Jemaah
Haji dari Israel
Arab Saudi : Berkawan dengan Israel,
Berseteru dengan Iran..Suriah..dan Qatar
Zuhairi Misrawi ; Intelektual Muda Nahdlatul Ulam;
Analis Pemikiran dan Politik Timur-Tengah
di The Middle East Institute
|
DETIKNEWS,
30 Agustus
2018
Akun Twitter Israel dalam
bahasa Arab @ArabicIsrael mengucapkan terima kasih atas kemudahan yang
diberikan Arab Saudi bagi jemaah haji dari Israel. "Puji Tuhan, Israel
telah diberikan kemudahan oleh Arab Saudi bagi 4.000 lebih warganya yang
Muslim untuk berziarah ke bumi Hijaz dalam rangka menunaikan ibadah
haji," tulis akun resmi pemerintah Israel.
Di bawah kicauan Israel
tersebut, terdapat pernyataan Abdullatif bin Abdulaziz Al Syaikh, Menteri
Urusan Islam, Dakwah, dan Bimbingan Arab Saudi, yang melontarkan pujian
kepada Israel karena tidak melarang 4.000 lebih warganya yang Muslim untuk
menunaikan ibadah haji. "Sangat mengejutkan, Negara Israel tidak
melarang warganya untuk datang ke Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah haji.
Sedangkan ada beberapa negara yang justru melarang warganya untuk menunaikan
ibadah haji," ujar Abdulaziz Al Syaikh.
Sontak, kedua pernyataan
tersebut menimbulkan reaksi di Timur-Tengah. Setidaknya netizen memandang ada
dua pemandangan yang unik dari apa yang dipertontonkan oleh Arab Saudi dan
Israel kepada publik. Pertama, hubungan mesra antara Arab Saudi dan Israel.
Pujian Arab Saudi terhadap Israel yang disampaikan secara terbuka terkait
ibadah haji warga Israel yang Muslim terlihat ganjil, karena disertai dengan
pernyataan sinis terhadap beberapa negara Arab yang dianggap melarang
warganya menunaikan ibadah haji yang diwajibkan dalam Islam, khususnya bagi
mereka yang mempunyai kemampuan.
Secara implisit, sindiran
Arab Saudi tersebut ditujukan kepada Suriah yang dalam 7 tahun terakhir tidak
mengirimkan warganya untuk menunaikan ibadah haji. Sedangkan Qatar sudah 2
tahun tidak mengirimkan warganya untuk melaksanakan ibadah haji. Tahun lalu
Iran juga memboikot pelaksanaan ibadah haji bagi warganya menyusul ketegangan
politik antara kedua negara.
Hubungan antara Arab Saudi
dengan Suriah dan Qatar terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir akibat
perselisihan yang tidak kunjung selesai. Sejak angin revolusi berembus di
Suriah, Arab Saudi termasuk pihak terdepan yang menyerukan #GantiPresiden.
Sedangkan terhadap Qatar, Arab Saudi melakukan blokade udara, darat, dan
laut, termasuk blokade ekonomi. Karenanya, kedua negara tersebut memutuskan
untuk menyetop pengiriman jemaah haji, karena khawatir tidak ada jaminan
keamanan dan pelayanan terbaik bagi warganya yang hendak menunaikan jemaah
haji.
Ironisnya, Arab Saudi
justru memuji pemerintah Israel yang selama ini dikenal sebagai musuh
bebuyutan dunia Arab dan menyindir kedua negara tetangganya dalam hal
pengiriman jemaah haji. Hal tersebut telah menimbulkan kegemparan di
Timur-Tengah, karena Arab Saudi secara terang-terangan menunjukkan kemesraan
terhadap Israel. Sebaliknya, secara terbuka bersikap kasar terhadap Suriah
dan Qatar.
Kedua, frase yang banyak
dipersoalkan oleh netizen yaitu pengakuan atas "Negara Israel".
Abdulaziz Al Syaikh secara eksplisit menyebut Israel dengan
"negara" yang juga dapat menjelaskan semakin mesranya hubungan Arab
Saudi dan Israel. Frase tersebut masih sangat kontroversial di Timur-Tengah,
bahkan bagi dunia Islam. Meski Israel sudah resmi berdiri dan diakui sebagai
negara oleh PBB sejak 1948, tetapi kehadiran Israel di bumi Palestina masih
menjadi "petaka" (nakba), karena Israel lebih tepat dianggap
sebagai "penjajah".
Terlepas dari kontroversi
pernyataan Menteri Urusan Islam, Dakwah, dan Bimbingan Arab Saudi tersebut,
sebenarnya yang harus mendapatkan perhatian adalah perihal eksistensi warga
Muslim di Israel. Di tengah mayoritas warga Yahudi di Israel, rupanya
terdapat minoritas warga Muslim yang jumlahnya terus bertambah, sekitar 1,4
juta warga. Secara prosentase, jumlah warga Muslim di Israel sekitar 17%,
yang sebagian besar berbahasa Arab.
Pada 1948, ketika Israel
berdiri, jumlah warga Muslim sekitar 200.000. Jumlah tersebut terus bertambah
hingga 1,4 juta pada 2016. Secara mazhab, di antara mereka ada yang Sunni,
Syiah, Alawiyah, Ahmadiyah, Sufi, dan Tarekat Syadziliyah. Ada sekitar 500 masjid
dengan 300 lebih imam yang dibiayai oleh Israel. Ada sekitar 26.000 pelajar
Muslim yang tersebar di berbagai lembaga pendidikan, dan 1.700 warga Muslim
yang menjadi militer.
Menurut statistik yang
dikeluarkan kementerian Luar Negeri Israel, pertumbuhan populasi warga Muslim
di Israel sejak 1948 sekitar 10 kali lipat. Anggaran yang dikeluarkan per
tahun bagi warga Arab Muslim sekitar 4 miliar dolar AS untuk pembangunan bagi
mereka.
Warga Muslim di Israel
mempunyai kebebasan untuk menunaikan ibadah, termasuk puasa Ramadan dan
ibadah haji. Di samping itu, mereka mempunyai museum kesenian Islam di
Jerusalem yang disokong sepenuhnya oleh pemerintah Israel.
Meskipun mayoritas warga
Israel adalah penganut Yahudi, yang konon mencapai 75%, tetapi tidak bisa dimungkiri
ada 17% warga Muslim di Israel yang menjadi warga negara. Mereka mempunyai
hak yang setara dengan warga negara Yahudi lainnya, termasuk dalam hal
membela negara.
Sebagai minoritas di
Israel, warga Arab Muslim membutuhkan perhatian dari kita semua. Nasib mereka
tidak selalu mujur. Ketegangan politik yang kerap berkecamuk dengan Palestina
sangat berpengaruh terhadap nasib warga Muslim di Israel. Mereka kerap
mendapatkan ketidakadilan, termasuk hak mereka untuk memilih dan untuk
dipilih dalam parlemen kerap mendapatkan ketidakadilan.
Apalagi setelah terbitnya
undang-undang baru yang secara resmi menyebut Israel sebagai negara-bangsa
bagi warga Yahudi, hal tersebut telah menimbulkan protes dari warga Arab
Muslim di Israel. Mereka mempertanyakan undang-undang yang secara eksplisit
bertentangan dengan konstitusi Israel yang telah menjamin kesetaraan bagi
setiap warganya, apapun agama, warna kulit, suka, dan bahasanya.
Selamat bagi warga Muslim
Israel yang baru saja menunaikan ibadah haji. Semoga nasib mereka di
masa-masa mendatang semakin baik, tidak didiskriminasi oleh kelompok
mayoritas. Mereka sebenarnya dapat digunakan sebagai juru runding perdamaian
antara Israel dan Palestina, bahkan juru runding perdamaian di Timur-Tengah. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar