Watergate
II?
MH Samsul Hadi ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS,
10 September
2018
Publik Amerika Serikat
pekan lalu dikejutkan oleh ”kudeta”—meminjam istilah mantan Kepala Strategi Gedung
Putih Steve Bannon—di Gedung Putih melalui artikel opini tanpa penyebutan
penulis di harian terkemuka negeri itu, The New York Times (NYT), Rabu
(5/9/2018). Di Indonesia, artikel penulis anonim berjudul ”I Am Part of the
Trump Resistance” itu terbit di halaman muka NYT, Jumat (7/9).
”Banyak orang yang
diangkat Trump bertekad untuk melakukan apa yang bisa kami lakukan untuk
menjaga institusi-institusi demokratis kami sembari menggagalkan dorongan
hati Trump yang tak terarah lainnya hingga dia tersingkir dari pemerintah,”
demikian antara lain isi artikel itu.
NYT mengatakan, artikel
itu ditulis seorang pejabat senior di tubuh pemerintahan Donald Trump.
Artikel itu dipublikasikan tanpa nama penulis, yang identitasnya diketahui
NYT, untuk melindungi penulis dalam menyampaikan perspektif penting tentang
pemerintahan Trump kepada pembacanya.
Editor Opini NYT, James
Dao, mengungkapkan, artikel itu dikirim sepekan sebelum diterbitkan lewat
seorang perantara. Semula NYT tak mau memikul kerahasiaan penulis artikel itu
hingga para editor koran itu yakin dengan identitas penulis.
”Kami sangat jarang
melakukan hal seperti ini. Mungkin ini yang keempat kali kami lakukan dalam
tiga tahun terakhir,” ujar Dao melalui podcast The Daily milik NYT, Kamis
lalu.
Sementara keputusan NYT
menurunkan artikel opini tanpa identitas penulisnya menjadi bahan perdebatan
birokrat pemerintahan Trump, politisi, ataupun pengamat media di AS,
publikasi artikel itu merupakan satu dari tiga guncangan yang membuat
Presiden Trump bak kebakaran jenggot.
Dua guncangan lain
ditimbulkan oleh rencana wartawan veteran Bob Woodward merilis buku
terbarunya, Fear: Trump in the White House, pada 11 September mendatang dan
peluncuran film dokumenter Fahrenheit 11/9 besutan sutradara Michael Moore di
Festival Film Internasional Toronto, Kamis lalu. Seperti artikel opini anonim
di NYT, Woodward dan Moore sama-sama menyoroti kekacauan pemerintahan Trump.
Woodward bersama rekannya,
Carl Bernstein, pernah mengungkap skandal Watergate pada awal 1970-an, yang
turut andil menyebabkan jatuhnya pemerintahan Presiden Richard Nixon. ”Itu
jelas kudeta,” ujar Bannon, yang dipecat Trump, Agustus 2017, kepada Reuters,
merujuk artikel di NYT.
Melihat kekacauan dengan
berbagai intriknya di Gedung Putih dalam 20 bulan pertama pemerintahan Trump,
sebagian kalangan mulai membandingkan situasi ini dengan saat-saat menjelang
tumbangnya Nixon. Bahkan, Minggu (9/9), Associated Press (AP) melansir
laporan yang secara khusus membandingkan situasi jatuhnya Nixon dengan situasi
pemerintahan Trump saat ini.
”Hampir semua elemen dalam
keruwetan Trump memiliki kesamaan dengan Watergate,” tulis AP.
Jika dulu Nixon
memerintahkan jaksa agung dan deputinya agar memecat jaksa penyidik skandal
Watergate, Trump mencopot pejabat jaksa agung dan Direktur FBI James Comey.
Hal yang mendorong adanya penyelidikan jaksa penyidik khusus Robert Mueller
dalam skandal intervensi Rusia di Pilpres 2016.
Jika dulu ada John Dean,
jaksa Dewan Penasihat Gedung Putih yang membelot dari Nixon; kini ada Michael
Cohen, eks pengacara Trump, atau Don McGahn dari Dewan Penasihat Gedung Putih
yang keduanya mau bekerja sama dengan aparat penyidik AS. Seperti pada
skandal Watergate, dua wartawan, Woodward dan Bernstein, kini mulai turun
gunung.
Apakah situasi pemerintahan
Trump saat ini akan mengulang kejatuhan Nixon dan menjadi Watergate jilid II?
Waktu yang akan menjawab. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar