Menemukan Makna Hidup dalam Musibah
Agustine Dwiputri ;
Penulis
kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas Minggu
|
KOMPAS,
05 April 2015
Melalui bencana ataupun kesulitan hidup, manusia justru dapat
menunjukkan ketangguhan sebagai individu. Pengalaman pahit yang memberi makna
pada kehidupan hampir selalu menjadi dasar untuk membentuk misi yang ingin
dilakukan seseorang. Apa saja yang memberi makna bagi kebanyakan orang?
Menurut sebuah penelitian (Grotberg, 1999), ada tujuh hal
(sesuai dengan urutan kepentingan) yang memberikan makna bagi kebanyakan
orang, yaitu pekerjaan, cinta dan pernikahan, kelahiran anak-anak, cita-cita
yang mandiri (seperti masuk dinas militer, bepergian ke luar negeri,
pencapaian pribadi), peristiwa-peristiwa tragis (kematian, penyakit, dan
kecelakaan), perpisahan atau perceraian (karena hal ini sering berkaitan
dengan pencarian hubungan baru atau upaya rekonsiliasi), serta pembelian
barang-barang yang besar (seperti rumah atau mobil).
Kita sering merasa bahwa kita tengah diuji atau dihukum oleh
peristiwa yang dramatis atau traumatis yang terjadi dalam hidup. Kondisi ini
sering tidak memiliki arti secara langsung, misalnya tempat bekerja kita
bangkrut, orang yang kita cintai mendadak meninggal, perkawinan hancur, penyakit
parah muncul secara tiba-tiba, atau terjadi kecelakaan yang membuat kita
harus berada di kursi roda. Namun, biasanya akan timbul berbagai pertanyaan,
seperti Mengapa hal ini terjadi? Dan bila terjadi, mengapa dengan cara
seperti ini? Melalui pertanyaan-pertanyaan semacam ini, suatu makna dapat
mulai muncul, dan kemudian mungkin ada tujuan baru untuk hidup kita, muncul
sesuatu yang disebut sebagai misi.
Contoh
pengalaman nyata
1. Seorang pria pernah mengalami peristiwa yang menimbulkan
shock, putri tunggalnya yang berumur 3 tahun meninggal karena salah obat.
Rasa marah dan sedih tidak begitu saja dapat diatasinya. Sampai pada suatu
ketika, ia diberi tahu tetangganya bahwa ada bayi yang dibuang begitu saja.
Rasa ibanya timbul dan kemudian bersama istrinya, ia merawat bayi tersebut
dengan kasih sayang.
Dalam kehidupan selanjutnya, ia terus dihadapkan pada informasi
dan fakta tentang banyaknya bayi yang ditelantarkan orangtuanya. Dalam
kemarahannya terhadap orangtua yang telah tega membuang anak kandungnya sendiri,
ia terus jatuh hati untuk mengambil dan merawat para bayi tersebut sampai ia
mendirikan pesantren khusus untuk membesarkan, mendidik, dan menyekolahkan
mereka.
Menanggapi pandangan lingkungan yang memintanya untuk waspada
mengangkat anak yang tak jelas asal-usulnya, ia mengatakan bahwa tak ada yang
namanya anak haram. Kalaupun ada, adalah perilaku orangtua bayi tersebut yang
haram. Sampai sekarang sudah lebih dari 20 bayi yang dibesarkannya di
pesantren, beberapa bahkan sudah mandiri dan berkeluarga. Ia merasakan adanya
kepuasan dalam hidupnya dan bersyukur bahwa semua anak asuhnya itu berkembang
menjadi anak yang berperilaku baik, tidak menimbulkan masalah baginya.
Di dalam bukunya, Tapping
Your Inner Strength, Edith H Grotberg, PhD memberikan beberapa kasus
lain.
2. Seorang pria ingin bunuh diri karena punggungnya patah dalam
kecelakaan ketika bermain bola dan ternyata olahraga telah memberi makna bagi
hidupnya. Dia tenggelam ke dalam keputusasaan. Ketika tak bisa menoleransi
penderitaan lagi, ia merasakan tarikan yang kuat untuk bertahan hidup. Dia
menyebutnya sebagai suatu ”visi putih”. Dia memutuskan akan hidup. Dia
berkata kepada dirinya sendiri, ”Saya seorang pria yang sosial. Saya suka
berbicara dengan orang. Saya akan menjadi pembawa acara di radio.” Dia
kemudian melakukannya. Misinya adalah mengirimkan harapan dan menghibur siapa
saja yang membutuhkannya. Melalui tragedi ia mengalami transformasi ke arah
resiliensi (ketangguhan).
3. Di suatu acara talk show televisi, dua perempuan melaporkan
pengalaman mereka dengan kanker dan bagaimana mereka menghadapinya. Keduanya
menderita kanker parah. Perempuan yang pertama awalnya menyangkal bahwa ia
mengalami sesuatu yang fatal. Sampai akhirnya ia mau mengakui bahwa ia perlu
diobati dan bersedia melakukan segala sesuatu sesuai dengan perintah medis.
Namun, ia memperhatikan bahwa obat yang dikonsumsi membuat kulitnya tampak
berwarna abu-abu kusam dan dia tidak ingin seperti itu.
Dia selalu bangga dengan kulitnya dahulu dan ingin kembali
seperti semula. Kemudian, dia menemukan beberapa tanaman di halaman rumahnya.
Ia lakukan uji coba untuk pemulihan kulitnya dan akhirnya berhasil membuat
warna kulitnya berona merah muda kembali. Dia gembira dengan kemenangannya
ini dan berpikir bahwa banyak perempuan lain mengalami masalah yang sama
dengan kulit mereka. Maka, bisnis baru dimulai dan kini pemasaran produknya
meluas ke seluruh negeri dan membuat banyak wanita sependeritaan merasa lebih
baik. Dia senang dengan misinya. Dia tak hanya menemukan makna dengan penampilan
dirinya sendiri, tetapi dapat pula membantu orang lain dengan cara yang
empatik dan altruistik.
4. Perempuan kedua mengalami jenis kanker yang langka dan dokter
tidak dapat mendiagnosis dirinya secara tepat. Dia pergi ke beberapa dokter
lain tanpa diagnosis yang jelas dan akhirnya mereka menyerah. Hal yang
kemudian dilakukan perempuan tersebut adalah pergi ke perpustakaan dan mulai
melakukan penelitian literatur yang intensif dan serius mengenai gejala
berbagai jenis kanker.
Kemudian, dia kembali ke salah satu dokter untuk menyampaikan
semua informasi yang didapatnya dan yang perlu dilakukan. Untungnya, dokter
mendengarkan dan kondisi kesehatannya berada di bawah kendali. Misinya adalah
membuat sebuah situs web direktori informasi tentang berbagai jenis kanker,
termasuk informasi tentang para dokter terbaik di negeri ini, pengobatan
terbaik, dan bacaan terbaik.
Jadi, setiap individu memiliki cara berbeda untuk mendapatkan
misinya. Ada yang terjebak dalam fase penyangkalan sampai bisa mengelola perasaan
dan kemudian bertindak. Ada yang mengalami masa berduka dahulu, tetapi ada
pula yang sejak awal perhatiannya langsung terfokus pada pemecahan masalah,
dengan kadar perasaan yang minimal. Beberapa cerita di atas menunjukkan
pribadi yang tak terkalahkan. Mereka belajar dari penderitaan, menemukan
makna hidup dan mentransformasikan ke dalam suatu misi yang menunjukkan
adanya ketangguhan.
Selamat
berefleksi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar