Airlangga
dan Beringin
M Subhan SD ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS,
21 Desember
2017
Ini sekadar cerita saja.
Raja Airlangga (Erlangga), pendiri Kerajaan Kahuripan. Airlangga memerintah
1009-1042 dengan gelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharma- wangsa
Airlangga Anantawikramottunggadewa. Letak Kerajaan Kahuripan itu kira-kira di
sekitaran Surabaya atau Sidoarjo. Rupanya Raja Airlangga pernah memberi
perintah untuk menanami pohon beringin dan pohon bodhi di sepanjang jalan.
Pohon-pohon itu dijajar-jajarkan di tepi jalan. Pohon-pohon rindang itu
memberi keteduhan bagi orang-orang yang melewati jalan-jalan tersebut. Kisah
Airlangga dan beringin itu termaktub dalam Serat Calon Arang yang ditulis
dengan aksara Bali Kuno, tetapi dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi).
Hari-hari belakangan ini
kita juga mendengar nama Airlangga. Lengkapnya Airlangga Hartarto. Bukan
raja, tetapi menteri di kabinet Presiden Joko Widodo. Persisnya Menteri Perindustrian.
Ini unik juga karena Airlangga merasakan kursi yang pernah diduduki oleh
bapaknya, Hartarto, di zaman Presiden Soeharto. Tetapi, kita tak bicara soal
kursi menteri, yang kalau menurut etika yang digariskan Jokowi, segera
dilepaskannya setelah menjadi Ketua Umum Partai Golkar. “Tidak boleh
rangkap-rangkap jabatan,” begitu pernyataan Jokowi.
Airlangga kini sudah
menjadi pimpinan puncak di partai berlambang pohon beringin. Pohon ini
terkenal jenis pohon yang kuat sekali. Kalau jenis pepohonan lain, biasanya
mudah tumbang ketika diterjang badai. Tetapi, beringin sulit tumbang dihantam
badai. Bahkan, ketika dihantam badai reformasi pada 1998, pohon ini tetap
kokoh. Pohonnya memang besar, rimbun, dan akar-akarnya kuat menghunjam bumi.
Mungkin ranting-rantingnya ada yang patah dan daun-daunnya berguguran
berserakan, tetapi sekali lagi, pohonnya sulit tumbang. Batangnya bukan saja
kuat, tetapi elastis, sehingga kemampuan adaptasinya luar biasa. “Tidak ada
beringin yang tidak sakti pohonnya,” kata Mpu Barada kepada sang Raja
Airlangga.
Pohon yang kuat ini
mungkin sudah lama tidak disapu-sapu sehingga terlihat agak kotor, kusam, dan
penuh guguran ranting dan daun. Dalam tiga tahun terakhir saja, citra partai
beringin ini terpuruk di mata publik. Sejak dipimpin Setya Novanto, beringin
tak pernah sepi, selalu gaduh. Kasus korupsi seakan terus membelit batang
beringin. Padahal, beringin memiliki kader-kader yang berpengalaman. Tetapi,
menghadapi Novanto yang berkasus dengan KPK, mereka nyaris tak berdaya. Baru
setelah Novanto diseret ke pengadilan, cerita beringin berubah.
Rasanya tepat apabila
Airlangga mulai bersih-bersih. Biasanya seusai badai, keadaan selalu
berantakan dan acak-acakan. Tagline “Golkar Bersih” mesti bisa menjadi spirit
baru untuk melakukan penataan kembali: memangkasi daun tua dan terlalu lebat
atau memotong dahan atau ranting yang sudah rapuh dan lapuk. Predikat partai
korup harus dibuang jauh-jauh karena negeri ini membutuhkan para pemimpin
yang bersih dan penuh pengabdian. Memangkasi bagian pohon yang rusak kena
hama justru cara untuk menumbuhkan kehidupan baru. Saatnya daun dan ranting
baru tumbuh, sekaligus dipupuk ulang agar akar-akar beringin terus kuat.
Airlangga punya waktu
merawat beringin sampai 2019. Berarti saatnya membawa beringin memberi
manfaat untuk masyarakat: memberi keteduhan, bukan terus-menerus sumber
kekisruhan. Dulu, Raja Airlangga pernah memerintahkan pembangunan bendungan
Wringin Sapta (1037) untuk mencegah banjir akibat luapan Sungai Brantas. Raja
Airlangga menata lingkungan, untuk memberi banyak jalan bagi sumber
kehidupan. Kini, saatnya Airlangga membangun soliditas partai beringin. Bukan
seperti Raja Airlangga yang membagi dua kerajaan untuk anak-anaknya: Kediri
dan Jenggala. Tetapi, yang terakhir ini bukan cerita tentang beringin, loh! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar