Senin, 17 September 2018

Watergate II?

Watergate II?
MH Samsul Hadi  ;  Wartawan Senior Kompas
                                                    KOMPAS, 10 September 2018



                                                           
Publik Amerika Serikat pekan lalu dikejutkan oleh ”kudeta”—meminjam istilah mantan Kepala Strategi Gedung Putih Steve Bannon—di Gedung Putih melalui artikel opini tanpa penyebutan penulis di harian terkemuka negeri itu, The New York Times (NYT), Rabu (5/9/2018). Di Indonesia, artikel penulis anonim berjudul ”I Am Part of the Trump Resistance” itu terbit di halaman muka NYT, Jumat (7/9).

”Banyak orang yang diangkat Trump bertekad untuk melakukan apa yang bisa kami lakukan untuk menjaga institusi-institusi demokratis kami sembari menggagalkan dorongan hati Trump yang tak terarah lainnya hingga dia tersingkir dari pemerintah,” demikian antara lain isi artikel itu.

NYT mengatakan, artikel itu ditulis seorang pejabat senior di tubuh pemerintahan Donald Trump. Artikel itu dipublikasikan tanpa nama penulis, yang identitasnya diketahui NYT, untuk melindungi penulis dalam menyampaikan perspektif penting tentang pemerintahan Trump kepada pembacanya.

Editor Opini NYT, James Dao, mengungkapkan, artikel itu dikirim sepekan sebelum diterbitkan lewat seorang perantara. Semula NYT tak mau memikul kerahasiaan penulis artikel itu hingga para editor koran itu yakin dengan identitas penulis.

”Kami sangat jarang melakukan hal seperti ini. Mungkin ini yang keempat kali kami lakukan dalam tiga tahun terakhir,” ujar Dao melalui podcast The Daily milik NYT, Kamis lalu.

Sementara keputusan NYT menurunkan artikel opini tanpa identitas penulisnya menjadi bahan perdebatan birokrat pemerintahan Trump, politisi, ataupun pengamat media di AS, publikasi artikel itu merupakan satu dari tiga guncangan yang membuat Presiden Trump bak kebakaran jenggot.

Dua guncangan lain ditimbulkan oleh rencana wartawan veteran Bob Woodward merilis buku terbarunya, Fear: Trump in the White House, pada 11 September mendatang dan peluncuran film dokumenter Fahrenheit 11/9 besutan sutradara Michael Moore di Festival Film Internasional Toronto, Kamis lalu. Seperti artikel opini anonim di NYT, Woodward dan Moore sama-sama menyoroti kekacauan pemerintahan Trump.

Woodward bersama rekannya, Carl Bernstein, pernah mengungkap skandal Watergate pada awal 1970-an, yang turut andil menyebabkan jatuhnya pemerintahan Presiden Richard Nixon. ”Itu jelas kudeta,” ujar Bannon, yang dipecat Trump, Agustus 2017, kepada Reuters, merujuk artikel di NYT.

Melihat kekacauan dengan berbagai intriknya di Gedung Putih dalam 20 bulan pertama pemerintahan Trump, sebagian kalangan mulai membandingkan situasi ini dengan saat-saat menjelang tumbangnya Nixon. Bahkan, Minggu (9/9), Associated Press (AP) melansir laporan yang secara khusus membandingkan situasi jatuhnya Nixon dengan situasi pemerintahan Trump saat ini.

”Hampir semua elemen dalam keruwetan Trump memiliki kesamaan dengan Watergate,” tulis AP.

Jika dulu Nixon memerintahkan jaksa agung dan deputinya agar memecat jaksa penyidik skandal Watergate, Trump mencopot pejabat jaksa agung dan Direktur FBI James Comey. Hal yang mendorong adanya penyelidikan jaksa penyidik khusus Robert Mueller dalam skandal intervensi Rusia di Pilpres 2016.

Jika dulu ada John Dean, jaksa Dewan Penasihat Gedung Putih yang membelot dari Nixon; kini ada Michael Cohen, eks pengacara Trump, atau Don McGahn dari Dewan Penasihat Gedung Putih yang keduanya mau bekerja sama dengan aparat penyidik AS. Seperti pada skandal Watergate, dua wartawan, Woodward dan Bernstein, kini mulai turun gunung.

Apakah situasi pemerintahan Trump saat ini akan mengulang kejatuhan Nixon dan menjadi Watergate jilid II? Waktu yang akan menjawab. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar