Kapitalis
si Tertuduh
Bambang Setiaji ; Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta
|
JAWA POS, 04 Mei 2015
KATA kapitalisme dan
liberalisme sering menjadi alat untuk menggambarkan perilaku pengusaha dan
sistem ekonomi pasar bebas yang merugikan masyarakat. Kata tersebut juga
dikonotasikan dengan kolonialisme yang begitu membekas dalam khazanah makna
kita semua. Pelakunya disebut kapitalis menunjuk kepada orang yang sangat
kaya karena bisnis. Pendukungnya, terutama pengambil kebijakan, juga antek
kapitalis atau para komprador.
Kelompok antikapitalis
dan liberal umumnya sangat waspada terhadap globalisasi, tema Masyarakat
Ekonomi ASEAN, modal asing, TKW dan TKI, sangat pro pemerataan dan
mengontradiksikan pertumbuhan dan ketimpangan. Partai-partai pembela ’’wong
cilik’’ gemar sekali menggunakan retorika di sekitar tema-tema tersebut. Tulisan ini adalah
pertobatan setelah dalam waktu yang panjang ikut dalam gelombang pemikiran
tersebut.
Orang Kaya dan Sangat Kaya
Pertama yang perlu
dipertanyakan adalah berbahayakah adanya segelintir orang yang sangat kaya.
Pemikiran antikapitalis dan liberalis membayangkan sebuah masyarakat utopis
bahwa ekonomi tumbuh merata, terdapat banyak sekali pengusaha menengah, dan
kalau bisa tidak ada orang yang sangat kaya atau segelintir orang yang
menguasai ekonomi.
Sepanjang swasta masih
diberi peran dan ruang gerak menciptakan berbagai produk dan layanan, adanya
segelintir orang kaya adalah alami. Pertanyaannya, mana yang lebih baik,
ekonomi dikuasai oleh banyak orang kaya atau segelintir orang yang sangat
kaya. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan dua ukuran. Pertama,
humanistik, misalnya mana yang paling baik bagi orang miskin. Kedua, mana
yang lebih mendorong kemajuan.
Ekonomi yang dikuasai
orang kaya biasa yang relatif merata sebenarnya kurang maju. Kemajuan ekonomi
harus didahului dengan riset dan riset memerlukan biaya besar. Riset menjadi
tugas negara melalui perguruan tinggi. Akan tetapi, dalam kasus negara kita,
riset perguruan tinggi masih cenderung menjadi proyek dan administratif
kebutuhan naik pangkat.
Dari sisi kemajuan
bahwa orang yang sangat kaya lebih memungkinkan daripada orang kaya biasa.
Sekarang dari sisi humanistik, manakah yang lebih pro-orang miskin. Apakah
orang kaya biasa atau segelintir orang kaya? Dalam bidang politik, kita
melihat banyak rakyat biasa yang semula tidak dikenal bisa menjadi pejabat
daerah dan bahkan negara. Dalam bidang ekonomi, ternyata orang kaya biasa
tidak memungkinkan transformasi sosial seperti itu. Orang kaya biasa akan
mewariskan bisnisnya kepada keluarganya, terutama anak-anaknya. Lingkaran
bisnis menjadi tertutup dan rakyat sulit menembus atau menjadi pemain baru.
Akan tetapi, bagi segelintir orang yang sangat kaya yang memiliki banyak
perusahaan dan anak-anak perusahaan, mereka cenderung menjadi modern. Bisnis
dan keluarga dipisahkan. Rekrutmen karyawan dilakukan berbasis tes dan
dilaksanakan oleh lembaga independen. Hal itu memungkinkan pemuda miskin yang
cakap lolos tes dan akhirnya menjadi CEO. Kata kuncinya adalah rekrutmen
objektif berbasis tes dan pengamatan kinerja. Jadi, harta orang yang sangat
kayalah yang sebelum meninggal sudah diwariskan. Merekalah yang memungkinkan
menjadikan orang miskin bertransformasi menjadi CEO sama dengan demokratisasi
yang dibuka sejak reformasi memungkinkan siapa saja menjadi pimpinan politik.
Pada masa modern, para
CEO yang sebenarnya berkuasa. Mereka yang kemudian mengatur untuk membesarkan
perusahaan dan mengatur berapa laba yang akan diraih dan diberikan kepada
pemilik. Para CEO cenderung membesarkan perusahaan daripada memupuk sekadar
laba untuk kepentingan pemilik. CEO akhirnya meminta perekrutan pekerja
berkualitas lebih banyak. Pekerjaan berkualitas itulah yang ditunggu oleh
rakyat yang sekarang memiliki pendidikan lebih baik.
Modal Asing
Globalisasi, MEA, dan
modal asing merupakan tema satu paket. Modal asing kurang lebih dikutuk
karena katanya membuat negara tergadai. Tetapi, sebenarnya rakyat, terutama
pekerja, sangat mendambakan itu. Modal asing membawa standar upah dan
tunjangan-tunjangan, terutama kesehatan, yang lebih baik. Modal asing
sebenarnya juga bisa taat terhadap perbaikan lingkungan sebagaimana mereka
sudah biasa diregulasi di negara asalnya. Lingkungan umumnya menjadi rusak
karena petugas negara yang mengajari demikian.
Dengan demikian, yang
diuntungkan modal asing adalah rakyat jelata dan generasi terdidik kita
karena bisa memperoleh tantangan dan sekaligus pendapatan lebih baik. Yang
paling dirugikan adalah orang kaya atau pemilik modal dalam negeri. Dengan
demikian, antimodal asing sebagai prorakyat sebenarnya tidak terbukti.
Tuhan Meletakkan Batas
Apakah ketimpangan
selalu buruk? Tidak. Sebagaimana ilustrasi dia atas, ketimpangan diperlukan
supaya ada segelintir orang yang sanggup membiayai riset untuk kemajuan
bangsa. Tetapi, perlu dielaborasi lebih lanjut soal ketimpangan.
Misalnya, semula si
miskin memakan dua dan si kaya memakan enam. Terjadi ketimpangan bahwa si
miskin hanya mendapat sepertiga. Kemudian, terjadilah pertumbuhan ekonomi,
upah minimun meningkat. Sekarang si miskin sudah bisa memakai handphone dan
naik sepeda motor. Secara umum, si miskin sudah meningkat tiga kali lipat.
Sekarang si miskin mendapat enam seperti si kaya pada waktu itu. Namun, si
kaya sekarang mendapat 60, jauh lebih tinggi lagi. Diukur dari ketimpangan
sekarang, si miskin hanya memperoleh sepersepuluh dari si kaya. Apabila
diukur dengan suatu indeks, misalnya, gini ratio, keadaan memburuk bahwa
kelompok si miskin memperoleh semula sepertiga menjadi sepersepuluh dari kue
nasional.
Kecemasan kita
terhadap orang kaya dan sangat kaya tidak perlu dilanjutkan. Yang paling
penting diperhatikan apakah rakyat terbawah membaik, terdapat banyak
pekerjaan, dan pekerjaan yang berkualitas. Orang paling miskin diberi saja pekerjaan
dengan imbalan kurang lebih sama dengan apabila mereka berusaha di sektor
terbawah. Yang perlu ditolong adalah kelompok menengah, sarjana-sarjana
menganggur yang memiliki pendidikan. Beri mereka subsidi bunga sehingga
memperoleh insentif untuk berusaha. Dengan pendidikannya yang lebih baik,
mereka akan memperbaiki kualitas produk serta tingkat kesehatan dan harapan
hidup rakyat akan meningkat. Kebencian kepada kapitalis si segelintir orang sangat kaya
sebenarnya lebih kepada kecemburuan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar