Sabtu, 09 Mei 2015

Dakwah Pencerahan dan Pencerahan Dakwah

Dakwah Pencerahan dan Pencerahan Dakwah

Abd Sidiq Notonegoro  ;  Aktivis Muhammadiyah;
Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik
JAWA POS, 08 Mei 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

PIMPINAN Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PW PM) Jawa Timur hari ini (8/5) hingga lusa (10/5) menunaikan agenda lima tahunannya, yaitu musyawarah wilayah (muswil) XV untuk melakukan suksesi kepemimpinan. Tema yang diusung Progresivitas Dakwah Pemuda Muhammadiyah untuk Membangun Islam Berkemajuan. Tema tersebut tidak dilandasi faktor kegenitan, tapi berdasar fakta problem di tengah-tengah umat. Sehingga diharapkan kehadiran Pemuda Muhammadiyah di tengah-tengah umat dan bangsa dapat benar-benar membawa manfaat nyata.

Karena itu, tema tersebut jangan sampai sekadar slogan kosong tanpa kesadaran untuk menjadikannya sebagai ikrar hati. Tapi juga harus menjadi catatan penting bahwa sesungguhnya tidak mudah melakukan dakwah yang bersifat progresif demi terwujudnya bangunan Islam yang berkemajuan. Pemuda Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah harus mampu mengampu peran dakwah yang menjadi gerakan utama Muhammadiyah.

Agar lurus dalam membawa amanat Muhammadiyah –sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar– untuk selalu membawa kemaslahatan persyarikatan (organisasi), umat, dan bangsa, sangat diharapkan muswil itu tetap lurus dalam nilai serta norma musyawarah yang sudah digariskan oleh Muhammadiyah. Tidak terjadi transaksi-transaksi culas demi meloloskan orang-orang tertentu dalam tampuk kepengurusan sebagaimana yang jamak kita saksikan atau kita dengar di organisasi politik, yang ujung akhirnya tidak jauh dari perpecahan dan perselisihan.

Problem Umat

Pemuda Muhammadiyah harus mengerti dan menyadari bahwa problem keumatan saat ini semakin kompleks, yang mau tidak mau secara otomatis juga menjadi persoalan Muhammadiyah. Persoalan yang mendera umat Islam tidak hanya disebabkan faktor-faktor internal umat itu sendiri, tetapi juga faktor-faktor eksternal umat Islam. Tetapi jika direnungkan lebih dalam, persoalan internal merupakan problem yang paling berperan menjadikan peradaban Islam tampak tidak siap dalam menghadapi perkembangan zaman. Padahal, umat Islam sudah sangat yakin bahwa Islam merupakan ajaran paripurna yang tidak akan lekang oleh waktu sampai hari kiamat kelak.

Persoalan internal keumatan kita saat ini, antara lain, pertama, masih maraknya pola pikir jumud. Bekas-bekas budaya agraris yang masih memasrahkan nasib pada alam dan cenderung tidak berpikir progresif menjadikan umat Islam di negeri ini tidak kunjung keluar dari kungkungan kebodohan dan keterpurukan dalam semua aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun politik.

Kedua, mengkristalnya pemahaman keagamaan yang bersifat tekstual normatif di kalangan mayoritas umat. Di satu sisi, terjadinya kejumudan menyebabkan praktik keagamaan di tengah-tengah masyarakat tampak sangat jauh dari kesempurnaan. Sebab, umat hanya mengandalkan hasrat untuk taklid kepada seseorang yang dianggap mengerti agama –meski tidak teruji secara faktual. Di sisi lain, sebagai antitesis paham jumud, muncul kesadaran untuk kembali ke teks suci (Alquran dan hadis). Hanya, semangat kembali ke teks suci tersebut belum dilandasi semangat mengeksplorasi pesan Ilahi tersebut, baru sebatas membaca teks, kemudian mengaplikasikan pada kehidupan. Akibatnya, agama pun terlihat kaku dan antikompromi dengan relativitas manusia. Akibatnya, pembacaan terhadap teks suci kerap berbenturan dengan realitas keumatan.

Sedangkan persoalan yang muncul dari sisi eksternal adalah semakin menguatnya sistem kapitalisme yang sangat hegemonis. Sistem kapitalisme itu dalam perjalanannya bersifat destruktif terhadap nilai-nilai budaya luhur sekaligus melibas masyarakat bangsa yang lemah secara ekonomi. Akibatnya, timbul resistansi yang akut di kalangan umat sebagai akibat ketidakberdayaan-nya dalam menghadapi gurita kapitalisme.

Pencerahan

Mewakili tugas berat Muhammadiyah, selaras dengan tema, Muswil XV Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur patut menjadikan ”pencerahan umat” sebagai agenda besar gerakan. Pencerahan dalam segala bidang. Baik bidang keagamaan, sosial, politik, maupun ekonomi. Bukan sebaliknya, Pemuda Muhammadiyah hanya hadir sebagai penggembira atau justru membuat kegaduhan yang tidak bermanfaat bagi siapa pun, termasuk Muhammadiyah.

Berkaitan dengan pencerahan, Pemuda Muhammadiyah punya dua tugas utama. Pertama, membawa misi ”dakwah pencerahan”. Makna dakwah pencerahan ialah mengajak umat untuk keluar dari keterpurukan dalam segala bidang. Baik keterpurukan dalam bidang keagamaan, sosial, ekonomi, maupun politik. Umat harus disadarkan bahwa sikap taklid buta pada pendapat kelompok atau orang tertentu tanpa dicerna secara cerdas oleh akal hanya menjadikan umat semakin tidak berdaya dan tidak berharga di muka bumi ini.

Kedua, Pemuda Muhammadiyah harus berani tampil sebagai motor ”pencerahan dakwah”. Dalam konteks ini, yang perlu dicerahkan adalah para juru dakwahnya. Saat ini tidak sedikit juru dakwah yang tidak mencerahkan, tetapi sebaliknya, menjerumuskan umat dalam keterpurukan. Di sisi lain, juga menjemukan dan membuat masyarakat semakin tidak tertarik untuk mendalami agama. Banyak juru dakwah yang hanya bondo nekat (bonek) atau modal nekat, yang tidak jarang justru semakin menyesatkan umat.

Semoga melalui musyawarah lima tahunan ini, Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur semakin mampu mengambil peran dakwah pencerahan yang menjadi cita-cita besar Muhammadiyah. Karena itu, musyawarah tersebut tidak hanya diributkan tentang siapa yang harus menjadi ketua dan pengurus di tingkat provinsi dengan mengabaikan cita-cita besar tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar