Sabtu, 04 April 2015

Begal dan Video Game

Begal dan Video Game

Fajar Kurnianto  ;  Alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KORAN TEMPO, 02 April 2015

                                                                                                                                     
                                                                                                                                                           

Terkait dengan banyaknya kasus begal, ada pernyataan menarik dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Bandung, bahwa kekerasan sejumlah begal muda disebabkan oleh banyak hal, salah satunya video game.

Mirra Noor Milla dalam tulisannya, "Pengaruh Terpaan Kekerasan Media Audio-Visual pada Kognisi Agresif dan Afeksi Agresif: Studi Meta Analisa" di Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi UGM Volume 33 Nomor 2 Tahun 2006, menyatakan kekerasan media audio-visual, termasuk video game, mempengaruhi agresivitas kognisi (memproses pengetahuan) dan afeksi (emosi) seseorang. Menurut dia, dampak kekerasan video game lebih besar dibanding media audio-visual lain. Game mengajak pemainnya terlibat langsung dalam kekerasan, tidak sekadar memberi pengetahuan kekerasan seperti pada televisi atau film.

Douglas Gentile, pakar psikologi dari Universitas Gowa, New York, mengatakan bahwa video game yang berisi adegan kekerasan ternyata mengajarkan tindak kekerasan. Gentile melakukan studi kepada hampir 2.500 anak-anak muda. Ia menemukan, para pelajar yang bermain video game kekerasan secara bersama-sama sesungguhnya tengah belajar cara menciptakan permusuhan dan perilaku kekerasan lebih cepat enam bulan daripada pertumbuhan biasa.

Namun pakar lain mengkritisi bahwa bukan game tersebut yang mengubah perilaku, melainkan memang sejak awal pemain tersebut punya kecenderungan bertindak kasar. Bruce Bartholow dari Universitas Missouri-Columbia menemukan bahwa orang yang bermain game kekerasan menunjukkan respons otak yang berkurang terhadap gambar kekejaman yang asli seperti pertempuran senjata. Respons otak yang berkurang ini tidak terjadi ketika dihadapkan pada sebuah gambar yang menggugah emosi, seperti hewan mati atau anak sakit. Menurut dia, mungkin hal ini berhubungan dengan kecenderungan berkelakuan keras.

Apakah para begal yang meresahkan masyarakat belakangan ini terinspirasi olehvideo gamekekerasan? Bisa jadi. Tetapi, dari para begal yang tertangkap, masalah ekonomi lebih kentara menjadi penyebabnya. M. Harvey Brenner, profesor bidang kesehatan masyarakat diJohns Hopkins Bloomberg School,mengidentifikasi pengaruh langsung ekonomi terhadap kejahatan, di antaranya: pada beberapa tipe kepribadian tertentu, krisis ekonomi akan menimbulkan frustrasi karena adanya hambatan atau ancaman terhadap pencapaian cita-cita dan harapan yang pada gilirannya menjelma dalam bentuk-bentuk perilaku agresif. Selain itu, akibat krisis ekonomi yang menimbulkan pengangguran, sejumlah warga masyarakat yang menganggur dan kehilangan penghasilan cenderung bergabung dengan teman-teman yang menjadi pengangguran pula, dan dengan begitu lebih memungkinkan untuk merancang suatu kejahatan.

Krisis ekonomi ini ditambah lagi dengan lemahnya negara (aparat) dalam menjaga keamanan dan ketertiban serta menegakkan hukum. Negara seperti lebih sibuk dengan urusan politik elite yang berkepanjangan dan menguras perhatian sehingga begal tiba-tiba seperti muncul dari lorong gelap dengan leluasa. Video game hanya salah satu faktor penyebab, bukan faktor satu-satunya. Masalah begal atau kejahatan lainnya tidak akan muncul jika negara berhasil memperbaiki kondisi ekonomi rakyat dan menegakkan hukum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar