Senin, 11 Mei 2015

Poster Perang Propaganda Kehalusan Budi

Poster Perang Propaganda Kehalusan Budi

Agus Dermawan T  ;  Pengamat Budaya dan Seni
KOMPAS, 10 Mei 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Pada 30 April 2015 lalu rakyat Vietnam merayakan 40 tahun kejatuhan Saigon di wilayah Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara. Kejatuhan ini menandai kemenangan pasukan Ho Chi Minh atas Vietnam Selatan yang dikuasai Amerika. Ketika perayaan kemarin dilakukan, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tim Dung berpidato, ”Meski selama 1957 sampai 1975 tentara Amerika melakukan kejahatan barbar yang tidak terhitungkan, bangsa Vietnam tidak akan pernah dibelenggu dendam.”

Dari situ, mari kita kuak sejarah. Pasca Perang Dunia II Vietnam terbelah dua, yakni Vietnam Utara yang dikuasai kelompok sosialis-komunis dan Vietnam Selatan yang dikuasai blok Barat. Keterbelahan ini diawali ketika Perancis mengakhiri penjajahan di Indochina, yang di dalamnya termasuk Vietnam. Sebelum pergi, Perancis membagi Vietnam jadi dua, yakni Vietnam Utara yang dipimpin Ho Chi Minh atau Paman Ho, dan Vietnam Selatan yang dipimpin Pangeran Bao Dai. Atas pembagian ini Paman Ho melihat bahwa Vietnam Selatan hanya akan dijadikan negara boneka Barat, maka pasukan Vietnam Utara atau Vietminh disusupkan ke Vietnam Selatan. Persenjataan Vietminh diam-diam dibantu oleh RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dan Uni Soviet.

Amerika, yang ingin membangun pangkalan militer di Asia Tenggara, geram ketika tahu Vietnam Utara dibantu RRT dan Uni Soviet, dua musuh besarnya. Presiden Nixon pun mengerahkan tentaranya ke Vietnam Selatan yang sudah dipimpin Ngo Dinh Diem. Paman Ho tentu gusar atas campur tangan Amerika ini. Ia lantas menyeru agar seluruh rakyat Vietnam bergabung dengan tentara untuk melawan Amerika. Walaupun Amerika sudah meledakkan 600.000 ton bom, menghancurkan 9.284 wilayah hunian, membunuh 3 juta pejuang, serta mencederai 2 juta rakyat, toh Vietnam Utara yang menang. Amerika hengkang dari Vietnam pada 30 April 1975, dengan menggoreskan cerita mahapahit: sekitar 58.000 tentaranya tewas.

Rakyat Vietnam menandai kemenangan ini lewat berbagai monumen. Di antaranya dalam bentuk taman, plaza dan Musoleum Paman Ho di Ho Chi Minh City, yang dulu bernama Saigon. Pada bagian lain pemerintah Vietnam menjadikan hutan Cu Chi, neraka paling jahanam bagi tentara Amerika, sebagai ladang wisata pertempuran. Namun, monumen yang tak kalah penting adalah jajaran ribuan poster Vietnam.

Hati Vietnam

”Poster-poster Vietnam adalah gambaran hati orang Vietnam. Yang halus, cinta keluarga, dan sungguh tidak ingin perang. Tapi kalau dinista akan bertahan sekuat-kuatnya,” kata seorang pemandu War Remnant Museum, Ho Chi Minh City, yang memamerkan tank, panser, bedil, pisau, serta foto-foto keuletan rakyat Vietnam. Apa yang dikatakan pemandu itu jauh dari keliru.

Apabila disimak cermat, poster-poster Vietnam yang dicipta sejak 1955 terbagi dalam beberapa bagian. Pertama, poster yang memprovokasi rakyat Vietnam untuk tak henti melawan. Kedua, poster pasca perang dengan muatan ingatan ihwal brutalitas Amerika. Ketiga, poster yang menegaskan momen-momen kemenangan Vietnam pada masa perang. Keempat, poster yang menjunjung Paman Ho. Kelima, poster masa merdeka yang menggerakkan rakyat untuk membangun negeri Vietnam.

Yang paling menarik tentulah jenis poster yang pertama, kedua, dan ketiga. Dan yang lebih menarik, meskipun poster-poster itu memuat cerita keringat, darah, teriakan, derita, dan air mata, yang mewujud adalah sebuah kelembutan, dengan muatan cerita yang (seolah) disampaikan dengan kesukacitaan. Itu sebabnya kolumnis International Herald Tribune Sherry Buchanan menulis, ”Poster-poster perang dan pasca perang Vietnam selalu nampak manis dalam penglihatan. Semua ini merupakan hasil perpaduan unsur kebudayaan visual Tiongkok, lirisisme ala Perancis yang dilembagakan perguruan Ecole des Beaux-Arts d’Indochine, dan kehalusan budi di lubuk terdalam bangsa Vietnam.” Mari kita deskripsikan poster-poster sejarah getir yang manis itu.

Pada sehelai kertas digambarkan pesawat yang nyungsep di sebuah kolam yang ditumbuhi teratai. Seorang tentara Vietnam lantas mengabarkan ini kepada seorang gadis bersenjata, yang sedang mengelus bunga. Teks poster itu berbunyi ”Khong luc hoa ky tham ho Hanoi” (Angkatan Udara AS tamasya ke danau di Hanoi). Poster lain menggambarkan suasana upacara peluncuran roket raksasa, yang diawali dengan tari-tarian tradisional enam perempuan. Teksnya berkata, ”Chao mung ten lua ta banh gioi!” (Perayaan peluncuran roket!).

Ada juga yang bergambar seorang perempuan muda nan cantik memegang bom besar, dengan diiringi lelaki ganteng mengibarkan bendera. Di belakangnya nampak bayang-bayang helikopter oleng dan pesawat terbakar. Teks poster ini: ”Mien bac thang to ban roi 4.000 may bay my” (Kemenangan Vietnam, merontokkan 4.000 pesawat). Atau poster yang menggambarkan tentara AS ketakutan sambil angkat tangan. Teks poster ini (malah) berupa pertanyaan: ”Linh my chet la vi ai”, yang artinya untuk siapa serdadu ini menyongsong mati.

Yang memikat, poster Vietnam begitu menghargai peranan pejuang perempuan, yang terdiri dari gadis muda, ibu, bahkan nenek. Banyak poster yang melukiskan perempuan memegang senjata sambil menggendong anak di punggungnya. Atau dengan pakaian bagus menyorongkan bambu runcing. Pada poster ”Ham rong chien thang” (Kemenangan di Ham Rong) bahkan dilukiskan tiga perempuan remaja berpotret riang di sebelah pesawat AS yang mangkrak di tepi sungai. Yang mengharukan, ada poster berteks: 30.4/1975/1995. Poster ini memperingati 20 tahun kemenangan Vietnam Utara. Gambar yang termaktub adalah dua nenek yang sedang reuni. Kita boleh membayangkan, mereka bersahabat sejak usia muda, kemudian berpisah kala memasuki keriuhan perang 1960-an, dan jumpa lagi 30 tahun kemudian.

Umumnya poster-poster ini dibikin dalam teknik wood block (cetak kayu) dan silk screen (cetak saring). Warna-warna yang disampaikan didominasi oleh merah (lambang darah), kuning (kulit orang Vietnam), dan hitam (tanah tempat berpijak). Warna lain seperti biru muda, kelabu, atau oker hanyalah variasi. Alhasil, presentasi bentuk dan warna poster-poster perang Vietnam segera menelikung imajinasi kita untuk beranggapan bahwa perang bagi orang Vietnam adalah ”kenangan indah”. Mereka bukannya bertempur melawan agresor, namun menggugah mereka yang mengganggu. Tak ada setetes darah. Tak ada teriakan ”Hidup atau Mati!” atau ”Inggris dilinggis, Amerika disetrika!” dan sebagainya.

David Hether, kolektor Inggris yang mengumpulkan poster perang Vietnam, berkomentar, ”Poster-poster perang Vietnam paling unik dan istimewa di dunia. Karena yang dipropagandakan adalah keunggulan rasa cinta meski selama puluhan tahun ditimbun kebencian senjata musuh.”

Penguburan amarah dan kobaran dendam itu menyebabkan bangsa dan negara Vietnam cepat maju. Meninggalkan negeri amuk Indonesia merdeka yang sudah hampir 70 tahun umurnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar