John
Nash, Sang Jenius
Hotasi Nababan ; Alumnus Technology Policy MIT
|
KORAN TEMPO, 30 Mei 2015
Saya mendapat berita
John Nash dan istrinya meninggal dalam kecelakaan di sebuah taksi di New York
(24 Mei). Berita ini langsung menyengat saya, mengingat kejeniusannya
membantu kita memahami kerumitan dalam memutuskan apa saja.
Siapa John Nash? Dalam
film pemenang Oscar, A Beautiful Mind,
Russel Crowe berhasil menghidupkan John muda, seorang matematikawan di
Universitas Princeton, dengan begitu polos dan lugas. Pada 1960-an dia
mencari rumus matematika untuk memprediksi keputusan orang dalam urusan apa
saja, dari soal pacaran, belanja, sampai bekerja. Teori itu dikenal sebagai Game Theory. Sebelumnya John von
Neumann membuat model matematika untuk zero-sum
game, yaitu dalam ekosistem jika
ada yang rugi, pasti ada yang untung. Dalam pertandingan, selalu ada yang menang dan yang kalah.
Namun John mencari
jawaban lebih dari hal itu. Dia membuat model matematika yang lebih rumit
untuk membuktikan dalam situasi pelik,
jika para pihak yang terlibat mau "bekerja sama", hasil yang
diperoleh jauh lebih baik daripada memaksimalkan kepentingan masing-masing.
Game Theory cepat menjalar masuk ke berbagai bidang pelik, seperti
keputusan dalam pasar keuangan, strategi perusahaan, negosiasi perburuhan,
hingga konflik antarnegara. Saking banyaknya manfaat kejeniusan Nash, dia
dianugerahi Nobel Ekonomi pada 1994.
Pada musim gugur 1992,
saya beruntung mengikuti kuliah "Industrial
Organization" (IO) di School
of Economics Massachusetts Institute of Technology (MIT) dari Prof Jean
Tirole, seorang ekonom muda Prancis. IO adalah cabang ilmu Game Theory tentang interaksi
perusahaan dan pasar. Dengan semangat, dia bisa menyederhanakan rumus
matematika rumit. Saat itulah saya jatuh hati kepada teori ini. Tirole
menggunakan IO untuk regulasi pasar dan monopoli. Dia dapat memformulasikan
model harga optimum bagi pasar keuangan di AS dan Eropa. Atas kontribusinya
yang besar, dia diganjar Nobel Ekonomi pada 2004, 10 tahun setelah gurunya,
John Nash, menerimanya.
Banyak bencana
katastrofe dunia yang batal karena para pihak secara intuitif menggunakan Game Theory, seperti krisis Kuba saat
Kennedy-Krushev dan perang bintang saat Reagan-Andropov. Pada akhirnya, tidak
berperang adalah solusi terbaik. Untuk melindungi kepentingannya, seseorang
harus memikirkan orang lain. Ini bertentangan dengan teori klasik Adam Smith
pada abad ke-18 yang mengatakan kehidupan manusia akan menjadi lebih baik
jika setiap orang mengejar kepentingannya sendiri, karena ekuilibrium alami
akan tercapai dari seluruh interaksi manusia yang egoistis.
Cara berpikir Game Theory selalu saya gunakan dalam
25 tahun karier saya di dunia korporasi, termasuk menjadi orang nomor satu di
berbagai perusahaan selama 12 tahun. Saya sangat terbantu saat menghadapi isu
barrier-to-entry, penentuan harga jual, persaingan tidak sehat, keputusan
investasi, hingga hubungan dengan karyawan.
Saat bernegosiasi soal
penjualan lokomotif buatan GE Lokindo di Madiun kepada PT Kereta Api, saya
mengajak pihak KAI untuk mengeksplorasi konsekuensi dari seluruh opsi.
Akhirnya kami sepakat dengan terma yang saling menguntungkan. Waktu PLN sulit
menghidupi mesin pembangkit yang sudah tidak ekonomis, saya berhasil mengajak
PLN dan GE mencari solusi baru yang menguntungkan keduanya.
Waktu berembuk dengan Asosiasi Pilot Merpati yang menuntut
kenaikan gaji di tengah arus pembajakan pilot, saya membuat simulasi bersama
atas semua kemungkinan. Akhirnya mereka bersedia tidak naik gaji. Selama enam
tahun memimpin Merpati pada saat sulit, tidak ada satu pun aksi karyawan yang
mengganggu perusahaan. Mereka makin kooperatif jika asymmetric information berkurang.
Saya memahami
kesulitan yang dihadapi pemerintah dalam keputusan yang dilematis, seperti
subsidi BBM, impor beras, ekspor tambang mineral, atau insentif pajak. Para
pelaku usaha dan masyarakat yang dihadapi memiliki strategi sendiri dengan
perilaku beragam. Mereka akan bertindak reaktif terhadap aksi pemerintah.
Semoga aplikasi Game Theory dapat digunakan
dan dipahami oleh seluruh tim pemerintah agar terjadi perilaku yang
diharapkan. Niat baik saja tidak cukup. Manusia itu rasional.
Tuhan begitu baik
memberi Nash bagi kita semua. Thank
you, John! Rest in peace... ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar