Minggu, 31 Mei 2015

John Nash, Sang Jenius

John Nash, Sang Jenius

Hotasi Nababan  ;  Alumnus Technology Policy MIT
KORAN TEMPO, 30 Mei 2015


                                                                                                                                                           
                                                
Saya mendapat berita John Nash dan istrinya meninggal dalam kecelakaan di sebuah taksi di New York (24 Mei). Berita ini langsung menyengat saya, mengingat kejeniusannya membantu kita memahami kerumitan dalam memutuskan apa saja.

Siapa John Nash? Dalam film pemenang Oscar, A Beautiful Mind, Russel Crowe berhasil menghidupkan John muda, seorang matematikawan di Universitas Princeton, dengan begitu polos dan lugas. Pada 1960-an dia mencari rumus matematika untuk memprediksi keputusan orang dalam urusan apa saja, dari soal pacaran, belanja, sampai bekerja. Teori itu dikenal sebagai Game Theory. Sebelumnya John von Neumann membuat model matematika untuk zero-sum game, yaitu dalam ekosistem jika ada yang rugi, pasti ada yang untung. Dalam pertandingan, selalu ada yang menang dan yang kalah.

Namun John mencari jawaban lebih dari hal itu. Dia membuat model matematika yang lebih rumit untuk membuktikan dalam situasi pelik, jika para pihak yang terlibat mau "bekerja sama", hasil yang diperoleh jauh lebih baik daripada memaksimalkan kepentingan masing-masing.

Game Theory cepat menjalar masuk ke berbagai bidang pelik, seperti keputusan dalam pasar keuangan, strategi perusahaan, negosiasi perburuhan, hingga konflik antarnegara. Saking banyaknya manfaat kejeniusan Nash, dia dianugerahi Nobel Ekonomi pada 1994.

Pada musim gugur 1992, saya beruntung mengikuti kuliah "Industrial Organization" (IO) di School of Economics Massachusetts Institute of Technology (MIT) dari Prof Jean Tirole, seorang ekonom muda Prancis. IO adalah cabang ilmu Game Theory tentang interaksi perusahaan dan pasar. Dengan semangat, dia bisa menyederhanakan rumus matematika rumit. Saat itulah saya jatuh hati kepada teori ini. Tirole menggunakan IO untuk regulasi pasar dan monopoli. Dia dapat memformulasikan model harga optimum bagi pasar keuangan di AS dan Eropa. Atas kontribusinya yang besar, dia diganjar Nobel Ekonomi pada 2004, 10 tahun setelah gurunya, John Nash, menerimanya.

Banyak bencana katastrofe dunia yang batal karena para pihak secara intuitif menggunakan Game Theory, seperti krisis Kuba saat Kennedy-Krushev dan perang bintang saat Reagan-Andropov. Pada akhirnya, tidak berperang adalah solusi terbaik. Untuk melindungi kepentingannya, seseorang harus memikirkan orang lain. Ini bertentangan dengan teori klasik Adam Smith pada abad ke-18 yang mengatakan kehidupan manusia akan menjadi lebih baik jika setiap orang mengejar kepentingannya sendiri, karena ekuilibrium alami akan tercapai dari seluruh interaksi manusia yang egoistis.

Cara berpikir Game Theory selalu saya gunakan dalam 25 tahun karier saya di dunia korporasi, termasuk menjadi orang nomor satu di berbagai perusahaan selama 12 tahun. Saya sangat terbantu saat menghadapi isu barrier-to-entry, penentuan harga jual, persaingan tidak sehat, keputusan investasi, hingga hubungan dengan karyawan.

Saat bernegosiasi soal penjualan lokomotif buatan GE Lokindo di Madiun kepada PT Kereta Api, saya mengajak pihak KAI untuk mengeksplorasi konsekuensi dari seluruh opsi. Akhirnya kami sepakat dengan terma yang saling menguntungkan. Waktu PLN sulit menghidupi mesin pembangkit yang sudah tidak ekonomis, saya berhasil mengajak PLN dan GE mencari solusi baru yang menguntungkan keduanya.

Waktu berembuk dengan Asosiasi Pilot Merpati yang menuntut kenaikan gaji di tengah arus pembajakan pilot, saya membuat simulasi bersama atas semua kemungkinan. Akhirnya mereka bersedia tidak naik gaji. Selama enam tahun memimpin Merpati pada saat sulit, tidak ada satu pun aksi karyawan yang mengganggu perusahaan. Mereka makin kooperatif jika asymmetric information berkurang.

Saya memahami kesulitan yang dihadapi pemerintah dalam keputusan yang dilematis, seperti subsidi BBM, impor beras, ekspor tambang mineral, atau insentif pajak. Para pelaku usaha dan masyarakat yang dihadapi memiliki strategi sendiri dengan perilaku beragam. Mereka akan bertindak reaktif terhadap aksi pemerintah. Semoga aplikasi Game Theory dapat digunakan dan dipahami oleh seluruh tim pemerintah agar terjadi perilaku yang diharapkan. Niat baik saja tidak cukup. Manusia itu rasional.

Tuhan begitu baik memberi Nash bagi kita semua. Thank you, John! Rest in peace...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar