Arab Saudi-Israel Menanti Ikatan Resmi Tajuk Rencana :Dewan Redaksi Kompas |
KOMPAS, 11 Agustus 2023
Diplomasi segitiga itu berlangsung
intensif dalam beberapa bulan terakhir, seiring dinamika di kawasan Timur
Tengah yang berubah cepat. Peta kawasan itu berubah dramatis setelah, 10
Maret 2023, China mengumumkan rekonsiliasi dua negara musuh bebuyutan: Arab
Saudi dan Iran. Sedemikian dramatis, keberhasilan
diplomasi China itu disejajarkan dengan beberapa peristiwa besar dalam
beberapa dekade terakhir, seperti Revolusi Iran 1979, kesepakatan damai
Mesir-Israel 1979, kesepakatan Oslo antara Palestina dan Israel 1993, musim
semi Arab 2010-2011, dan Visi Arab Saudi 2030. Tak hanya berhenti mengantarkan
rekonsiliasi Arab Saudi-Iran, Beijing sudah mengagendakan target diplomasi
berikutnya di Timur Tengah: mendamaikan Palestina-Israel. Diplomasi China
yang belakangan kian aktif di Timur Tengah itu ”membangunkan” Amerika
Serikat. Dalam beberapa tahun terakhir, Washington jadi sorotan atas
pilihannya menarik diri dari Timur Tengah. EraPax Americana di Timur Tengah
sudah berakhir, demikian istilah yang kerap disitir pengamat. Dalam konteks situasi itulah Gedung
Putih diam-diam mengorkestrasi normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel.
Beberapa bulan terakhir pejabat AS, termasuk Menteri Luar Negeri Antony
Blinken, dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, menjalankan diplomasi
ulang alik (shuttle diplomacy) antara Riyadh dan Tel Aviv. Gambaran normalisasi Arab
Saudi-Israel mulai jelas setelah kolumnis The New York Times, Thomas L
Friedman, menuliskan hasil pertemuannya dengan Presiden AS Joe Biden, 17 Juli
2023, dalam artikel pada 27 Juli 2023. Ia menulis, Biden berupaya keras
menjajaki kemungkinan pakta keamanan AS-Arab Saudi, dijalin satu paket dengan
normalisasi relasi Arab Saudi-Israel dengan syarat Israel memberikan konsesi
kepada Palestina yang akan mempertahankan solusi dua negara. Pembahasan paket kesepakatan itu
kompleks, rumit, butuh waktu, dan belum ada kepastian akan berhasil atau
tidak. Masing-masing, khususnya Arab Saudi dan Israel, menetapkan bidikan
setinggi mungkin. Riyadh secara resmi meminta penyelesaian isu Palestina,
sesuai dengan Inisiatif Damai Arab 2002. Selain itu, juga perlindungan
keamanan dan akses teknologi nuklir AS, hingga pembelian senjata tercanggih
AS. Jika terwujud, normalisasi Arab
Saudi-Israel bakal menjadi pengubah permainan. Dalam kalkulasi Israel, jika
Arab Saudi bisa diikat dalam hubungan resmi, niscaya tak sulit menjalin
hubungan dengan negara-negara Arab lain dan negara-negara berpenduduk
mayoritas Muslim, termasuk Indonesia. Dinamika ini mesti diantisipasi
Pemerintah Indonesia. Selama ini Jakarta mengambil sikap hitam-putih, sesuai
dengan amanat konstitusi, jika berkaitan dengan Israel: tak ada pengakuan
resmi, apalagi hubungan formal dengan Israel, jika kemerdekaan bangsa
Palestina belum diserahkan.● |
Sumber
:https://www.kompas.id/baca/opini/2023/08/11/arab-saudi-israel-menanti-ikatan-resmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar