Tantangan
Surat Kabar di Tengah Pusaran Teknologi
Sugihandari ; Litbang
Kompas
|
KOMPAS, 22 April 2015
Eksistensi surat kabar sebagai media informasi terus mendapat
tantangan di tengah pesatnya laju teknologi. Media dengan format dan platform
baru terus bermunculan menawarkan kecepatan dalam distribusi informasi. Lebih
dari itu, kemajuan teknologi turut pula mengubah kultur masyarakat dalam
mengonsumsi informasi.
Setelah kemunculan radio, teknologi televisi hadir dan berhasil
menekan eksistensi surat kabar sebagai sumber informasi. Kemunculan teknologi
baru ini memaksa media cetak untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru
masyarakat dalam mengonsumsi informasi. Kini, teknologi internet melahirkan
media informasi baru berupa laman daring yang menawarkan kecepatan informasi
lewat segenggam gawai.
Salah satu indikasi tertekannya kehadiran media cetak di tengah
gegap teknologi selama dua dekade terakhir adalah merosotnya penetrasi surat
kabar. Sebaliknya, jumlah pengguna internet yang mengakses laman berita terus
melesat. Fakta ini antara lain tersimpulkan dari hasil survei Nielsen
Indonesia 2014 yang menunjukkan penetrasi koran di Pulau Jawa berbanding
terbalik dengan media online dalam periode empat tahun terakhir. Penurunan
penetrasi konsumsi koran dari 15 persen pada 2010 menjadi 11 persen pada
2014. Sebaliknya, penetrasi internet naik dari 17 persen menjadi 34 persen.
Meski kondisi ini tidak terjadi di luar Pulau Jawa, tren di Pulau Jawa perlu
dicermati karena di sinilah pasar terbesar, baik bagi koran maupun media
daring.
Data Global WebIndex yang dirilis pada Januari 2015 menunjukkan
jumlah pengguna internet di Indonesia 73 juta pengguna. Sekitar 74 persen
dari jumlah tersebut merupakan pengguna aktif internet mobile. Setiap orang
dalam sehari rata-rata mengakses internet selama 3 jam 10 menit melalui
gawai. Hasil riset lain yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia-PusKaKom Universitas Indonesia pada 2014 menyebutkan, 60 persen
pengguna memanfaatkan akses internet untuk mencari berita terkini.
Dengan teknologi mobile internet, distribusi informasi/berita
dilakukan dalam hitungan menit, bahkan detik. Kemudahan dan kecepatan akses
melalui gawai menjadi keunggulan utama media daring. Sementara media cetak
mengklaim unsur kelengkapan dan kedalaman berita menjadi keunggulan yang
membedakan surat kabar dengan laman berita daring.
Unsur kecepatan yang menjadi tekanan dalam proses produksi
berita membuat media daring dianggap hanya mampu menghasilkan berita instan
dengan isi yang kurang lengkap dalam mengungkap peristiwa. Padahal, unsur
kelengkapan berita yang dikenal sebagai 5W+1H, yaitu what (apa), who
(siapa), when (kapan), where (di mana), why (mengapa), dan how
(bagaimana), serta unsur tambahan so
what menjadi alat ukur baku sebuah karya jurnalistik.
Karakter penulisan berita daring memang berbeda dengan surat
kabar. Sudah menjadi standar baku bahwa semua unsur pemberitaan disajikan
secara lengkap dalam satu berita di surat kabar. Sementara dalam sebuah
pemberitaan daring, hanya satu atau dua unsur berita yang diangkat. Meski
demikian, media daring menyajikan berita-berita pendek secara parsial menjadi
sebuah rangkaian pemberitaan. Rangkaian berita-berita pendek inilah yang
secara terpisah, tetapi runut, menyajikan kelengkapan unsur berita yang
menjadi syarat laporan jurnalistik. Kelengkapan berita yang selama ini
menjadi klaim surat kabar ternyata juga dipenuhi oleh laman berita daring.
Kelengkapan berita
"online"
Penangkapan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang
Widjojanto (BW), Jumat, 23 Januari 2015, yang bernilai berita tinggi bisa
menjadi contoh. Setiap 10 menit, enam berita mengenai kasus yang menjerat
aktivis hukum ini dirilis laman kompas.com, detik.com, dan viva.co.id
sepanjang hari itu. Sebanyak 516 berita melaporkan perkembangan peristiwa
pasca penangkapan dari pukul 09.34 hingga 24.00, atau sekitar 14,5 jam.
Hanya dalam kurun 2,5 jam sejak kemunculan berita pertama pukul
09.34 di laman detik.com, pertanyaan mengenai apa, siapa, kapan, di mana,
mengapa, dan bagaimana peristiwa berita disajikan lengkap. Bahkan, unsur so what pun disajikan, terutama
terkait dengan maraknya dukungan publik yang membaca kasus ini sebagai
serangan kepada KPK melalui kemunculan tagar #SaveKPK di jejaring sosial.
Selain itu, pertanyaan atas posisi dan komitmen Presiden Joko Widodo terkait
dengan kasus ini juga menjadi pengembangan lain (so what).
Setelah pukul 12.00, unsur berita why, how, dan so what menjadi
fokus berita-berita online hingga Jumat itu berakhir. Berita yang menonjolkan
unsur why melaporkan hasil
konfirmasi dari pihak-pihak terkait dengan sengketa Pilkada Kotawaringin
Barat, Kalimantan Tengah, pada 2010, termasuk pelapor (Sugianto Sabran) dan
Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar. Spekulasi latar belakang tindakan
polisi juga dikaitkan dengan penetapan status tersangka Komisaris Jenderal
Budi Gunawan oleh KPK dan upaya pelemahan pemberantasan korupsi.
Sementara itu, perihal bagaimana penangkapan terjadi (how) dipaparkan dalam berbagai versi
kronologi penangkapan, termasuk gugatan publik terkait dengan cara
penangkapan tersebut yang dianggap berlebihan. Tidak hanya dari pernyataan
resmi polisi, tetapi juga dari saksi-saksi mata di lokasi kejadian, anak BW
yang menemani saat penangkapan terjadi, hingga kisah BW sendiri melalui
pengacaranya. Paparan meliputi peristiwa terkait lainnya juga disajikan
secara lengkap oleh situs-situs berita daring. Hingga pukul 24.00,
pemberitaan online sudah memaparkan secara rinci dan komprehensif terkait dengan
kasus yang menjerat pimpinan KPK itu.
Apa yang tersisa untuk
surat kabar?
Beragam sisi dari kasus penangkapan Bambang Widjojanto yang
sudah dikupas lengkap oleh media daring tak menyisakan fakta berita baru
untuk diangkat surat kabar yang baru terbit keesokan harinya. Hasil pantauan
atas enam surat kabar nasional (Kompas, Media Indonesia, Republika, Koran
Tempo, Koran Sindo, dan Indopos, edisi Sabtu, 24 Januari 2015) kembali
mengangkat isu yang sudah diulas media daring meskipun ada upaya dari media
cetak harian untuk memperdalam tulisan dengan mengangkat fokus terkait apa
yang akan terjadi setelah peristiwa tersebut (unsur so what).
Sudut pandang pemberitaan yang diangkat surat kabar pada umumnya
menempatkan Presiden Jokowi sebagai penentu nasib selanjutnya dari konflik
KPK-Polri. Fokus ini pun sudah diangkat oleh laman berita sehari sebelumnya. Nilai
pembeda berusaha dimunculkan oleh surat kabar dengan pendalaman berupa
gambaran besar peristiwa lewat tulisan opini, baik berupa tajuk atau
editorial maupun artikel opini oleh pakar/pengamat politik.
Ninok Leksono dalam
tulisan berjudul Surat Kabar di Tengah
Era Baru Media & Jurnalistik (2007) menjelaskan, semakin panjang
jarak waktu pemberitaan dengan peristiwa terjadi, semakin dalam berita yang
dihasilkan. Level satu, berita awal di mana semua informasi terkait dengan
peristiwa dilaporkan. Level dua, berita perkembangan yang mulai menjelaskan
peristiwa, latar belakang, dan hubungannya dengan hal lain. Level tiga,
berita lanjutan yang mencoba menjawab pertanyaan lanjutan mengenai peristiwa
awal. Terakhir, kesimpulan, yaitu kajian ulang atas peristiwa yang terjadi
serta konsekuensinya.
Salah satu strategi yang bisa digunakan redaksi koran adalah
fokus pada level penyajian berita yang tidak mampu
dipenuhi laman berita dengan maksimal, yaitu kedalaman
berita. Setelah fakta-fakta peristiwa terjawab melalui media
elektronik, khalayak butuh memahami gambaran besarnya. Ulasan-ulasan yang mendudukkan perkara pada tempatnya menjadi
tantangan jurnalis surat kabar.
Jajaran redaksi dan jurnalis surat kabar perlu berusaha lebih
keras untuk merancang dan menulis berita-berita mendalam. Artikel opini pakar
terkait isu yang berkembang menjadi pengayaan.
Berbagai fakta dan wacana yang muncul setelah berita awal harus mampu
disatukan dalam sebuah kerangka utuh. Di sinilah keunggulan surat kabar
dengan waktu lebih "longgar' dan jurnalis yang terbiasa menulis secara
kontekstual. Pada akhirnya, setiap platform media dengan karakternya
masing-masing akan mampu bertahan melawan perubahan zaman jika fokus pada
peluang yang tersedia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar