesaikan setiap masalah. Tinta merah setiap penyelenggaraan mudik selama ini tidak bisa dibebankan kepada polisi lalu lintas dan departemen perhubungan semata. Di area ini juga terikut departemen lain yang memberikan kontribusi. Misalnya, departemen PU yang memberikan jaminan kualitas infrastruktur, instansi penyedia sarana transportasi baik darat, laut, maupun udara, bahkan Kementerian Pendidikan yang memberikan edukasi bahwa pemudik motor membawa anak-anak balita adalah berbahaya. Kementerian Pendidikan juga akan mengambil peran bagaimana berlalu lintas yang sopan, perbaikan mental, sampai mengetahui bagaimana beratnya subsidi BBM.

Bagi pemerintahan baru sebentar lagi, peningkatan koordinasi antardepartemen dan antar pemimpin wilayah mutlak perlu dibangun tiada henti. Koordinasi yang baik tidak hanya rapat terus-menerus berhari-hari dalam ruangan. Namun, konkret di lapangan yang semakin baik adalah bukti telah dilaksanakannya koordinasi dengan baik itu. Keberhasilan mudik 2014 adalah warisan berat kepada Presiden Jokowi yang harus dipertahankan ke depan. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar