Dakwah
Pencerahan dan Pencerahan Dakwah
Abd Sidiq Notonegoro ; Aktivis Muhammadiyah;
Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik
|
JAWA POS, 08 Mei 2015
PIMPINAN Wilayah
Pemuda Muhammadiyah (PW PM) Jawa Timur hari ini (8/5) hingga lusa (10/5) menunaikan
agenda lima tahunannya, yaitu musyawarah wilayah (muswil) XV untuk melakukan
suksesi kepemimpinan. Tema yang diusung Progresivitas Dakwah Pemuda
Muhammadiyah untuk Membangun Islam Berkemajuan. Tema tersebut tidak dilandasi
faktor kegenitan, tapi berdasar fakta problem di tengah-tengah umat. Sehingga
diharapkan kehadiran Pemuda Muhammadiyah di tengah-tengah umat dan bangsa
dapat benar-benar membawa manfaat nyata.
Karena itu, tema
tersebut jangan sampai sekadar slogan kosong tanpa kesadaran untuk menjadikannya
sebagai ikrar hati. Tapi juga harus menjadi catatan penting bahwa
sesungguhnya tidak mudah melakukan dakwah yang bersifat progresif demi
terwujudnya bangunan Islam yang berkemajuan. Pemuda Muhammadiyah sebagai
salah satu organisasi otonom Muhammadiyah harus mampu mengampu peran dakwah
yang menjadi gerakan utama Muhammadiyah.
Agar lurus dalam
membawa amanat Muhammadiyah –sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar– untuk selalu membawa kemaslahatan
persyarikatan (organisasi), umat, dan bangsa, sangat diharapkan muswil itu
tetap lurus dalam nilai serta norma musyawarah yang sudah digariskan oleh
Muhammadiyah. Tidak terjadi transaksi-transaksi culas demi meloloskan
orang-orang tertentu dalam tampuk kepengurusan sebagaimana yang jamak kita saksikan
atau kita dengar di organisasi politik, yang ujung akhirnya tidak jauh dari
perpecahan dan perselisihan.
Problem Umat
Pemuda Muhammadiyah
harus mengerti dan menyadari bahwa problem keumatan saat ini semakin
kompleks, yang mau tidak mau secara otomatis juga menjadi persoalan
Muhammadiyah. Persoalan yang mendera umat Islam tidak hanya disebabkan
faktor-faktor internal umat itu sendiri, tetapi juga faktor-faktor eksternal
umat Islam. Tetapi jika direnungkan lebih dalam, persoalan internal merupakan
problem yang paling berperan menjadikan peradaban Islam tampak tidak siap
dalam menghadapi perkembangan zaman. Padahal, umat Islam sudah sangat yakin
bahwa Islam merupakan ajaran paripurna yang tidak akan lekang oleh waktu
sampai hari kiamat kelak.
Persoalan internal
keumatan kita saat ini, antara lain, pertama, masih maraknya pola pikir
jumud. Bekas-bekas budaya agraris yang masih memasrahkan nasib pada alam dan
cenderung tidak berpikir progresif menjadikan umat Islam di negeri ini tidak
kunjung keluar dari kungkungan kebodohan dan keterpurukan dalam semua aspek
kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun politik.
Kedua, mengkristalnya
pemahaman keagamaan yang bersifat tekstual normatif di kalangan mayoritas
umat. Di satu sisi, terjadinya kejumudan menyebabkan praktik keagamaan di
tengah-tengah masyarakat tampak sangat jauh dari kesempurnaan. Sebab, umat
hanya mengandalkan hasrat untuk taklid kepada seseorang yang dianggap
mengerti agama –meski tidak teruji secara faktual. Di sisi lain, sebagai
antitesis paham jumud, muncul kesadaran untuk kembali ke teks suci (Alquran
dan hadis). Hanya, semangat kembali ke teks suci tersebut belum dilandasi
semangat mengeksplorasi pesan Ilahi tersebut, baru sebatas membaca teks,
kemudian mengaplikasikan pada kehidupan. Akibatnya, agama pun terlihat kaku
dan antikompromi dengan relativitas manusia. Akibatnya, pembacaan terhadap
teks suci kerap berbenturan dengan realitas keumatan.
Sedangkan persoalan
yang muncul dari sisi eksternal adalah semakin menguatnya sistem kapitalisme
yang sangat hegemonis. Sistem kapitalisme itu dalam perjalanannya bersifat
destruktif terhadap nilai-nilai budaya luhur sekaligus melibas masyarakat
bangsa yang lemah secara ekonomi. Akibatnya, timbul resistansi yang akut di
kalangan umat sebagai akibat ketidakberdayaan-nya dalam menghadapi gurita
kapitalisme.
Pencerahan
Mewakili tugas berat
Muhammadiyah, selaras dengan tema, Muswil XV Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur
patut menjadikan ”pencerahan umat” sebagai agenda besar gerakan. Pencerahan
dalam segala bidang. Baik bidang keagamaan, sosial, politik, maupun ekonomi.
Bukan sebaliknya, Pemuda Muhammadiyah hanya hadir sebagai penggembira atau
justru membuat kegaduhan yang tidak bermanfaat bagi siapa pun, termasuk
Muhammadiyah.
Berkaitan dengan
pencerahan, Pemuda Muhammadiyah punya dua tugas utama. Pertama, membawa misi
”dakwah pencerahan”. Makna dakwah pencerahan ialah mengajak umat untuk keluar
dari keterpurukan dalam segala bidang. Baik keterpurukan dalam bidang
keagamaan, sosial, ekonomi, maupun politik. Umat harus disadarkan bahwa sikap
taklid buta pada pendapat kelompok atau orang tertentu tanpa dicerna secara
cerdas oleh akal hanya menjadikan umat semakin tidak berdaya dan tidak
berharga di muka bumi ini.
Kedua, Pemuda
Muhammadiyah harus berani tampil sebagai motor ”pencerahan dakwah”. Dalam
konteks ini, yang perlu dicerahkan adalah para juru dakwahnya. Saat ini tidak
sedikit juru dakwah yang tidak mencerahkan, tetapi sebaliknya, menjerumuskan
umat dalam keterpurukan. Di sisi lain, juga menjemukan dan membuat masyarakat
semakin tidak tertarik untuk mendalami agama. Banyak juru dakwah yang hanya
bondo nekat (bonek) atau modal nekat, yang tidak jarang justru semakin
menyesatkan umat.
Semoga melalui
musyawarah lima tahunan ini, Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur semakin mampu
mengambil peran dakwah pencerahan yang menjadi cita-cita besar Muhammadiyah.
Karena itu, musyawarah tersebut tidak hanya diributkan tentang siapa yang
harus menjadi ketua dan pengurus di tingkat provinsi dengan mengabaikan
cita-cita besar tersebut. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar