Impian
Kartini dalam Nawacita
Omas Bulan Samosir ; Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia
|
KOMPAS, 21 April 2015
Sembilan agenda prioritas (Nawacita) Joko Widodo-Jusuf Kalla
untuk rakyat Indonesia dituangkan dalam sembilan agenda pembangunan nasional
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Cita-cita Kartini
dalam memajukan harkat dan peranan perempuan sesungguhnya sudah termaktub
dalam RPJMN tersebut.
Agenda pembangunan perempuan secara eksplisit dituangkan dalam
sub-agenda prioritas 2 dari agenda prioritas kedua (membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya), yaitu
meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan
pembangunan. Juga dalam sub-agenda prioritas 8 dari agenda prioritas keempat
(memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya), yaitu melindungi
anak, perempuan, dan kelompok masyarakat marjinal.
Sasaran pembangunan perempuan adalah meningkatnya indeks
pembangunan jender dan indeks pemberdayaan jender.
Ketidakadilan jender
Perempuan Indonesia akan bertambah sebanyak 6,3 juta jiwa dari
127,1 juta jiwa pada 2015 menjadi 133,4 juta jiwa pada 2019. Selain itu, pada
periode 2015-2019, Indonesia juga akan diwarnai lebih banyaknya perempuan
usia 15 tahun ke atas daripada laki-laki usia 15 tahun ke atas. Pencapaian
sasaran pembangunan perempuan dan visi pembangunan nasional 2015-2019,
terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong, akan sangat bergantung pada pemanfaatan dinamika
kependudukan ini.
Perempuan Indonesia (masih) mengalami berbagai bentuk
ketidakadilan dan diskriminasi. Ketidakadilan dan diskriminasi terjadi antara
lain dalam akses terhadap pembangunan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan
kerja.
Laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP)
menunjukkan bahwa di Indonesia, indeks pembangunan manusia (IPM) perempuan 8
persen lebih rendah daripada IPM laki-laki. Secara rata-rata laki-laki
sekolah 1,2 kali lebih lama daripada perempuan. Pendapatan laki-laki dua kali
lebih besar daripada perempuan. Indonesia menempati urutan ke-98 dari 148
negara dalam hal ketidakadilan jender dalam pembangunan manusia. Di dunia
ini, dalam hal pembangunan manusia, Slovenia merupakan negara yang paling
tinggi pencapaiannya dan Afganistan merupakan negara yang paling rendah
pencapaiannya.
Ketidakadilan jender menghambat pembangunan dalam kesehatan
reproduksi, demokrasi, pendidikan, partisipasi angkatan kerja, dan
pertumbuhan ekonomi. Laporan UNDP menunjukkan bahwa indeks ketidakadilan
gender (IKG) juga paling baik di Slovenia dan paling rendah di Yaman.
Indonesia menempati urutan ke-103 dari 152 negara dalam hal IKG.
Di Asia Tenggara, Vietnam dan Myanmar lebih baik daripada
Indonesia dalam hal IKG, masing-masing ada di urutan ke-58 dan ke-83.
Persentase perempuan dalam parlemen lebih tinggi di Vietnam, Myanmar, dan
Timor Leste daripada di Indonesia. Tingkat kematian ibu, tingkat kelahiran
pada perempuan remaja usia 15-19 tahun, serta kesenjangan jender dalam
pendidikan dan partisipasi angkatan kerja lebih buruk di Indonesia daripada
di Vietnam dan Myanmar. Situasi ini, jika tidak ditangani, akan berdampak
buruk pada pencapaian pembangunan manusia Indonesia pada masa yang akan
datang.
Empat bidang kunci
Investasi pada perempuan merupakan strategi terobosan yang
cerdas dan harus dilakukan. Terdapat empat bidang kunci yang mempunyai
pengaruh katalis dan pengganda pada kehidupan perempuan, anak perempuan, dan
generasi masa yang akan datang.
Pertama, peningkatan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan
menengah yang berkualitas bagi anak perempuan. Perempuan yang berpendidikan
memiliki prospek ekonomi yang lebih baik, mempunyai anak lebih sedikit dan
lebih sehat, serta lebih cenderung untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Semakin tinggi pendidikan perempuan, semakin baik perekonomian sebuah bangsa.
Allyn Young (1994) menemukan bahwa delapan negara macan Asia mengalami booming
perekonomian sebagai akibat peningkatan pendidikan perempuan dan partisipasi
perempuan dalam pasar kerja pada 1980-an.
Kedua, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi, termasuk keluarga berencana. Bagi perempuan, akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi menolong mencegah kematian maternal; memungkinkan
perempuan untuk merencanakan keluarga; memampukan perempuan untuk menunda
atau menjarangkan kelahiran untuk meningkatkan kesempatan pendidikan,
pelatihan, dan kesempatan kerja; serta menolong mengurangi risiko HIV/AIDS.
Ketiga, peningkatan kendali perempuan terhadap aset produktif
dan finansial. Partisipasi ekonomi perempuan dan kepemilikan serta kendali
mereka terhadap aset-aset produktif diyakini akan mempercepat pembangunan, menolong
mengatasi kemiskinan dan mengurangi ketimpangan pendapatan, serta memperbaiki
gizi, kesehatan, dan partisipasi sekolah anak-anak. Perempuan biasanya
menginvestasikan suatu proporsi yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk
keluarga dan komunitas mereka daripada laki-laki.
Keempat, identifikasi dan dukungan terhadap pemimpin-pemimpin
perempuan pada semua tingkat. Pemimpin perempuan ada di mana-mana. Mereka
telah membawa perubahan bagi keluarga, komunitas, dan negara mereka.
Tantangan bangsa dan negara adalah mengidentifikasi mereka dan menemukan
cara-cara yang inovatif dan berkelanjutan untuk mendukung para perempuan dan
organisasi mereka. Indonesia perlu dan harus menghargai kepemimpinan
perempuan.
Kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan merupakan syarat
untuk mencapai tujuan pembangunan. Sekarang adalah waktunya untuk
merealisasikan janji-janji membangun perempuan. Membuat Indonesia suatu
tempat yang lebih baik untuk perempuan akan membuat suatu Indonesia yang
lebih baik untuk semua.
Investasi pada perempuan dan anak perempuan adalah cara yang
paling pasti untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, stabilitas politik,
dan kesejahteraan yang lebih besar untuk perempuan dan laki-laki. Cita-cita
RA Kartini, yakni kesetaraan jender, akan membuat Indonesia jaya pada masa
mendatang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar