Memanfaatkan
Peluang 60 Tahun KAA
Maxi Gunawan ; Ketua
Komite Tetap
Hubungan Kerja sama Lembaga Internasional Kadin
Indonesia
|
MEDIA INDONESIA, 21 April 2015
PADA bulan ini, Indonesia punya
hajatan besar, yaitu menjadi tuan rumah peringatan 60 tahun Konferensi Asia
Afrika (KAA) di Jakarta dan Bandung. Gegap gempita acara ini seolah mengulang
peristiwa yang digagas Bung Karno 60 tahun yang lalu.
Konferensi Asia Afrika yang
kemudian menjadi cikal bakal gerakan negara-negara nonblok itu, faktanya
lebih banyak mempunyai efek politik ketimbang ekonomi.
Buktinya ialah sebagian negara
anggota KAA yang hadir pada 60 tahun yang lalu sampai sekarang terus berusaha
membangun, agar semakin eksis menjadi negara yang tak cukup berstatus
`berkembang', tapi menjadi `negara maju'.
Diakui atau tidak, Indonesia
sang tuan rumah termasuk dalam kategori negara yang sedang menuju ke sana.
Dilatarbelakangi kenyataan
itulah berbarengan dengan pergelaran peringatan 60 tahun KAA, Kamar Dagang
dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) menyelenggarakan Asia Africa Business Summit yang akan
dilangsungkan di Jakarta, pada 21-22 April. Sebuah acara yang patut kita
apresiasi. Kini dan ke depan, Kadin memang harus proaktif menjadikan
Indonesia setara dan sejajar dengan negara-negara lain dalam perekonomiannya,
sehingga menjadikan bangsa ini sejahtera.
Para pelaku usaha anggota Kadin
harus semaksimal mungkin memanfaatkan Asia-Africa Business Summit, sebab event seperti ini belum tentu bisa
digelar setiap tahun. Mengapa saya mengatakan para pelaku usaha perlu
proaktif, termasuk para pengusaha atau anggota Kadin yang ada di daerah?
Agar tidak kehilangan momentum
yang tepat, untuk menjadi salah satu negara yang layak diperhitungkan di
pentas perekonomian dunia.
Pemerintahan Joko Widodo dan
Kadin perlu menambah dan memberikan pembobotan, agar spirit entrepreneurship
dan dunia usaha tetap bergairah.
Saya percaya suasana kebatinan
ini akan terus terkawal, sehingga Kadin ke depan bisa diandalkan sebagai
mitra tangguh bagi pemerintah dalam menggalakkan ekspor, meningkatkan
produksi dalam negeri, termasuk penguatan daya saing produk dalam negeri.
Sedikitnya 29 negara
mengirimkan wakilnya dalam KAA 60 tahun yang lalu. Dari ke-29 negara
tersebut, ada empat negara yang ekonominya kini melesat dengan pesat, yaitu
Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan. Empat negara ini selayaknya kita
jadikan mitra bisnis untuk memajukan perekonomian kita, sebab selain punya
SDM yang berkualitas, mereka juga menguasai teknologi.
Namun, yang juga tidak
boleh dilupakan, yakni sebagian negara yang kini tergabung dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) juga telah maju beberapa langkah mendahului Indonesia.
Beberapa di antaranya ialah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
MEA merupakan bentuk konkret
dari impian negara-negara yang berada di kawasan ASEAN, untuk
mengintegrasikan ekonominya di kawasan Asia Tenggara.
Oleh sebab itu, para pengusaha
yang tergabung dalam Kadin harus menengok keberadaan MEA. Diharapkan
nantinya, MEA juga akan ikut mewarnai wajah perekonomian dunia.
Sebagian besar anggota Kadin
ialah para pemain usaha kecil menengah (UKM). Kadin selama ini memang telah
berhasil menjadi `tuan rumah' di negeri sendiri. Agar bisa eksis di kawasan
ASEAN sebe lum mengglobal di kancah dunia, kemampuan daya saing UKM mau tidak
mau harus ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi
terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal
peningkatan kemam puan, keuangan, serta teknologi.
Kadin tidak berdaya kalau tidak
berjalan beriringan dengan pemerintah. Sebaliknya, pemerintah juga perlu
partner. Sebenarnya kita memiliki potensi di dunia usaha, tapi sayangnya kita
masih asing di negeri sendiri. Ke depannya, sudah tentu Kadin harus bisa
menjadi lokomotif utama bagi dunia usaha dan bisa menangkap peluang usaha,
investasi dan media usaha bagi siapa pun.
Keberadaan MEA ialah momentum
yang strategis bagi kita, untuk memperkenalkan sekaligus memasarkan
produk-produk unggulan kita dengan berbasiskan data yang akurat dan terukur.
Faktanya, kita punya keunggulan
di bidang pertanian, perikanan, dan perkebunan. Kita bisa lebih dulu
konsentrasi di sektor ini. Memanfaatkan momentum MEA, Indonesia harus bekerja
keras untuk membangun bangsa dan negara lewat sektor-sektor unggulan ini.
Tahun 2015, menurut saya,
merupakan saat yang tepat bagi dunia usaha dan juga pemerintahan baru untuk
sadar informasi menyangkut dunia usaha. Kadin harus bisa menjadi jembatan
kukuh yang mampu menghubungkan antara kebutuhan pemerintah dan kebutuhan
dunia usaha.
Kadin bukan wadah politik,
melainkan wadah dunia usaha. Namun, Kadin juga selayaknya paham politik, asal
tidak larut ke dalam politik praktis, lalu terjerumus menjadi underbouw partai politik.
Para anggota Kadin tetap diberi
kebebasan untuk memilih, termasuk dalam memilih dunia usaha yang di dalamnya
terdapat begitu banyak peluang.
Jika potensi dan produk
unggulan Indonesia ingin mengglobal, Kadin tidak bisa menjebakkan diri atau
puas hanya berusaha di `kampung halamannya' sendiri.
Gegap gempita 60 tahun KAA dan
kegiatan yang mengikutinya (Asia Africa
Business Summit) dan MEA harus dapat kita jadikan suatu momentum yang
baik bagi Indonesia, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa sesungguhnya kita
mampu eksis tidak saja di bidang politik, tapi juga ekonomi. Saya amat yakin,
Bung Karno 60 tahun lalu menggagas pertemuan akbar KAA di Bandung tidak
semata-mata bertujuan politis, tapi juga ekonomis agar sila kelima dari
Pancasila “keadilan sosial bagi rakyat Indonesia“ (bisa juga bermakna
kesejahteraan bagi bangsa ini) bisa segera terealisasi.
Di saat kita menjadi tuan rumah
peringatan 60 tahun KAA, usia kemerdekaan negeri kita pada Agustus nanti 70
tahun. Usia yang sama juga dialami Korea Selatan. Tahun ini, rakyat Korsel
juga memperingati hari kemerdekaannya yang ke-70. Sama-sama 70 tahun merdeka,
tapi prestasi ekonomi dan tingkat kesejahteraan kedua negara sungguh sangat
berbeda.
Negeri ini telah mampu menjadi
negara industri berteknologi tinggi, padahal sumber daya alam dan SDM mereka
terbatas. Harus diakui, bahwa etos kerja dan semangat belajar bangsa Korsel
tinggi.
Kita punya potensi luar biasa,
baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kita punya banyak
pengusaha, meskipun jumlahnya belum massal seperti di negara lain. Kadin,
termasuk para pengusaha yang selama ini telah eksis di daerah, ke depan harus
bisa menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia.
Semoga Asia-Africa Business Summit dan MEA bisa menjadi motivator bagi
para pelaku dunia usaha untuk bangkit menjadikan Indonesia hebat.
Konkretnya, semua komponen dalam
Kadin selayaknya bahu-membahu membangun kekuatan, sehingga negeri ini bisa
memberikan kontribusi bagi negara dan dunia. Peringatan 60 tahun KAA dan MEA
harus bisa dijadikan semua komponen bangsa ini, untuk membuang ego sektoral
dan menggantinya dengan kerja keras. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar