Indonesia
Naik Kelas
Bambang Ps Brodjonegoro ; Menteri
PPN; Kepala Bappenas
|
KORAN SINDO, 08 November
2016
Tema
“Indonesia Naik Kelas” sangat berkaitan dengan komitmen dan upaya pemerintah
untuk mewujudkan salah satu sasaran RPJMN 2015-2019, yaitu menjadikan
Indonesia negara maju sekaligus keluar dari perangkap negara berpendapatan
menengah pada tahun 2030.
Pencapaian
sasaran ini membutuhkan transformasi struktural yang didukung kebijakan yang
mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, serta peningkatan
kesejahteraan secara berkelanjutan. Sebagaimana diketahui, perekonomian
Indonesia bertransformasi dengan cepat dari perekonomian yang mengandalkan
sumber daya alam ke perekonomian yang berbasis pengolahan untuk kemudian
terhenti karena krisis ekonomi.
Transformasi
ekonomi memang tetap berlanjut pascakrisis meskipun dengan kecepatan yang
lebih lambat. Prosesnya ditandai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
lebih rendah daripada periode sebelum krisis, peningkatan peran sektor jasa,
termasuk dalam menyerap realokasi tenaga kerja dari sektor pertanian, serta
gejala deindustrialisasi yang ditunjukkan oleh penurunan kinerja industri
pengolahan.
Kondisi
ini ditengarai sebagai pertanda bahwa kita dimungkinkan untuk terjebak dalam
pendapatan menengah (middle income trap)
dan menjadi agak sulit untuk naik kelas ke negara berpendapatan tinggi.
Kajian yang dilakukan Felipe pada 2012 menunjukkan Indonesia masih dikategorikan
rentan terhadap middle income trap karena kita masih memiliki momentum untuk
menatastruktur perekonomian.
Hal
ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita kita yang
sebesar3,9% dalam periode 2000-2010 atau masih lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pertumbuhan penduduk (1,4%). Selain itu, dalam lima tahun terakhir,
pertumbuhan nilai tambah sektor industri (4,8%) masih relatif lebih tinggi
bila dibandingkan dengan peningkatan nilai tambah di sektor pertanian (4,2%).
RPJMN
2015-2019 menargetkan, perekonomian nasional tumbuh rata-rata 6-8% dalam lima
tahun sehingga kita mampu mewujudkan produk domestik bruto (PDB) per kapita
sekitar USD7.000 dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang dapat
diturunkan masing-masing menjadi 7-8% dan 4-5% pada 2019.
Target-target
tersebut menjadi titik tolak untuk mengarah pada pencapaian pendapatan per
kapita yang setara dengan negara berpendapatan menengah atas pada 2025.
Apabila kita dapat melanjutkan pertumbuhan yang tinggi dan pada saat yang
sama meningkatkan kualitas distribusi pendapatan antar kelompok dan antar
wilayah dalam struktur sosial ekonomi yang lebih kokoh, status Indonesia
sebagai negara maju mungkin dapat diwujudkan dalam kurun waktu kurang dari 25
tahun.
Keyakinan
ini didasarkan pada, pertama, Indonesia memiliki peluang meraih percepatan
pertumbuhan ekonomi yang ditopang dengan peningkatan ketersediaan penduduk
usia produktif (kerja) yang besar sebagai hasil dari bonus demografi pada
periode 2025-033.
Kedua,
pemerintah terus memperbaiki kualitas pendidikan dan kesehatan melalui
dukungan alokasi anggaran yang memadai dalam rangka menciptakan tenaga kerja
yang memiliki produktivitas tinggi dan kompeten.
Ketiga,
pembangunan infrastruktur untuk mendukung konektivitas antarwilayah
dipercepat yang sangat diperlukan untuk transformasi struktur produksi dalam
negeri dan peningkatan peran Indonesia di pasar internasional.
Keempat,
efektivitas iklim usaha terus ditingkatkan melalui perbaikan kerangka
regulasi, pemangkasan prosedur, penghapusan pungutan, dan pelayanan publik
yang lebih andal.
Kelima,
pertumbuhan investasi yang cukup tinggi dalam lima tahun terakhir (6,9%)
diharapkan mampu mendorong percepatan transfer teknologi, peningkatan daya
saing sektor riil, dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar
Jawa.
Keenam,
adanya komitmen tinggi untuk meningkatkan layanan keuangan melalui penguatan
lembaga keuangan dan pasar uang/ modal serta perluasan jangkauan layanan
keuangan.
Ketujuh,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk
penciptaan proses yang lebih efisien dan andal di berbagai bidang.
Cita-cita
untuk naik kelas merupakan cita-cita bersama, dan pemerintah mengapresiasi
berbagai inisiatif yang telah diakukan oleh berbagai pihak di tingkat pusat,
daerah, serta pemangku kepentingan swasta dan masyarakat. Semua komponen
sudah menunjukkan komitmen kuat untuk mendorong percepatan pembangunan dan
meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya dan
peluang yang ada.
Dunia
usaha, termasukBUMN, telah menunjukkan upaya-upaya inovatif yang
menjadikannya semakin mampu menjadi pelaku utama pembangunan di masa yang
akan datang. Peran swasta dan BUMN yang lebih besar, misalnya dalam
pembiayaan infrastruktur, menjadi kunci keberhasilan pembangunan
infrastruktur nasional ke depan.
Transformasi
peran BUMN yang sedang berlangsung, termasuk rencana pembentukan holding,
diharapkan mampu memperkuat peran BUMN sebagai lokomotif pembangunan. Ke
depan, BUMN diharapkan menjadi pionir dalam mendorong investasi, pembangunan
konektivitas, serta perluasan jangkauan dan peningkatan kualitas penyediaan
layanan bagi masyarakat.
Harapan
besar terhadap peningkatan peran dunia usaha dalam adaptasi teknologi juga
merupakan bentuk dari bekerjanya sistem inovasi yang efektif dalam
keterpaduan peran akademisi, pemerintah, dunia usaha,dan masyarakat (quadro helix). Melalui peningkatan
riset dan penerapan teknologi, dunia usaha dapat menjadi bagian dari creative
destruction yang salah satunya dicirikan melalui kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi.
Pengembangan
dan penerapan platform digital oleh dunia usaha dengan memanfaatkan berbagai
dimensi informasi dan data telah mendorong transformasi menjadi usaha yang
lebih efisien serta menciptakan sophistication dalam proses produksi dan
penyediaan layanan bagi konsumen. Dalam tiga tahun terakhir, multiplier
effect dari transformasi struktural yang melibatkan inovasi dan kemajuan
teknologi sudah dirasakan sangat besar.
Konsep
layanan berbasis digital dan sharing
economy, misalnya, telah mampu menunjukkan bahwa kecanggihan teknologi
tetap mampu mempertahankan tingkat penyerapan tenaga kerja dan konsumsi rumah
tangga, bahkan mampu menambah peluang bidang usaha. Model yang dikembangkan
dunia usaha dalam berinovasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi juga menjadi
benchmark atau rujukan bagi pemerintah untuk meningkatkan respons terhadap
kebutuhan masyarakat.
Penerapan
eoffice, e-procurement, e-licensing, e-health, e-planning, dan digitalisasi
layanan publik lainnya sudah menjadi kebutuhan untuk memperpendek birokrasi
dan administrasi, mengurangi transaction
cost hingga memperkecil peluang korupsi. Hasilnya diharapkan mampu
meningkatkan nilai tambah dan daya saing perekonomian serta memperbesar
peluang lndonesia untuk naik kelas.
Kita
semua menyadari, apa yang diupayakan pemerintah dengan dukungan dunia usaha
perlu memberikan manfaat yang merata bagi seluruh bangsa Indonesia. Program
pembangunan tidak lagi tersentralistik di Pulau Jawa, melainkan diarahkan
untuk upaya pemerataan ke luar Pulau Jawa. Sistem otonomi daerah harus
dimanfaatkan kepala daerah untuk memunculkan kreativitas masingmasing,
konteks spesifik, dan lokasi spesifik.
Salah
satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah menerapkan
kebijakan peningkatan inovasi yang mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha
baru yang berdaya saing. Menurut UNESCO, pada 2015 Indonesia memproduksi
lebih dari 140.000 lulusan sarjana insinyur per tahun atau terbesar keenam di
seluruh dunia.
Sarjana
insinyur ini diharapkan tidak saja mampu menjadi tenaga kerja yang
profesional dan kompeten, melainkan juga menjadi embrio bagi terbentuknya
usaha-usaha yang berdaya saing di masa akan datang. Peran pemerintah yang
dibutuhkan dalam hal ini adalah memastikan adanya ekosistem yang mampu
memberikan kepastian bagi investasi yang masuk serta mendukung komersialisasi
ide-ide yang berkembang di masyarakat menjadi sebuah produk dan usaha yang
berdaya saing.
Buah-buah
kreativitas harus mampu menciptakan program dan kegiatan yang inovatif di
daerah sehingga mampu mengatasi berbagai tantangan pembangunan ke depan dan
mendorong perekonomian Indonesia untuk naik kelas.
Indonesia pada dasarnya tidak kekurangan
talenta-talenta yang mampu membangun bangsa, baik dari sisi pemerintah daerah
mau pun dunia usaha. Dengan kerja keras, kerja smart, kerja berkomunikasi,
dan kerja bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, swasta,
dan seluruh lapisan masyarakat, saya yakin Indonesia bisa naik kelas. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar