Quran dan Lompatan Kuantum
Bambang
Cipto ; Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
|
KORAN SINDO, 03 Juli 2015
Ketika Alquran
diturunkan ke Jazirah Arab di mana mayoritas penduduknya adalah kaum jahiliah
mestinya orang bertanya logika dasar penentuan tempat tersebut.
Terpilihnya Mekkah
sebagai tempat diturunkannya Alquran merupakan sinyal sangat kuat bahwa
logika dasarnya adalah Islam sejak awal berkeinginan mengentaskan masyarakat
yang hidup dalam kegelapan peradaban menuju cahaya peradaban. Masyarakat
Mekkah yang hidup dalam era kegelapan dan kebodohan peradaban pun terangkat
dengan turunnya Alquran di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
Alquran yang suci
antara lain menganjurkan manusia mengangkat derajat manusia yang terjerat
dalam sistem perbudakan yang telah sedemikian berurat-berakar pada masyarakat
jahiliah. Itulah sebabnya di dalam surat al- Balad seruan Islam agar sistem
perbudakan dihapuskan digambarkan sebagai al-Aqobah atau ”jalan yang mendaki
lagi sukar” .
Sejak awal Tuhan telah
paham bahwa tidak mudah menghapus sistem perbudakan dalam masyarakat yang
telah sedemikian lama mempraktikkan cara-cara yang tidak manusiawi tersebut.
Pesan Qurani tersebut merefleksikan betapa Allah sangat realistis dalam
menyusun ayat-ayat Alquran sehingga sesuai dengan tuntutan era saat itu.
Sekitar 1436 tahun yang lalu tidak begitu banyak keajaiban Alquran yang diketahui
manusia walaupun saat itu Alquran menyebut dirinya membawa pesan rahmatan lil
alamin .
Namun, saat ini orang
semakin meyakini bahwa sangat banyak ayat-ayat Alquran yang sesuai kemajuan
sains dan teknologi. Lompatan kuantum yang merupakan sebuah fenomena dalam
fiksi ilmiah dan telah diwujudkan dalam sebuah film Quantum Leap bahkan
sesungguhnya telah dimulai dengan Alquran. Lompatan kuantum dalam fiksi
ilmiah tersebut digambarkan sebagai kemampuan seseorang untuk mundur ke masa
lalu sebelum dia dilahirkan atau maju ke masa depan sesudah dia meninggal.
Pembacaan Alquran
dengan sungguh-sungguh dan ikhlas sesungguhnya juga akan menempatkan manusia
ke dalam lompatan kuantum tanpa harus meninggalkan waktu saat ini. Pada saat
kita membaca kisah Nabi Musa atau Nabi Ibrahim dengan khusyuk seolah-olah
kita benar-benar hidup dalam alam ribuan tahun yang lalu.
Apalagi, jika bisa
memetik dan menerapkan akhlakul kharimah para nabi tersebut, walhasil
sebenarnya kita pernah mundur ke belakang ribuan tahun yang lalu, kemudian
balik kembali mempraktikkan amal-amal saleh yang dilakukan para nabi
tersebut. Demikian pula saat kita membaca dan dengan khusyuk memahami
terjadinya hari kiamat serta gambaran surga dan neraka.
Maka pada saat itu
pikiran kita melesat sangat jauh ke waktu di depan kita. Bila kita
sungguh-sungguh ikhlas dalam memahaminya, pikiran kita akan balik kembali
kemudian memperbanyak amal saleh sebagai bekal kelak jika hari kiamat tiba.
Karena sesudah hari kiamat manusia akan digolongkan ke dalam golongan kanan
(ke surga) dan golongan kiri (ke neraka).
Alquran dengan
demikian merupakan pintu lompatan kuantum yang sangat bermanfaat agar kaum
muslimin dan muslimat belajar banyak dari masa lalu dan masa depan agar
terbebas dari siksaan Allah dan mendapatkan pahala sebanyak mungkin di
akhirat kelak. Membaca Alquran membuat manusia mampu menembus lorong waktu
yang sangat panjang dan melelahkan tanpa harus meninggalkan waktu saat ini.
Alquran sangat berjasa
memperlebar daya jelajah pikiran manusia hampir tanpa batas. Alquran membuka
lebar tradisi perencanaan jangka (amat) panjang bagi mereka yang ikhlas
membaca dan mengkajinya.
Pemahaman Alquran yang
tepat dan terbimbing akan membantu penguasaan pengetahuan tentang sejarah
peradaban manusia bahkan bagi mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan
tinggi sekalipun. Alquran adalah inkubator bagi calon-calon manusia unggul
dan islami. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar