Editorial :Administartor Media Indonesia |
MEDIA INDONESIA, 12 Agustus 2023
PEJABAT di pemerintahan kembali
membuat pernyataan kontroversial ke publik. Wakil Menteri BUMN Kartika
Wirjoatmodjo mengungkapkan borok proyek LRT Jabodebek dari Stasiun Harjamukti
di Cibubur, Depok, menuju Stasiun Dukuh Atas, Jakarta. Tiko, panggilan akrab Kartika,
menyebutkan sebagian proyek tersebut salah desain terutama di longspan atau
jembatan lengkung bentang panjang. “Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto
ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain, karena dulu
Adhi (Karya) sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut
kemiringan keretanya," kata Tiko. Pernyataan Tiko yang mempunyai latar
belakang akuntan ini sontak membuat kehebohan di kalangan elite pemerintah.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, yang juga ikut bertanggung jawab dalam
proyek transportasi, langsung menegaskan bahwa proyek LRT Jabodebek sudah
dibangun dengan hati-hati serta mengutamakan aspek keselamatan. Bahkan
Kemenhub dalam proses pembangunannya juga melibatkan konsultan internasional
untuk menilai hasil pekerjaan di proyek LRT Jabodebek. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Basuki Hadimuljono yang biasa menangani berbagai proyek konstruksi pun
ikut angkat suara. Baginya, desain longspan yang membuat
LRT yang akan melintas harus melambat hingga 28 km per jam dari kecepatan
normal 80 km per jam masih masuk koridor keselamatan transportasi. Jembatan
lengkung tersebut sudah lulus uji Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan
Jalan (KKJTJ) yang berada di bawah Kementerian PU-Pera. Akibat aksi saling bantah ini,
Presiden Joko Widodo pun mencoba meyakinkan publik dengan turun langsung
melakukan uji coba LRT sebanyak empat kali. Jokowi meminta jangan
mencari-cari kesalahan. Terakhir Jokowi mengajak sejumlah aktor dan artis
demi memastikan diterapkannya aspek keamanan dan keselamatan dalam
pengoperasian LRT Jabodebek hingga diresmikan pada 26 Agustus 2023. Proyek LRT merupakan salah satu proyek
strategis nasional (PSN) unggulan yang dirintis pembangunannya sejak 2015.
Menurut rencana, tarif LRT Jabodebek ialah Rp5.000 untuk 1 kilometer pertama,
dan selanjutnya masyarakat dikenai Rp700 setiap kilometer berikutnya. Sesungguhnya beda pendapat di antara
para pejabat pemerintah mengenai sebuah kebijakan merupakan hal yang wajar.
Namun, situasi ini sebaiknya tidak terjadi ketika kebijakan tersebut sudah
diimplementasikan. Kalaupun memang ada perbedaan, seharusnya para elite
membicarakan persoalan tersebut di lingkup internal dan tidak mengumbarnya ke
publik. Publik tentu masih ingat pada awal
datangnya pandemi covid-19, sejumlah menteri di bawah Jokowi membuat
pernyataan yang justru membuat masyarakat menjadi panik. Akibatnya, Jokowi
setidaknya sebanyak tiga kali sepanjang 2020 menegur semua jajarannya terkait
dengan buruknya komunikasi mereka kepada publik. Teguran itu sekaligus
menunjukkan kekecewaan Jokowi akan kemampuan komunikasi terhadap publik yang
dilakukan jajarannya. Suka atau tidak suka, komunikasi yang
buruk antarpejabat tinggi pemerintahan menandakan tidak berjalannya
komunikasi dan koordinasi di antara para stakeholder. Dampak dari komunikasi
yang buruk bisa menyebabkan lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap elite
pejabat publik termasuk juga pemerintah. Konsekuensinya, masyarakat pun bisa
menolak kebijakan pemerintah yang sebenarnya bermanfaat bagi kehidupan
mereka. Dalam isu longspan LRT ini, tidak
tertutup kemungkinan masyarakat berpikir dua kali untuk menggunakan moda
transportasi ini. Apalagi, LRT ini direncanakan tidak menggunakan masinis
seperti kebanyakan pengoperasian kereta di Indonesia. Akibatnya, upaya
pemerintah mengajak masyarakat untuk menggunakan moda transportasi massal
demi mengurangi kemacetan dan polusi pun bisa menjadi sia-sia, alias gayung
tidak bersambut. Karena itu, para elite di
pemerintahan seharusnya sadar bahwa komunikasi merupakan salah satu kunci
dari tercapainya sebuah tujuan kebijakan. Tanpa komunikasi dan sharing
informasi yang baik, sebuah perencanaan dan eksekusi kebijakan terancam tidak
bisa berjalan optimal. Sayangnya, komunikasi yang dilakukan para bawahan
Jokowi sering kali tidak dapat menjangkau publik dengan tepat, bahkan tidak
jarang berakhir blunder. Seharusnya isu salah desain LRT segera diselesaikan
pemerintah. Tak elok sesama pembantu presiden berbantahan di ruang publik..● |
Sumber
:https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/3115-blunder-isu-salah-desain-lrt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar