Tata
Ulang Kelola Perikanan
Yonvitner ; Dosen MSP-FPIK; Sekretaris Rektor IPB dan Peneliti Senior
PKSPL IPB
|
MEDIA
INDONESIA, 19 Desember 2017
GOOD governance sektor
kelautan dan perikanan harus memiliki evidence yang kuat dan berbasis
keilmuan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat.
Banyaknya kebijakan
pengelolaan kelautan dan perikanan yang ambique mulai pelarangan cantrang dan
pengatur penangkapan lobster, hubungan tata kelola provinsi, hingga kabupaten
kota semesti sudah harus selesai. Polemik yang muncul di sana-sini terasa
menghambat sektor perikanan bergerak maju menjadi sektor ekonomi andalan
bangsa ini.
Kemajuan perikanan dan
kelautan harus diukur sampai pada indikator mikro terutama nelayan skala
kecil. Untuk itu, perlu kecerdasan tidak hanya emosional, tapi juga
intelektual, sosial, dan spiritual sehingga pembangunan sektor ini lebih
komprehensif.
Mungkin karena Presiden
Joko Widodo sudah merasa bosan dengan urusan perikanan yang sepertinya,
persoalannya hanya urusan pelarangan dan penindakan yang terus mengemuka
seperti cantrang dan lobster. Sudah mendekati tiga tahun, ekonomi perikanan
belum menunjukkan langkah maju yang signifikan. Mengelola perikanan yang
sarat berbagai persoalan dan kompleksitas haruslah dengan frame yang seragam
dan matang. Sebagai sektor ekonomi, perikanan tidak boleh dijadikan sebagai
ajang uji coba, apalagi sistem manajemen reaktif, karena dangkalnya kepahaman
tentang sains pengelolaannya. Sesungguhnya frame negara maritim menjadi basis
utama pembangunan perikanan dengan mengedepankan penguatan ekonomi maritim.
Implementasi kebijakan tidak dengan mematikan ekonomi rakyat, tapi harus
menjaga eksistensi sambil melakukan penataan yang sistemik dan adaptif.
Kalau sektor ekonomi
perikanan mati, tentu akan berdampak luas terhadap kelangsungan hidup orang
banyak dan negara. Kebijakan pelarangan cantrang dan lobster yang secara
ekonomi berdampak luas, tentu harus segera dilakukan evaluasi yang menyeluruh
agar usaha perikanan tidak berhenti apalagi mundur.
Untuk itu, beberapa
langkah penyelamatan yang harus dilakukan ialah 1) mereformasi kelembagaan
pengelolaan perikanan kelautan saat ini karena terlihat kurang mampu
melakukan penataan dan pengelolaan dengan baik, 2) membangun sinergi dalam
berbagai hal dengan pola pikir sistem (system thinking) karena
kompleksitasnya, 3) Mengembalikan mekanisme pengelolaan perikanan pada grand
design yang menjadi pedoman bersama, 4) mengembangkan sistem budaya kerja
yang responsive, adaptive, serta berbasis sains dan bukan reactive untuk
pengelola perikanan dan kelautan. Semua ini tentu dalam bingkai tata kelola
(good governance) yang baik demi keselamatan masyarakat perikanan.
Good
governance
Mereformasi kelembagaan
perikanan dan kelautan sangat fundamental bagi kemajuan perikanan dan
kelautan saat ini. Reformasi kelembagaan tidak hanya melakukan gonta-ganti
pejabat eselon semaunya, tapi membangun evidence yang kuat sesuai dengan
kebutuhan negara saat ini. Kelembagaan teknis harus memiliki evidence dan
berbasis sains yang dapat diandalkan (science based policy).
Kebijakan bukan alat untuk
popularitas, melainkan instrumen untuk memacu ekonomi nasional. Reformasi
kelembagaan yang tepat diikuti personal yang tepat (right person on the right
place). Mengelola kelembagaan tidak berbasis emosional, yang dekat diangkat,
yang kritis, meskipun memiliki intelektualitas dan kemampuan disingkirkan.
Sistem manajemen seperti ini tidak sehat untuk institusi negara.
Membangun sinergi dalam
berbagai hal dengan pola pikir sistem (system thinking) sangat diperlukan.
Perikanan dan kelautan ialah sebuah sistem kompleks. Selain memiliki kekayaan
sumber daya alamnya luar biasa besarnya, perikanan memiliki berbagai keragaman
sosial budaya, latar belakang sejarah, serta strata ekonomi masyarakatnya.
Stakeholder perikanan sangat beragam, mulai nelayan kecil sampai pengusaha
besar yang harus sama-sama mendapat porsi dan dukungan dalam manajemen. Kita
tidak akan mengesampingkan satu pihak hanya karena kita tidak paham, tetapi
kita semestinya mampu mengakomodasi keberagaman tersebut menjadi kekuatan
dalam membangun ekonomi perikanan. Menjaga keragaman tersebut akan membuat
kita bisa bersaing dan kompetitif.
Pengelolaan perikanan yang
baik harus dibangun dengan design yang memadai. Rencana jangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek mulai dari perencanaan dan zonasi ialah
design pengelolaan perikanan dan kelautan yang perlu diimplementasikan. Apa
yang sudah dihasilkan harus dijadikan sebagai pedoman berdasarkan kerangka
pikir yang runut dan adaptif. Untuk itu, perlu dikembangkan sebuah langkah
maju, yaitu bekerja dengan frame dan visi yang tajam dan tidak terbiasa
mengelola crash program. Perikanan yang tidak terdesign dengan baik, apalagi
yang menjalankan tidak memahami perilaku sumber daya akan menjadi liar, tidak
fokus dan cenderung memunculkan pemborosan biaya dan tenaga tanpa hasil.
Untuk itu, perlu langkah yang baik agar grand design perikanan menjadi
pedoman bersama mulai tingkat pusat sampai daerah.
Rekonstruksi
Untuk memantapkan sektor
kelautan dan perikanan agar lebih berdaya, harus segera dilakukan
rekonstruksi tata kelola saat ini. Penataan ulang dapat dimulai dengan
menempatkan orang yang benar-benar paham dan mampu mengelola sektor perikanan
dan kelautan. Untuk itu, langkah yang harus ditempuh pemerintah saat ini
ialah, pertama yaitu, merekonstruksi sumber daya manusia dengan memberikan
ruang yang seimbang dan saling membangun. Rekonstruksi sumber daya manusia
dapat dimulai dengan mempersiapkan ketersediaan person berkualitas pada
posisi yang tepat, melek sains, memiliki komitmen dan integritas, dan
memiliki visi yang kuat tentang ekonomi perikanan dan kelautan.
Kedua dengan mempersiapkan
infrastruktur perikanan dan kelautan secara benar dan tepat. Kemajuan sektor
perikanan harus didekati dengan konsep modernisasi prasarana. Kita tidak akan
mendapatkan hasil perikanan berkualitas apabila mengandalkan prasarana
tradisional di setiap kantor-kantor perikanan.
Ketiga mengevaluasi
kebijakan pengelolaan perikanan kelautan yang lebih berpihak pada masyarakat
dengan cara pandang yang konstruktif, adaptif, dan economic mindset.
Kebijakan cantrang dan pelarangan lobster ialah dua dari sekian banyak
kebijakan yang harus dievaluasi implementasi. Kemiskinan mendadak tidak
hanya dialami Nasam, sang pengumpul lobster di Lombok Selatan, tetapi juga
ratusan nelayan pengumpul benih dan budi daya beserta keluarganya. Produk itu
ialah kebijakan yang tidak berpihak pada peningkatan produktivitas rakyat dan
daya saing bangsa menuju negara maju sejajar dengan bangsa-bangsa di Asia
serta Nawa Cita presiden Jokowi. Rekonstruksi tata kelola perikanan suatu
keharusan jika benar-benar ingin membangkitkan ekonomi perikanan sebagai salah
satu basis ekonomi maritim. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar