Go
ASEAN
Firmanzah ; Rektor Universitas Paramadina; Guru Besar
FEB Universitas Indonesia
|
KORAN SINDO, 27 April 2015
Delapan bulan menjelang berlakunya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada Desember 2015 merupakan masa yang krusial
bagi kita semua. Upaya serius dari segenap elemen bangsa akan menentukan
apakah kita mampu mengoptimalkan peluang dan potensi pasar yang besar di
kawasan ASEAN atau kita hanya menjadi penonton dan sibuk mengurusi ihwal yang
elementer. Dibutuhkan perubahan mindset dan paradigma tentang bagaimana kita
melihat MEA.
Selama ini wacana yang berkembang
fokus pada ancaman MEA bagi produk dan jasa di pasar domestik sehingga
mindset kita cenderung defensif dan protektif di tengah peluang yang semakin
terbuka. Sementara kita kurang sekali mendiskusikan potensi yang dapat kita
manfaatkan bagi produk/jasa dan investasi di pasar ASEAN. Saat negara lain
mulai melakukan kebijakan ini, kita semakin membutuhkan kebijakan yang lebih
agresif untuk masuk ke pasar-pasar potensial.
Tidak hanya melalui ekspor, tetapi
juga investasi langsung ke Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, Filipina,
Malaysia, dan Thailand. Go ASEAN sebenarnya bukan hanya strategi yang diambil
sejumlah negara di kawasan ASEAN untuk meningkatkan perdagangan dan investasi
di kawasan.
Perusahaan multinasional telah
melihat kawasan ASEAN sebagai kawasan yang memiliki prospek pertumbuhan
ekonomi yang sangat stabil. Pertumbuhan ekonomi ASEAN pada 2012 mencapai
5,8%, 2013 5,2%, 2014 4,6%, dan pada 2015 diproyeksikan 5,1%. Ratarata
pertumbuhan ekonomi yang stabil dalam beberapa tahun membuat ASEAN sebagai
kawasan yang sangat atraktif bagi investasi asing langsung (foreign direct investment-FDI).
Bahkan tercatat pada 2013, total
FDI pada ASEAN-5 (Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina)
lebih tinggi daripada China. ASEAN- 5 mendapatkan total FDI sebesar USD128,4
miliar, sementara China hanya USD117,6 miliar. Terjaganya stabilitas politik
dan keamanan kawasan juga salah satu faktor penting pendukung stabilnya perekonomian
kawasan.
Produk domestik bruto (PDB) ASEAN
pada 2020 diperkirakan mencapai USD3 triliun. Menurut AC Nielsen, pada 2020
terdapat 400 juta penduduk ASEAN yang masuk dalam middle-income-class dengan
pengeluaran USD16-100 per hari. Jumlah kelas menengah yang semakin besar
memberikan kepastian dari sisi permintaan.
Sementara dari sisi penawaran,
kawasan ASEAN juga memiliki beragam kekayaan alam dari mulai sektor
mineral-tambang, perkebunan, pertanian, dan kelautan. Di sisi lain, semakin
membaiknya perekonomian, kualitas ke akses pendidikan yang lebih baik juga
menjamin semakin tersedianya tenaga kerja terampil sebagai salah satu
variabel penting bagi daya saing perusahaan.
Posisi strategis ASEAN sebagai
jalur perdagangan dunia yang menghubungkan transportasi laut dari Eropa,
Afrika, India ke China, Jepang, dan Korea Selatan juga menjadi alasan mengapa
kawasan ini menarik banyak investor global. Semangat, mindset, dan paradigma
Go ASEAN bagi dunia usaha di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan. Namun, upaya
dan kebijakan pemerintah agar hal ini dapat berjalan lebih sistematis dan
terstruktur perlu dilakukan.
Selama ini Go ASEAN dilakukan
secara parsial atas inisiatif sendiri-sendiri dari pengusaha dan perusahaan
nasional. Misalnya saja beberapa BUMN kita seperti WIKA yang menggarap
Bandara Oe-Cusse di Timor Leste dengan nilai proyek senilai Rp1 triliun.
Semen Indonesia pada 2013 telah mengakuisisi Thang Long Cement di Vietnam.
Sementara Pupuk Indonesia bekerja
sama dengan Myanmar Agriculture Public Cooperative-MAPCO untuk distribusi
pupuk ke pasar Myanmar. BUMN perbankan seperti Bank Mandiri dan BNI juga
telah beroperasi di sejumlah negara ASEAN. Beberapa perusahaan swasta
nasional seperti Ciputra, Lippo Group, Indofood, Sidomuncul, dan Es Teler 77
juga telah ekspansi ke banyak negara ASEAN.
Strategi dan kebijakan Go ASEAN
semakin membutuhkan dukungan dan kebijakan yang lebih terstruktur dengan
semangat Indonesia Incorporated
dari pemerintah. Kita dapat mencontoh upaya sejumlah negara yang mampu
membawa dan mendorong dunia usahanya secara sistematis ekspansif ke pasar
internasional yang potensial.
Ini dilakukan oleh Jepang di bawah
Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri (MITI) yang selalu membawa
dan mengajak serta mendorong pelaku usaha Jepang memanfaatkan peluang
perdagangan dan investasi di luar negeri. Selain itu, kerja sama kemitraan
antarperusahaan Jepang juga terus diperkuat.
Berbagi best-practice dan knowledge
keberhasilan investasi di pasar internasional secara intensif terus dilakukan
sehingga menciptakan gelombang maju bersama sesama perusahaan Jepang meski di
sejumlah kesempatan antarmereka juga berkompetisi. Tidaklah mengherankan bila
saat ini Jepang memiliki banyak sekali perusahaan multinasional yang
beroperasi di berbagai negara dan kawasan.
Pemerintah perlu mengajak asosiasi
pengusaha seperti Kadin, Apindo, Hipmi, dan Hippi untuk menggalang kerja sama
memanfaatkan peluang dan potensi yang terbuka di pasar ASEAN. Pemerintah juga
perlu meningkatkan koordinasi baik lintas kementerian maupun koordinasi
pusat-daerah.
Koordinasi dan kerja sama lintas
kementerian mutlak diperlukan mengingat sejumlah sektor usaha terbagi dalam
kementerian dan lembaga yang terpisah. Paling tidak sejumlah kementrian
seperti Kementerian Luar Negeri, Kementrian Perindustrian, Kementerian
Perdagangan, Kemenetrian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, serta BKPM perlu
duduk bersama membuat skema kebijakan untuk mendorong dunia usaha nasional
lebihekspansif ke pasar ASEAN.
Tidak hanya pengusaha besar, tetapi
sektor UMKM juga perlu lebih sistematis lagi untuk diarahkan memanfaatkan
pasar yang semakin terbuka di kawasan. Kebijakan ekspansif ke pasar ASEAN
melalui Go ASEAN bukan berarti lantas melupakan penguatan pasar domestik.
Yang ingin saya sampaikan adalah
hanya memperkuat keamanan pasar domestik dari serbuan produk dan jasa dari
luar negeri tidak memadai untuk bisa menjadi pihak yang mendapatkan manfaat
terbesar dalam liberalisasi pasar dan investasi. Kebijakan tersebut perlu
dilengkapi dengan upaya dan strategi yang ekspansif memanfaatkan peluang dan
potensi pasar di luar negeri.
Ini sesungguhnya juga telah
dilakukan oleh banyak dunia usaha nasional melalui aksi korporasi. Yang kita
butuhkan sekarang adalah political dan good-will dari pemerintah untuk mampu
menggalang segenap potensi dunia usaha nasional memanfaatkan peluang
investasi di banyak negara ASEAN.
Saya optimistis gabungan antara
aksi korporasi dan upaya sistematis dan terstruktur dari pemerintah akan
semakin membuat Indonesia mengambil banyak manfaat dari MEA. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar