Menjadi
Guru yang Profesional
Azwar Anas ; Guru Sekolah Sukma Bangsa
|
MEDIA
INDONESIA, 30 April 2018
KOMITMEN membangun pendidikan
sebagai fondasi bangsa untuk maju dan berkembang dinyatakan dengan tegas
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Demi tujuan 'mencerdaskan
kehidupan bangsa', pembangunan pendidikan harus dilakukan pada berbagai
komponen utama pendidikan, yakni sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum
yang mampu meresposn perkembangan zaman, keterlibatan masyarakat, dan tentu
saja sumber daya kependidikan yang berkualitas.
Pembangunan sumber daya
kependidikan yang berkualitas, penting untuk digarisbawahi, menimbang para
guru ialah garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan siswa di dalam
kelas.
Merekalah menjadi orang pertama
yang membuat siswa mengerti dan paham mengenai mata pelajaran yang diajarkan.
Selain itu, para guru juga menjadi
aktor penting untuk memberi bekal pengetahuan dan keterampilan pada murid
berkaitan dengan etika, kemampuan untuk bertahan dalam hidup, moral, empati,
kreasi, dan sebagainya.
Sementara itu, terdapat
permasalahan terkait dengan kualitas guru di Indonesia.
Rendahnya kualitas guru di
Indonesia, misalnya, dapat dilihat dari nilai rata-rata nasional tes calon
guru PNS di SD, SLTP, SLTA, dan SMK.
Pada 1998/1999, di bidang studi
matematika, angka yang dicapai hanya 27,67% dari interval 0-100. Artinya,
para guru hanya menguasai 27,67% dari materi yang seharusnya.
Hal serupa juga terjadi pada
bidang studi lain, seperti fisika (27,35%), biologi (44,96%), kimia (43,55%),
dan bahasa Inggris (37,57%).
Nilai-nilai tersebut sangat jauh
dari batas ideal, yaitu minimum 75% sehingga seorang guru dapat menguasai mata
pelajaran dengan baik. Hasil lain yang lebih memprihatinkan ialah penelitian
dari Konsorsium Ilmu Pendidikan (2000) memperlihatkan bahwa 40% guru SMP dan
33% guru SMA mengajar bidang studi di luar bidang keahliannya.
Angka ini tentu saja memancing pertanyaan
berkaitan dengan profesionalitas guru. Bagaimana guru dapat dikatakan
profesional jika tingkat penguasaan materi mata pelajaran yang diampu masih
rendah, dan masih banyak guru yang mengajar di luar bidang keilmuannya?
Persoalan profesionalitas guru
berimbas pada rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, terutama jika dibandingkan dengan mutu pendidikan di negara maju.
Hasil survei yang dilakukan United
Nations Development Program (UNDP) tentang peringkat indeks pembangunan
manusia menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga,
posisi Indonesia jauh tertinggal.
Di antara 174 negara yang di
survei, peringkat Indonesia dari tahun ke tahun selalu berada di zona bawah
(Fathurrohman dan Suryana: 2012).
Ciri
guru profesional
Terdapat berbagai komponen yang
harus dimiliki seorang guru agar dapat dikatakan sebagai guru profesional,
yakni afeksi, penguasaan ilmu pengetahuan, penyajian bahan pelajaran,
hubungan guru dengan murid, dan hubungan guru dengan orang dewasa
(Fathurrohman dan Suryana: 2012).
Guru profesional hendaknya
memiliki komponen afeksi yang mencakup karakter yang baik sebagai sikap utama
yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Guru yang
memiliki afeksi yang baik akan dipandang sebagai sosok yang sempurna dalam
bersikap dan menjadi uswatun hasanah bagi murid-muridnya.
Hal ini ditunjukkan dalam beberapa
ciri, yakni sabar, bijaksana, ulet, rendah hati, beriman, dan berakhlak
mulia.
Komponen afeksi guru dapat
dibentuk melalui berbagai peraturan atau budaya baik yang dijalankan di
sekolah.
Komponen penguasaan ilmu
pengetahuan mencakup pengalaman pendidikan formal yang sesuai dengan bidang
yang diampu sehingga guru menguasai dan mampu mengembangkan berbagai
pengetahuan di bidang tersebut.
Guru profesional hendaknya
mengajar sesuai dengan bidang keahliannya.
Guru yang mengajar sesuai dengan
pendidikannya akan lebih mudah mendidik dan mentransfer pengetahuan kepada
muridnya. Selain itu, guru profesional juga terus mengembangkan kapasitas
yang dimilikinya baik dalam segi pengetahuan, metode, maupun teknik mengajar.
Komponen penyajian bahan pelajaran
mencakup berbagai hal dalam menyajikan materi pelajaran kepada siswa seperti
bagaimana metode yang digunakan guru saat mengajar di dalam kelas.
Guru profesional hendaknya
menggunakan metode mengajar yang beragam dalam penyajian bahan pelajaran.
Penggunaan metode mengajar yang
beragam akan memberi berpengaruh positif pada hasil pembelajaran dibandingkan
metode yang monoton.
Ikatan
hubungan
Selain penggunaan metode, dalam
komponen penyajian pengetahuan guru juga harus mampu menanamkan cara berpikir
ilmiah serta kemampuan untuk bertindak sebagai promotor, fasilitator,
korektor, konsultan, dan manajer dalam mengelola proses belajar siswa.
Guru profesional juga harus cerdas
dalam membangun dan membina hubungan dengan muridnya. Pembelajaran di sekolah
akan berlangsung dengan harmonis jika guru dan peserta didik memiliki ikatan
hubungan yang erat layaknya seperti keluarga.
Kemampuan dan sensitivitas untuk
mengenal kondisi, sifat, tingkah laku, dan berbagai hal lain terkait dengan
murid menjadi sebuah keharusan bagi guru profesional.
Komponen terakhir yang harus
dimiliki guru profesional ialah hubungan guru dengan orang-orang dewasa. Guru
profesional harus membangun hubungan baik dengan sesama guru baik dalam satu
instansi kerja maupun berbeda.
Selain itu, guru juga harus terus
memupuk silaturahim dengan orangtua atau wali siswa dan seluruh anggota
masyarakat lainnya.
Hal ini selain untuk pribadi sang
guru dapat menjadi contoh di masyarakat juga dimaksudkan sebagai sarana bagi
guru dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
Ketika guru membangun hubungan
baik dengan sesama guru, akan menjadi jalan termudah baginya untuk mendiskusikan
berbagai hal terkait dengan profesinya sesama guru.
Begitu juga hubungan yang dibina
dengan orangtua atau wali siswa akan memudahkan guru dalam menyukseskan
pendidikan peserta didiknya.
Sudah saatnya seluruh guru di
Indonesia untuk terus memupuk sikap (afeksi) yang baik, menguasai ilmu
pengetahuan, dan menyajikan materi pelajaran dengan beragam metode dan teknik
yang baru.
Selain itu, terus membangun dan
membina hubungan baik antara guru dan siswa, guru dengan orang dewasa lain
yang meliputi sesama guru, orangtua atau wali siswa, dan anggota masyarakat
lainnya, karena menjadi guru yang profesional ialah sebuah keharusan dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar