Rabu, 20 Mei 2015

Antisipasi Perlambatan Ekonomi

Antisipasi Perlambatan Ekonomi

Aunur Rofiq ; Sekjen DPP PPP; Praktisi Bisnis
KORAN SINDO, 19 Mei 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Menurunnya sumber pertumbuhan ini mengindikasikan menurunnya permintaan masyarakat. Konsumsi di dalam negeri menurun karena konsumsi masyarakat terganggu dengan ada kenaikan harga beberapa barang pokok serta kebijakan moneter yang ketat. Dari sisi ekspor, masih dalam tren perlambatan mengingat mayoritas ekspor dari Indonesia berupa komoditas yang harganya tengah turun.

Kinerja ekspor lebih banyak didorong sektor manufaktur, namun jumlahnya tak signifikan. Penguatan dolar belakangan ini ternyata tidak mampu dimanfaatkan untuk mendorong ekspor karena negara tujuan utama pasar ekspor seperti Tiongkok dan Eropa juga mengalami perlambatan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor selama triwulan I 2015 sebesar USD39,12 miliar serta realisasi impor USD36,7 miliar. Awal tahun ini pemerintah berhasil mengantongi surplus perdagangan USD2,42 miliar. Surplus perdagangan terbesar terjadi pada Maret 2015 sebesar USD1,13 miliar dipicu oleh surplus sektor nonmigas USD1,41 miliar walaupun sektor migas defisit USD0,28 miliar.

Meski neraca perdagangan Maret mengalami surplus, lebih disebabkan penurunan impor yang lebih tajam. Penurunan impor justru menjadi indikasi perlambatan ekonomi. Komponen impor terbesar adalah barang modal dan bahan baku. Impor barang modal turun 10,3% dan bahan baku turun 16,2%.

Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal I 2015, menurut perkiraan BI, berada pada level 1,6% terhadap PDB. Lebih rendah dari perkiraan awal BI sebesar 1,8% hingga 2%. Surplus neraca perdagangan dalam tiga bulan pertama tahun ini akan menekan CAD ke level yang rendah.

Mengejar Target

Bagaimana caranya agar Indonesia dapat berhasil mencapai target pertumbuhan ekonomi 5.7% pada 2015 dan mengatasi pelemahan ekonomi? Sejumlah langkah sangat diperlukan. Pertama, mempercepat realisasi investasi publik di sektor infrastruktur. Dalam APBN Perubahan 2015, belanja pemerintah pusat di alokasi senilai Rp1.319,5 triliun.

Dari jumlah itu, terdapat Rp290,3 triliun yang dialokasikan untuk belanja infrastruktur. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) mendapat paling banyak sebesar Rp105 triliun, Kementerian Perhubungan Rp52,5 triliun, serta Kementerian ESDM sebesar Rp5,9 triliun. Adapun belanja modal seluruh BUMN di Tanah Air diproyeksi mencapai Rp300 triliun pada tahun ini.

Kedua, mempercepat penyerapan APBNP 2015 yang baru terserap sebanyak 18,5% hingga 31 Maret 2015. Pengeluaran pemerintah ini diharapkan bisa menjadi stimulus ekonomi, di tengah kelesuan ekspor dan investasi serta konsumsi. Serapan APBNP 2015 yang rendah ini juga menyebabkan sejumlah pembangunan proyek infrastruktur melambat yang kemudian berandil besar dalam penurunan penyaluran kredit perbankan dan melemahnya konsumsi domestik.

Mempercepat belanja pemerintah (government spending) juga sangat penting untuk memberikan sinyal positif kepada para investor asing yang telah berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia sehingga bisa mendorong peningkatan ekspor. Ketiga, mendorong kinerja sektor industri manufaktur. Pelemahan ekonomi juga ditunjukkan oleh indeks manufaktur triwulan I 2015 sebesar 45,08% atau lebih rendah dari triwulan IV 2014, 48,89%.

Indonesia harus mengembangkan sektor industri manufaktur berorientasi ekspor untuk menopang pelemahan ekspor utama yakni harga komoditas yang turun, yang menyebabkan kinerja ekspor Indonesia menurun secara drastis. Lebih buruk, dalam beberapa waktu mendatang tidak terlihat ada tanda akan menguatnya harga komoditas.

Untuk mengatasi posisi rentan ini, Indonesia harus mendiversifikasikan produk ekspor nasional, khususnya industri hilir untuk produk manufaktur bernilai tambah. Penting bagi perekonomian untuk memiliki banyak industri dasar dan industri hilir yang memadai untuk mengimbangi besarnya kebutuhan produk jadi di dalam negeri. Akibat itu, kita banyak bergantung pada produk impor.

Tak mengherankan jika pasar dalam negeri terus diserbu produk impor yang nyatanya juga lebih murah dan berkualitas. Maka, bisa dipahami jika neraca perdagangan kita terus defisit. Salah satu kelemahan dalam membangun daya saing kita adalah kurangnya industri manufaktur dasar yang kuat karena lemahnya daya dukung dalam sektor ini.

Ini yang menyebabkan para industriawan di dalam negeri banyak beralih menjadi pedagang. Menjadi pedagang adalah pilihan yang realistis karena risikonya kecil dan lebih menguntungkan. Dengan menjadi pedagang, mereka terhindar dari persoalan klasik seperti birokrasi yang bertele-tele serta ekonomi biaya tinggi akibat mahalnya biaya logistik, pungli, dan minimnya infrastruktur.

Keempat , meningkatkan sisi suplai domestik adalah hal penting karena penduduk Indonesia yang besar, kini memiliki pertumbuhan pesat masyarakat kelas menengah yang sekarang berjumlah sekitar 75 juta orang, dengan mendorong produk manufaktur dalam negeri. Akibat kurangnya manufaktur dalam negeri, situasi ini menyebabkan inflasi dan kenaikan impor sehingga menimbulkan tekanan pada neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan.

Kelima, di tengah kondisi pelemahan ekonomi, penting untuk tidak memalingkan perhatian pada kinerja dan keberlangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai bantalan ekonomi dalam mengatasi kelesuan ekonomi. Sekarang ini masyarakat ekonomi bawah sudah mulai merasakan ada tekanan ekonomi akibat kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok, kenaikan BBM dan gas elpiji yang juga menekan omzet UMKM.

Pemerintah harus mempersiapkan skema bagi keberlangsungan UMKM untuk mengatasi masalah penurunan daya beli masyarakat dan kemungkinan meluasnya ancaman PHK karena omzet dunia usaha yang kini mulai menurun.   ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar