Senyum,
Haru, Terpingkal Baca Wu Wei Kiriman
Azrul Ananda ; Dirut Jawa Pos Koran
|
JAWA POS, 27 Mei 2015
SEHARIAN kemarin (26/5) yang saya kerjakan hanya dua: bertemu menteri
pendidikan dan kebudayaan serta membaca lebih dari 400 cerita wu wei yang
dikirimkan ke Jawa Pos. Siapa yang menang?
***
Waktu seminggu itu cepat sekali berlalu, ya? Belum apa-apa, sudah Happy
Wednesday lagi.
Rabu pekan lalu, 20 Mei, ketika menulis lagi tentang wu wei, saya
menantang pembaca untuk mengirimkan kisah-kisah pribadi mereka yang
mencerminkan wu wei (bagi yang baru baca dan belum ngeh apa itu Wu Wei,
tolong cari koran atau browsing tulisan ini seri sebelumnya).
Sepuluh yang terpilih akan dapat hadiah.
Wow, ternyata banyak juga yang merespons dan ternyata tema ini
”menantang” untuk pembaca segala umur.
Antara Rabu hingga Minggu (20–24 Mei), ada ribuan e-mail yang masuk ke
alamat yang dituliskan. Tentu saya tidak mungkin menyortir satu per satu.
Kasihan Tomy C. Gutomo, redaktur Opini Jawa Pos, yang harus pusing-pusing
dan garuk-garuk kepala memenuhi permintaan bosnya, harus memilah-milah dan
”menyeleksi awal” tulisan-tulisan yang masuk tersebut.
Sampai Minggu tengah malam, batas pengiriman, dia harus menunggu. Senin
(25/5) harus diseleksi sebaik mungkin untuk disampaikan kepada saya. Tugasnya
jadi makin repot karena saya ini tipe old school. Saya minta e-mail yang
dipilih itu dikompilasi dalam satu file, lalu di-print.
Saya tetap lebih suka membacanya dalam bentuk cetakan kertas sehingga
bisa langsung mencoreti atau memberi tanda pada tulisan atau kalimat-kalimat
dan kata-kata yang saya sukai.
Lalu, saya bisa menaruh tulisan-tulisan itu di atas meja, meletakkan
dua tulisan berdampingan, untuk membandingkan dan memilah-milah lagi. Kalau
pakai monitor atau tablet, jelas tidak sesimpel ini!
Senin malam itu kompilasi e-mail setebal hampir 120 halaman ada di
tangan saya. Jumlah e-mail/tulisan yang ada di dalamnya 421. Empat ratus dua
puluh satu…
***
Empat ratus dua puluh satu tulisan harus saya baca, lalu saya pilih
sepuluh yang paling saya suka. Senin malam itu mulai saya cicil membaca.
Tapi, untuk Selasa kemarin (26/5), saya harus bisa membagi waktu dengan baik.
Kemarin pagi saya harus pergi ke ”Bandara Internasional Juanda Surabaya
di Sidoarjo”, terbang ke Jakarta karena sudah ada janji pertemuan dengan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.
Rencana awal, saya bangun pukul 04.00, sepedaan dulu 80 km ke arah
Pandaan, balik pukul 06.30, mandi, lalu pergi ke bandara.
Tapi, karena hujan lebat, sepedaannya batal. Jadi, pagi-pagi saya sudah
mulai membaca tulisan-tulisan itu. Berlanjut membaca lagi di ruang tunggu
sambil makan pagi Burger King, baca lagi di pesawat selama sekitar satu jam.
Lantas, baca lagi di perjalanan naik taksi ke tempat pertemuan (yang karena
macet dan ruwetnya Jakarta bisa lebih lama daripada perjalanan pesawatnya).
Lalu, pertemuan dengan orang yang menyenangkan, karena selalu senang
bisa bertemu dan berbincang dengan pejabat yang benar-benar punya kelas dan
wawasan (percaya deh, sering saya bertemu dengan pejabat sambil dalam hati
terus berpikir, ”Ya ampuuuun, orang seperti ini kok bisa dipilih
siiiiihhhhh…”).
Setelah pertemuan, naik taksi lagi untuk kembali ke bandara. Lalu,
membaca lagi sisa tulisan yang belum dibaca sambil menunggu jadwal
penerbangan.
Dari pagi sampai sore, Wakil Pemimpin Redaksi Jawa Pos Nanang Prianto
selalu menemani dan jadi teman diskusi naskah-naskah Wu Wei yang masuk.
Sambil sesekali menelepon Tomy C. Gutomo kalau ada pertanyaan soal e-mail
atau naskah yang sudah disortir itu.
Setelah semua tulisan dibaca, saya mulai mencicil tulisan Happy
Wednesday ini. Sebagian sebelum naik pesawat, sebagian saat di pesawat, dan
finishing-nya setelah kembali ke Graha Pena Jawa Pos di Surabaya pada pukul
21.00, tadi malam.
Apa kesan saya tentang tulisan-tulisan itu?
Terima kasiiiiiiihhhh. Anda semua yang mengirim telah membuat saya
senyum-senyum, terharu, dan bahkan tertawa terpingkal-pingkal dari pagi
sampai sore...
***
Tulisan yang masuk datang dari mana-mana. Ada dari Jakarta, Jogjakarta,
Palangka Raya, Pulau Lombok, Banyumas, dan berbagai kota lain di seluruh
Indonesia…
Yang membuat saya sering tersenyum, kebanyakan dimulai dengan kalimat
kurang lebih begini, ”Saya tidak tahu apakah ini wu wei beneran atau bukan…”
Ada tulisan anak SD, SMP, SMA, kuliah, atau yang kuliahnya tak kunjung
berakhir. Ada yang ditulis oleh perempuan berkarir, ibu rumah tangga. Ada
oleh guru, salesman, sampai kakek yang memiliki 12 cucu.
Ada cerita yang sangat-sangat sederhana. Pengalaman main bulu tangkis,
main futsal, atau seorang ibu yang ternyata hobi main game. Ada juga yang
ceritanya berlangsung sejak dia muda hingga 30 tahun kemudian…
Ada juga yang bercerita tentang perjalanan cari pacar, perjalanan
putus-sambung dengan pacar yang ada di Amerika, pisah-rujuk pasangan suami
istri, dan lain sebagainya.
Walau secara spesifik diminta bercerita tentang pengalaman wu wei, ada
juga yang berkomentar tentang apa itu wu wei, mencoba mengoreksi saya tentang
pemahaman wu wei, serta menulis ngalor-ngidul soal hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan pengalaman pribadi dan wu wei.
Ada juga yang menawari saya rumah, mobil, dan meminta saya tetap
mengirim hadiah walau tulisannya sama sekali bukan soal wu wei. Mungkin untuk
yang terakhir-terakhir ini, Tomy sang redaktur sudah kelelahan menyortir
ribuan e-mail yang masuk, wkwkwkwkwk…
Santai, Tom, di kantor kita sudah ada Starbucks. Nanti kita ngopi dan
diskusi, ok?
Lalu, siapa yang sepuluh tulisannya saya pilih? Naaaaaah….
Karena ini kolom suka-suka, dan pemilihannya juga suka-suka saya,
sekarang saya punya dua opsi:
Satu, mau strict dan mengharuskan tulisan yang dapat hadiah benar-benar
pengalaman wu wei.
Dua, mau agak longgar dan tetap memberi hadiah untuk beberapa tulisan
yang sebenarnya bukan wu wei atau sekadar ”wu wei tipis-tipis”.
Sebab, setelah membaca empat ratus dua puluh satu tulisan itu, saya
mengambil kesimpulan begini:
Wu wei beneran atau bukan, sekadar wu wei tipis-tipis, atau bahkan wu
wei meleset pun, semua tulisan ini sudah menggambarkan upaya, pengalaman,
cerita, dan proses yang menghasilkan sesuatu.
Dan mencoba menuliskannya (tidak mudah) untuk berbagi dengan orang lain
(tidak semua mau) adalah sesuatu yang sangat layak diapresiasi. Karena
semuanya bisa menginspirasi yang lain. Mungkin ada yang menginspirasi satu
orang lain, sepuluh orang lain, atau mungkin jutaan pembaca.
Bagaimanapun, hampir semua tulisan yang saya baca itu adalah
penggambaran positive thinking. Di saat kehidupan kita ini sedang sulit untuk
berpositif ria, segala hal yang bau-bau positif harus diapresiasi.
Dan karena kolom Happy Wednesday ini bukan kolom serius (apalagi sok
serius), maka saya juga tidak ingin terlalu serius dalam menilai.
Jadi, sepuluh yang saya pilih belum tentu 100 persen wu wei. Dan yang
saya pilih belum tentu hanya sepuluh. Semua yang saya pilih itu akan dimuat
supaya bisa dinikmati oleh pembaca yang lain.
Mereka adalah…
Baca edisi besok! Happy Wednesday! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar