Ketika
Larangan Bukan Lagi Larangan
Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos
|
JAWA POS, 18 Mei 2015
DATA
menunjukkan bahwa belum pernah ada kecelakaan pesawat yang disebabkan
penggunaan handphone. Tapi, data juga menunjukkan bahwa penggunaan alat-alat
elektronik di dalam pesawat memang berpengaruh pada sistem komunikasi dan
navigasi.
Data
lain menunjukkan, 30 persen handphone penumpang tidak dimatikan, meski
umumnya diset silent. Itu berarti saat pesawat sedang meninggalkan landasan
atau proses landing, suara maupun data SMS, e-mail, bluetooth, dan lain-lain
masuk ke handphone tersebut. Dan tidak pernah terjadi apa-apa.
Data
yang lain lagi menunjukkan bahwa persaingan pelayanan di penerbangan kian
seru. Perusahaan penerbangan cenderung memenuhi keinginan penumpang, terutama
dalam penggunaan handphone (HP). Beberapa perusahaan mulai menyediakan
layanan wifi di udara. Kian lama kian banyak pesawat yang dilengkapi wifi.
Mula-mula hanya untuk penerbangan jarak jauh. Antarbenua. Kini, di Amerika Serikat,
dalam penerbangan dua jam pun, sudah mulai disediakan wifi.
Memang
wifi tersebut baru di-on-kan saat pesawat sudah terbang tinggi dan dimatikan
ketika pesawat menjelang landing. Tapi, tetap saja terjadi komunikasi saat
pesawat berada di udara.
Cathay
Pacific, menurut pengalaman saya, sejak dua tahun lalu sudah melonggarkan
aturan itu. Saat pesawat baru mendarat, pramugari mengumumkan, ”Anda sudah boleh menghidupkan handphone.”
Berbeda dengan pengumuman lama yang menyebutkan, ”Pesawat baru saja mendarat, tapi Anda baru boleh menghidupkan
handphone saat sudah tiba di gedung terminal.”
Di
Amerika, kini tidak ada pengumuman itu. Baik yang lama maupun yang baru.
Semula saya kaget. Banyak sekali penumpang yang tetap sibuk dengan gadget
mereka saat pesawat mau take off.
Pramugari yang melihat itu juga tidak menegur. Memang tidak ada yang
melakukan pembicaraan suara, tapi HP, iPod, maupun tablet terus difungsikan.
Hanya laptop yang tidak boleh digunakan. Bukan soal elektroniknya, melainkan
soal besarnya ukuran laptop yang kalau terjadi benturan bisa menyebabkan
luka.
Demikian
juga waktu pesawat hendak landing. Penumpang tetap sibuk dengan gadget
masing-masing. Pramugari juga tidak menghiraukannya. Beberapa jendela yang
masih tertutup juga tidak diminta dibuka. Hanya sandaran kursi yang harus
ditegakkan.
Ternyata
memang ada kebijakan baru yang secara resmi memperbolehkan itu.
Setidak-tidaknya tidak melarang itu. Itu berlaku sejak Oktober 2013, sejak Federal Aviation Administration (FAA)
mengeluarkan pengumuman bahwa ”penumpang diperbolehkan menggunakan alat-alat
elektronik pribadi”. Tapi, FAA tidak mau menegaskan apakah itu termasuk
handphone.
FAA
sengaja menghindari penyebutan handphone sekadar karena ada aturan yang
dikeluarkan lembaga lain yang melarang penggunaan handphone. Kalau
menyebutkannya, FAA akan dianggap memasuki wilayah lembaga lain. Yang
dimaksud adalah instansi pemerintah Federal
Communication Commission (FCC).
Tapi,
begitu FAA mengeluarkan pengumuman itu, FCC juga segera menyusulinya dengan pengumuman
baru. Memang pengumuman tersebut terasa mengambang, tapi semua pihak
menafsirkannya sebagai boleh menggunakan handphone
juga.
Inilah
bunyi pengumuman itu. ”Teknologi modern
memang bisa memberikan layanan handphone dengan aman dan tangguh. Dan, ada
waktunya nanti untuk merevisi aturan yang sudah kuno dan terlalu ketat itu.”
Aturan
yang diakui kuno dan ketat itu ternyata memang dikeluarkan pada 1968. Itu
pun, maksud utamanya adalah mengatur penggunaan frekuensi FM.
Tentu
semua orang tahu bahwa setiap handphone menyediakan menu airplane mode.
Maksudnya, meskipun lalu lintas komunikasi tetap terblokir, handphone tetap
bisa digunakan untuk keperluan lain: main game, menulis naskah, menyiapkan
teks SMS atau WA yang akan dikirim nanti, dan seterusnya.
Yang
terbaru, sejak minggu lalu, perusahaan penerbangan di Amerika mengizinkan boarding dengan menggunakan handphone. Penumpang tidak perlu lagi
memiliki boarding pass. Dengan
demikian, tidak perlu check-in juga. Mesin-mesin check-in otomatis, yang membuat penumpang bisa check in sendiri,
menjadi tidak relevan lagi.
Untuk
masuk pesawat, penumpang tinggal menempelkan layar handphone-nya ke alat yang biasanya digunakan untuk mendeteksi barcode pada boarding pass. ”Sejak minggu lalu, kami juga melayani boarding
dengan menggunakan jam tangan,” ujar seorang petugas boarding Delta Air di
Bandara Cleveland. Tentu jam tangan khusus yang kini mulai dipasarkan, yang
juga berfungsi untuk handphone itu.
Perkembangan
teknologi komunikasi memang seperti tak terbatas. Kini produsen alat-alat
rumah tangga seperti AC, mesin cuci, microwave, rice cooker, kulkas, dan
sebangsanya mulai khawatir. Produsen handphone yang lagi hot dari Tiongkok
seperti Xiaomi bisa menggulung mereka.
Pabrik
handphone itu juga akan memproduksi alat-alat rumah tangga yang didesain bisa
terhubung dengan handphone. Konsumen akan membeli alat rumah tangga yang bisa
dikendalikan dengan handphone tersebut. Jarak jauh.
Persaingan
di perusahaan penerbangan memang tidak pernah berhenti. Tiga perusahaan penerbangan
Amerika, American Airlines (terbesar di dunia), United, dan Delta, untuk kali
pertama berteriak bersama Kamis pekan lalu: Tiga perusahaan penerbangan Timur
Tengah tidak fair.
Emirates,
Etihad, dan Qatar Airways mereka tuduh menerima subsidi pemerintah sampai 40
miliar dolar AS sejak 2004. Akibatnya, mereka sangat kompetitif. Emirates,
misalnya, sekarang terbang langsung dari Dubai ke tujuh kota di Amerika.
”Sejak Januari lalu saja naik 25 persen,” bunyi pernyataan mereka.
Rupanya
bukan hanya Singapore Airlines yang terpukul oleh Emirates dkk itu. Tiga kali
ke AS selama dua tahun terakhir, misalnya, saya memilih salah satu di antara
tiga maskapai itu karena ingin merasakan pesawat terbesar dan terbaru A380.
Tidak satu pun perusahaan penerbangan Amerika yang mengoperasikan pesawat
itu.
Tapi,
Emirates ternyata jeli. Ia menyerang balik: Sejak 2000, tiga perusahaan
penerbangan Amerika itu menerima bantuan pemerintah AS sebesar 70 miliar
dolar. Memang bentuknya bukan subsidi langsung. Tapi, bagi mereka, itu tidak
ada bedanya.
Begitulah
raksasa-raksasa dunia bertempur. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar