Dampak Penurunan
Cadangan Devisa Yopie Hidayat : Kontributor Tempo |
MAJALAH TEMPO, 27
Agustus 2023
MASA jaya surplus devisa
mulai surut. Selama kuartal II 2023, Indonesia mengalami defisit neraca
transaksi berjalan. Artinya, devisa yang keluar karena transaksi barang dan
jasa lebih besar ketimbang yang masuk. Ada defisit US$ 1,93 miliar. Sebagai
perbandingan, di kuartal I 2023, kita masih menikmati surplus transaksi
berjalan hingga US$ 2,98 miliar. Kembali munculnya defisit
neraca transaksi berjalan, setelah tujuh kuartal kita menikmati surplus,
memang tak terelakkan. Sebab utamanya adalah penurunan harga berbagai
komoditas ekspor Indonesia. Kelesuan ekonomi dunia, terutama Cina yang gagal
pulih setelah terpukul pandemi Covid-19, membuat harga komoditas di pasar
global terus melemah. Walhasil, penerimaan devisa hasil ekspor merosot.
Selama kuartal II 2023, nilai ekspor Indonesia tercatat US$ 10,35 miliar,
melorot 30,6 persen ketimbang perolehan di kuartal sebelumnya. Lemahnya penerimaan ekspor
tampaknya masih akan berlanjut setidaknya hingga akhir tahun ini. Ekonomi
Cina masih belum pulih karena berbagai masalah. Sementara itu, pemerintah
Cina terlihat masih pelit menyuntikkan stimulus yang bisa membuat ekonomi
bergerak lebih cepat. Walhasil, belum tampak kemungkinan harga komoditas bisa
segera membal melonjak lagi karena lokomotif penggeraknya masih loyo. Di sisi lain, ketika
sektor riil sedang melemah, pasar finansial Indonesia tertekan arus
pergerakan modal keluar. Selama kuartal II 2023, neraca finansial Indonesia
mencatatkan aliran keluar devisa senilai minus US$ 4,97 miliar. Arus deras
keluarnya devisa ini sangat kontras dibandingkan dengan kondisi kuartal I
2023 yang mencatatkan aliran masuk cukup besar, surplus US$ 3,68 miliar. Di antara semua akun
neraca finansial selama kuartal II 2023, hanya aliran investasi asing secara
langsung yang masih mencatatkan surplus senilai US$ 3,3 miliar. Di neraca
investasi portofolio, misalnya, terlihat para investor kembali memindahkan
dana keluar dari Indonesia. Secara neto, ada dana senilai US$ 2,59 miliar
yang hengkang. Tren di pasar finansial
dalam beberapa bulan ke depan sepertinya akan serupa dengan kecenderungan di
sektor riil. Faktor yang berdampak negatif bagi Indonesia masih lebih
dominan, yakni pergerakan bunga di negara-negara maju. The Federal Reserve,
misalnya, belum akan menurunkan suku bunga meski inflasi di Amerika Serikat
sudah mereda. Justru sebaliknya, pertumbuhan yang masih kencang di Amerika
membuat para petinggi The Fed memberi isyarat masih ada kenaikan bunga lagi
di tahun ini. Seandainya bunga tidak
naik pun tekanan belum bakal mereda. Sebab, secara umum bank-bank sentral
negara-negara maju tampaknya masih akan mengadopsi kebijakan bunga tinggi untuk
sementara waktu. Para analis memprediksi The Fed baru akan menurunkan bunga
di pertengahan 2024. Dus, bunga tinggi di pasar finansial global akan
bertahan lebih lama. Para debitor Indonesia, termasuk pemerintah, harus
menanggung beban bunga lebih tinggi jika menerbitkan obligasi. Secara keseluruhan,
defisit neraca transaksi berjalan ataupun transaksi finansial ini akhirnya
tecermin pada neraca pembayaran Indonesia yang mencatatkan defisit senilai
minus US$ 7,37 miliar. Ini sebabnya cadangan devisa Indonesia tergerus dan
rupiah melemah. Kurs rupiah kini kembali berkisar 15.300 per dolar Amerika
Serikat. Nilai tukar rupiah sudah jauh lebih lemah ketimbang asumsi
pemerintah untuk anggaran 2023 yang hanya 14.800 per dolar Amerika. Selama
defisit neraca pembayaran Indonesia terus berlanjut, tekanan terhadap rupiah
belum akan mereda. Kursnya akan terus cenderung merosot. Namun ada sepercik
harapan. Biasanya masa kampanye pemilihan umum mengundang kembalinya dolar
milik orang Indonesia yang disimpan di luar negeri dalam jumlah cukup
signifikan. Ada kebutuhan besar untuk membiayai kampanye. Selain menambah
pasokan dolar di dalam negeri sehingga mendorong kurs rupiah, masuknya dana
ke sektor riil bisa menambah konsumsi masyarakat. Akan ada tambahan daya
dorong pertumbuhan ekonomi. Namun dengan catatan: kompetisi di antara para
calon berjalan seru, tapi kampanye tetap berlangsung dengan aman dan damai. ● Sumber : https://majalah.tempo.co/read/sinyal-pasar/169576/penurunan-cadangan-devisa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar