Selasa, 11 Mei 2021

 

Anta dan Asa

L Wilardjo ;  Pendekar Bahasa, Fisikawan

KOMPAS, 10 Mei 2021

 

 

                                                           

Kompas edisi Kamis, 22 April 2021, memberitakan hilang-kontaknya kapal selam KRI Nanggala-402 pada pukul 03.00 WITA, Rabu, 21 April 2021. Komandan beserta semua ABK-nya bersemboyan ”Wira Ananta Rudira”, yang artinya ’tabah sampai akhir’. Saya tidak tahu, tetapi menduga-duga bahwa wira ’berani’. Entah rudira itu apa. Berbekal pengetahuan minim, plus arti semboyan tersebut, saya menduga-duga lagi bahwa ananta itu berarti ’sampai akhir’. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V, ananta ’tak terhingga’. Saya sendiri sudah puluhan tahun memakai ananta sebagai padanan tak berhingga, bukan tak terhingga seperti tersua dalam KBBI itu.

 

Ada yang ”meringkas” istilah tak berhingga menjadi tak hingga. Kata Iwan Pranoto, Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB), tak hingga itu sudah lazim  dipakai di kalangan orang-orang Matematika, tetapi saya merasa risih apabila mendengar kata itu. Istilah itu pada hemat saya tidak ”baik dan benar”; tidak memenuhi patokan ISO bahwa istilah teknis-ilmiah harus linguistically-proper.

 

Ada teman tak hingga, yakni tak benda, seperti dalam frasa ”warisan budaya tak benda”, yang sering dipakai di media massa. Menurut saya, seharusnya bukan tak benda, melainkan bukan-benda. Wayang adalah warisan budaya bukan-benda. Prof Dr Ir H Johannes, fisikawan yang pernah menjadi rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), meringkas bukan logam (sebagai padanan non-metal) menjadi tanlogam. Syukurlah ringkasan yang ditawarkan Prof Johannes itu ”tidak laku”. Beliau adalah guru saya yang sangat saya hormati, tetapi ”tan” itu wanda (syllable) akhir dari ”datan” atau wanda awal dari ”tanpa”, dan kedua-duanya tidak sama maknanya dengan ”bukan” (datan ’tidak’; tanpa ’tidak dengan’, atau without dalam bahasa Inggris).

 

Semoga anta dan ananta dipakai secara umum, bukan sebagai istilah teknis yang dipakai di kalangan orang-orang Fisika saja. Semoga istilah tak benda diluruskan menjadi bukan-benda. Jangan dibiarkan menjadi istilah yang salah kaprah.

 

Sejak masih duduk di bangku SR atau Sekolah Rakyat (sekarang disebut SD), saya sudah tahu bahwa putus asa itu berpadanan/bersinonim dengan putus harapan. Jadi, asa bersinonim dengan harapan. tetapi asa itu tidak pernah (atau sangat jarang) berdiri sendiri sebagai sepatah kata tunggal. Munculnya hampir selalu sebagai bagian dari kata majemuk putus asa. Sekarang asa sudah sering bediri sendiri dan itu baik!

 

Akan tetapi, baik harapan maupun asa adalah padanan dari hope (Inggris). Terjemahan/translasi untuk expectation belum/tidak ada. Yang sudah ada dan sering dipakai ialah alih-ejaannya (transkripsi), yakni ekspektasi. Adakah di antara kita yang mau mengusulkan kata dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang ”pas” dijadikan padanan untuk expectation? Dengan sudah mantapnya asa sebagai hope, maka berasa itu hopeful dan nirasa atau anasa, ya, hopeless. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar