Minggu, 13 Agustus 2023

 

Arab Saudi-Israel Menanti Ikatan Resmi

Tajuk Rencana :Dewan Redaksi Kompas

KOMPAS, 11 Agustus 2023

 

 

                                                           

Diplomasi segitiga itu berlangsung intensif dalam beberapa bulan terakhir, seiring dinamika di kawasan Timur Tengah yang berubah cepat. Peta kawasan itu berubah dramatis setelah, 10 Maret 2023, China mengumumkan rekonsiliasi dua negara musuh bebuyutan: Arab Saudi dan Iran.

 

Sedemikian dramatis, keberhasilan diplomasi China itu disejajarkan dengan beberapa peristiwa besar dalam beberapa dekade terakhir, seperti Revolusi Iran 1979, kesepakatan damai Mesir-Israel 1979, kesepakatan Oslo antara Palestina dan Israel 1993, musim semi Arab 2010-2011, dan Visi Arab Saudi 2030.

 

Tak hanya berhenti mengantarkan rekonsiliasi Arab Saudi-Iran, Beijing sudah mengagendakan target diplomasi berikutnya di Timur Tengah: mendamaikan Palestina-Israel. Diplomasi China yang belakangan kian aktif di Timur Tengah itu ”membangunkan” Amerika Serikat. Dalam beberapa tahun terakhir, Washington jadi sorotan atas pilihannya menarik diri dari Timur Tengah. EraPax Americana di Timur Tengah sudah berakhir, demikian istilah yang kerap disitir pengamat.

 

Dalam konteks situasi itulah Gedung Putih diam-diam mengorkestrasi normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel. Beberapa bulan terakhir pejabat AS, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken, dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, menjalankan diplomasi ulang alik (shuttle diplomacy) antara Riyadh dan Tel Aviv.

 

Gambaran normalisasi Arab Saudi-Israel mulai jelas setelah kolumnis The New York Times, Thomas L Friedman, menuliskan hasil pertemuannya dengan Presiden AS Joe Biden, 17 Juli 2023, dalam artikel pada 27 Juli 2023. Ia menulis, Biden berupaya keras menjajaki kemungkinan pakta keamanan AS-Arab Saudi, dijalin satu paket dengan normalisasi relasi Arab Saudi-Israel dengan syarat Israel memberikan konsesi kepada Palestina yang akan mempertahankan solusi dua negara.

 

Pembahasan paket kesepakatan itu kompleks, rumit, butuh waktu, dan belum ada kepastian akan berhasil atau tidak. Masing-masing, khususnya Arab Saudi dan Israel, menetapkan bidikan setinggi mungkin. Riyadh secara resmi meminta penyelesaian isu Palestina, sesuai dengan Inisiatif Damai Arab 2002. Selain itu, juga perlindungan keamanan dan akses teknologi nuklir AS, hingga pembelian senjata tercanggih AS.

 

Jika terwujud, normalisasi Arab Saudi-Israel bakal menjadi pengubah permainan. Dalam kalkulasi Israel, jika Arab Saudi bisa diikat dalam hubungan resmi, niscaya tak sulit menjalin hubungan dengan negara-negara Arab lain dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk Indonesia.

 

Dinamika ini mesti diantisipasi Pemerintah Indonesia. Selama ini Jakarta mengambil sikap hitam-putih, sesuai dengan amanat konstitusi, jika berkaitan dengan Israel: tak ada pengakuan resmi, apalagi hubungan formal dengan Israel, jika kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan.

 

Sumber :https://www.kompas.id/baca/opini/2023/08/11/arab-saudi-israel-menanti-ikatan-resmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar